Pembelajaran Berbasis Budaya |
Pembelajaran Berbasis Budaya
Menurut Soemantri Brodjonegoro, setiap simpul seni dan budaya mewakili
beragam tradisi dan budaya dari lingkungan wilayahnya. Disebutkan dalam Higher
Education Long Term Strategy 2003-2010 dinyatakan bahwa seni yang berakar dari
tradisi dan budaya lokal, merupakan faktor kritis dalam pengembangan karakter
bangsa, serta pengembangan individu yang kreatif dan inovatif (Pannen, 2004: 2).
Pandangan ini membawa kita pada sebuah kenyataan, bahwa ditengah keberhasilan
dunia pendidikan seni dengan hadirnya seniman-seniman yang sudah populer, yang
mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional, terdapat isu yang kurang
menyenangkan dan menjadi tantangan dunia pendidikan seni di Indonesia pada saat ini,
yaitu semakin menurunnya apresisi dan upaya pelestarian kesenian klasik dan
tradisional dari masyarakat, karena belum meratanya perhatian dan dukungan
masyarakat terhadap seni. Seni dan budaya masih dipersepsikan banyak orang
Indonesia sebagai suatu yang “ eksklusif” hanya milik segelintir orang. Pada hal, seni
dan budaya merupakan milik rakyat atau suatu komunitas budaya yang
mengembangkan seni dan budaya berdasarkan kebutuhan dan kepercayaannya pada
suatu masa untuk berinteraksi dengan alam dan mengekspresikan fenomena-fenomena
tersebut. Ketika seni dan budaya menjadi eksklusif, seni dan budaya menjadi asing
dalam komunitas budayanya sendiri, sebagaimana disinyalir dalam tulisan “Masyarakat
kita sudah asing terhadap kebudayaannya sendiri” (Festifal Kebudayaan Melayu
Serumpun)(Kompas, 19 Des 2002). Oleh karena itu berbekal dari beberapa pