, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

ANALISIS BUSANA SEBAGAI SISTEM TANDA

ANALISIS BUSANA SEBAGAI SISTEM TANDA

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
ANALISIS BUSANA SEBAGAI SISTEM TANDA


Pierce mengaitkan lahitnya tanda dari latar belakang terjadinya keberadaannya yang terdiri dari :
a. Qualisign : tanda yang terjadi berdasarkan sifatnya.
b. Sinsign : tanda yang terjadi berdasarkan bentuk dan rupanya dalam kenyataan.
c. Legisign : tanda yang terjadi atas sesuatu yang berlaku umum, merupakan konfensi atau kode.

Sedangkan ditinjau dari relasinya, menurut Pierce secara prinsip ada tiga hubungan yang berkaitan dengan tanda yaitu :

a. Icon : yaitu hubungan tanda dengan acuannya yang berupa hubungan kemiripan.
b. Indeks : yaitu hubungan tanda karena kedekatan eksistensinya.
c. Simbol : hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional.
Desain lebih baik dianggap sebagai alat komunikasi aneka macam gagasan dan ide. Dengan demikian kajian semiotik pada karya desain akan lebih objektif. Selain itu dikenal kajian tentang relasi antara satu tanda dengan tanda lainnya. Kajian itu terdiri dari :
a. Semiotik semantik : aktifitas yang mempelajari tanda dalam sistem tanda yang lain yang menunjukkan kesamaan atau kerjasama.
b. Semiotik semantik : mempelajari hubungan antar tanda, denotasi dan penafsirannya.
c. Semiotik pragmatik : mempelajari hubungan tanda dengan pemakainya.
Semiotika yang diuraikan Pierce meliputi tindakan (action), pengaruh (influence), kerjasama 3 subjek yaitu tanda (sign), objek (object) dan interpretan (penafsir). Subjek bukan berarti manusia, tetapi dipengaruhi oleh kebiasaan berkomunikasi secara kongkrit. Sedangkan tanda menurut Pierce adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakana sesuatu yang lain dalam beberapa hal dengan perantara penafsir. Sedangkan esesnsinya adalah kemampuan mewakili dalam beberapa hal tertentu atau kepastian tertentu.


Icon:

Sebuah gambar pada selembar halaman majalah. Tampak dalam gambar tangan wanita sebelah kiri dan tangan pria sebelah kanan. Tangan wanita dan pria tampak diikat oleh sebuah borgol. Latar belakang gambar tampak kain berwarna merah. Warna kedua tangan adalah biru kelabu samar-samar hitam. warna putih sebagai pusat perhatian tampak pada pusat genggaman tangan.


indeks:
1. Tangan wanita sebelah kiri dalam genggaman tangan pria menunjukkan keadaan seorang wanita dengan segala sifat kelembutan, kecantikan dan keanggunannya posisinya sebagai makhluk yang harus dilindungi dan disayangi.
2. Tangan kanan pria sebelah kanan menggenggam tangan wanita
menunjukkan keadaan seorang laki-laki yang kuat, melindungi, membimbing sekaligus menguasai dan mengatur kehidupan wanita.
3. Borgol yang mengikat kedua tangan menunjukkan adanya hubungan atau ikatan antara wanita dan pria.
4. Warna merah pada latar gambar menunjukkan suasana khusus dalam hal ini hubungan khusus antara wanita dan pria.
5. Warna gelap atau kelabu pada tangan menunjukkan kondisi tertentu yang sedang dihadapi.



Simbol:

1. Tangan kiri wanita menunjukkan wanita sebagai makhluk dengan posisi kedua setelah pria atau tidak menempati posisi utama dalam kehidupan.
2. Tangan kanan pria menunjukkan pria sebagai makhluk pemegang kekuasaan atau posisi utama dalam kehidupan.
3. Borgol besi menunjukkan keterikatan wanita pada kekuasaan pria sangat kuat. Genggaman tangan pria terhadap tangan wanita menunjukkan hubungan memiliki, menguasai dan mengatur dari pria terhadap wanita.
4. Warna merah pada latar gambar simbol dari cinta dan pemberani.
5. Warna biru kelabu simbol dari suramnya hubungan yang dibina atau dijalani antara pria dan wanita karena sifat posesif pria.

Anchor:
Kata “help !!! I can’t move menunjukkan kondisi wanita yang berada dalam penguasaan pria yang bersikap posesif sehingga wanita tidak mandiri dan dibatasi geraknya.


Kebaya nasional yang menjadi objek analisa adalah kebaya nasional karya desainer Indonesia Adjie Notonegoro. Asal mula kebaya menurut sumber yang penulis temukan berasal dari pengrajin dan pedagang tekstil dari kota Cambai India yang berangkat ke kepulauan Indonesia membawa barang dagangan. Barang daganga itu adalah kain yang tipis cocok untuk daerah panas. Nama kain itu adalah Muslin atau Nanzuk. Kemudia kain tersebut banyak digunakan untuk busana wanita bagian atas atau blouse. Ternyata blouse dari kain Cambai sangat digemari wanita di kepulauan Indonesia. Sejak itu terkenallah busana dari kain Cambai dengan sebutan Kambai dan berkembang menjadi kebaya. Kebaya kemudian banyak dipergunakan oleh penduduk dengan kain sarung atau kain panjang yang telah dikenal jauh sebelumnya. Sejak itulah dikenal kain dan kebaya tradisional pada berbagai daerah. Hampir di setiap daerah memiliki busana tradisional yang berakar dari kebaya baik yang memiliki bukaan di depan maupun di belakang. Kita mengenal kebaya Jawa, Sunda, Bali, Betawi sebagai kebaya yang memiliki bukaan di depan, sedangkan untuk kebaya yang memiliki bukaan di belakang kita kenal dengan baju Bodho dan baju Kudus. Kebaya berasal dari bentuk dasar busana Kaftan. Kaftan adalah busana yang berasal dari selembar kain berbentuk segi empat, dijahit kedua sisinya hingga bagian yang tidak dijahit dipergunakan untuk lubang lengan. Diberi lubang untuk leher dengan belahan panjang dari atas sampai kebawah, seperti tampak pada gambar di bawah ini.


Kain panjang berwiron berasal dari busana bungkus atau draferi. 

Draferi adalah kain panjang yang dililitkan atau di sampirkan di badan tanpa dijahit. Cara memakainya ialah dengan melilitkan dan menyampirkannya pada badan sedemikian rupa sehingga berbentuk lipatan-lipatan atau kerutan lemas. Draferi tidak ada jahitan karena itu dapat dikenakan dengan berbagai cara. Bentuk draferi disebut sebagai bentuk dasar busana yang plastis yaitu busana yang memberi banyak kemungkinan cara pemakiaannya dan tidak menghalangi gerakan tubuh serta mempunyai keindahan tersendiri. Kebaya pada umumnya sekarang ini dipakai sebagai busana nasional. Pemakaian kebaya biasanya disertai dengan sanggul tradisional, kain batik yang diwiron, selendang dan selop. Pada waktu lalu memakai kebaya terkesan repot, memerlukan waktu lama dan kuno sehingga orang enggan memakainya sebagai busana dalam kesempatan apapun. Namun sekarang tidak demikian karena kebaya sudah banyak dimodifikasi baik dari segi model kebaya, jenis kain untuk kebaya maupun motif tekstl yang dipakai untuk kebaya. Masyarakat luas dapat mengenakannya lebih moderen, elegan, menarik dan berwibawa.


0 komentar:

Post a Comment