Pengembangan Produk Fashion Pasca Kuota |
Pengembangan Produk Fashion Pasca Kuota
Jamaludin (2002) mengungkapkan budaya baru dalam konteks arah mode masa depan
merupakan percampuran dari beberapa unsur mode, yaitu unsur mode selera masa lalu (The
Classic), selera masa depan (The Future), dan selera manusiawi (The Ethnic). Unsur ketiga yang
bercorak etnik merupakan unsur terbesar yang dimiliki negara kita. Jika dari segi motif, gaya dan
desain dapat diserap industri garmen bukan mustahil industri garmen dapat menciptakan citra
tersendiri dan unggul di pasar global.. Lebih lanjut Jamaludin menyatakan pengembangan produk
fashion membutuhkan konsep integrative untuk menciptakan citra mode Indonesia. Misalnya
setelah berkembangnya pusat-pusat mode dunia, seperti Paris, Milan, New York, dan London,
banyak jenis usaha yang menunjang mode ikut berkembang. Jenis usaha lain yang ikut berkembang
dalam mode tersebut adalah para stylist dan perancang, produsen dan usahawan serat dan benang,
produsen dan usahawan kain, maupun bahan pencelupan warna. Jadi, perkembangan mode
bukanlah tergantung pada satu jenis usaha, tetapi oleh semua komponen dunia usaha tersebut di
atas. Di Indonesia arah menuju mode yang integratif masih jauh dari harapan, setiap komponen
usaha dalam rangka penciptaan citra mode masih berjalan sendiri-sendiri.
Menuju era high fashion dan high value added product dibutuhkan upaya bersama dalam
menciptakan fashion image Indonesia di pasar domestik dan dunia internasional. Yang menjadi
masalah sejak dulu, perancang busana dalam negeri kesulitan mendapatkan tekstil produksi dalam
negeri yang kualitasnya sudah diakui di tingkat internasional. Keengganan melayani permintaan
perancang itu bukannya karena khawatir perancang tidak mau membayar, tetapi karena perancang
memesan dalam jumlah terlalu sedikit sehingga tidak menguntungkan untuk pabrik tekstil. Ini tidak
lain karena kebanyakan pengusaha mode di Indonesia masih berupa industri rumah tangga bila
dibandingkan dengan industri garmen dalam negeri apalagi dengan industri mode kelas dunia
(Kompas Cyber Media, 12 November 2000, www.kompas.com.). Dalam hal ini Kusmayadi (2004)
salah seorang perancang Indonesia menyatakan tidakkah sebaiknya perancang lokal "dikaryakan"
sebagai outsourcing untuk laboratorium industri besar dalam pengembangan desain, serta bersamasama
mengusung produk/merek nasional dengan saling bekerja sama dan bersinergi. Dengan
demikian, nilai tambah suatu produk dari pasar domestik maupun pasar ekspor akan dinikmati
bersama. Untuk itu dalam pengembangan produk fashion dibutuhkan konsep integrated dari
industri hulu hingga hilir. Hal ini tentu perlu melibatkan beberapa pihak untuk berkolaborasi.
Berbagai pihak yang harus terlibat dalam upaya tersebut dapat digambarkan dalam bentuk “Rumah
Produksi Fashion” seperti gambar. 1 berikut ini:
Pengembangan produk fashion akan selalu mengikuti perkembangan IPTEKS dan
peningkatan taraf hidup(ekonomi) serta pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Sebagai contoh
ditemukannya serat sintetis dengan elastisitas tinggi maka berkembanglah trend “baju ketat”, di
saat ditemukannya senjata maka terpikir untuk membuat rompi anti peluru, di saat orang hendak ke
bulan terpikir bagaimana disain bajunya untuk menembus ruang angkasa, di saat banyak bom
terpikir bagaimana membuat baju anti ledakan bom, disaat diketahui lapisan ozon mulai menipis
dibutuhkan baju yang mampu melindungi dari sinar ultraviolet, di saat kesadaran akan pentingnya
penampilan diciptakan baju-baju yang mampu membentuk /memperbesar bagian-bagian tubuh
tertentu (lihat iklan yang ditayangkan di TV Media). Demikian pula yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat semakin orang tersebut kaya dan banyak aktivitasnya maka semakin
banyak jenis pakaian yang dibutuhkannya. Bisnis di sektor ini memang sangat prospektif sepanjang
masih ada kehidupan. Oleh karena itu, peluang ini harus dimanfaatkan dengan segera membangun
fashion image dengan sinergi beberapa pihak terkait.
Keunggulan sebuah produk fashion dapat dilihat dari “citra” yang mampu ditampilkan
bagi si pemakainya. Untuk mendukung pencitraan tersebut dalam merancang produk fashion perlu
diperhatikan beberapa aspek. Pertama desain daya tarik utama sebuah produk fashion adalah aspek
desainnya. Dari desain inilah konsumen tertarik sehingga memilih busana sesuai karakteristik yang
dimilikinya untuk menampilkan citra dirinya dalam berbagai kesempatan pemakaian. Mengingat
daur hidup produk fashion begitu cepat maka pengembangan desain dalam mengikuti, meramalkan
dan menciptakan trend mode harus dilakukan dengan cepat pula. Dari desain inipula yang mampu
merebut dan menciptakan pasar.. Dalam penciptaaan desain juga perlu memperhatikan dari serat
hingga nilai fungsinya setelah jadi busana. Kedua adalah material, dalam memilih fashion tentu
konsumen akan memilih materialnya yang bagus. Dalam hal ini bahan-bahan tekstil yang halus,
indah, lembut, langsai, tidak mudah luntur,kuat dan lainnya menjadi pertimbngan untuk memilih
busana. Menyongsong era kedepan dengan trend high fashion dan high value added menuntut
ketersediaan bahan-bahan tekstil yang berkualitas tinggi. Ketiga teknologi, perkembangan
teknologi di bidang fashion sudah demikian pesatnya. Mesin-mesin garmen high speed dan teknik
perancangan dengan CAD/CAM telah dikembangkan. Dengan peralatan ini produktivitas dalam
menghasilkan produk fashion akan meningkat sehingga dapat mengikuti perubahan pasar yang
sangat cepat. Lectra salah satu perusahaan pembuatan software dan hardware untuk produksi
garnen dengan CAD/CAM menyatakan produknya telah digunakan oleh 10.000 industri garmen di
dunia dan diantaranya adalah beberapa merka ternama seperti. Diantaranya beberapa merk busana
yang cukup terkenal seperti Versace, Kenzo, Calvin Klein, Yves Saint Laurent, Hugo Bos, Esprit
dan sebagainya (Lectra Annual Report, 2000). Dari data ini bisa kita simpulkan bahwa untuk
mampu menguasai pasar garmen dunia perlu dukungan teknologi tinggi dan hal ini berarti pula
membutuhkan SDM yang kompeten di bidangnya. Keempat adalah nilai fungsi dari produk fashion
tersebut, untuk produk-produk fashion guna kebutuhan pemakaian sehari-hari tentu yang
diutamakan adalah fungsi penampilan dan kenyamanan pakainya. Namun seiring kemajuan
teknologi telah berkembang berbagai produk fashion yang memiliki fungsi-fungsi khusus di
berbagai bidang kehidupan. Hal ini didukung dengan kemajuan teknologi di bidang material seperti
teknolog kimia, nanoteknologi dan bioteknologi. Dupont perusahaan di Amerika telah
mengembangkan serat Lycra yang memiliki elastisitas yang tinggi sehingga sangat mendukung
untuk merancang busana yang terlihat menempal pas di tubuh namun tetap nyaman dikenakan
(fashionable). Dupont juga mengembangkan bahan tekstil yang diberi nama Collmax yang
mampu memberi rasa sejuk walaupun dipakai pada cuaca panas serta bahan yang diberi label
Thermolite yang mampu memberi efek hangat walaupun dipakai di cuaca dingin serta
mengembangkan larutan kimia yang mampu membuat bahan tekstil tahan kotor dan warna lebih
awet yang diberi label Teflon Fabric Protector. Selain itu dengan kemajuan teknologi nano tercipta
baju pengontrol bau badan dengan mengaktifkan karbon pada benang sehingga mampu
mengontrol timbulnya bau badan
0 komentar:
Post a Comment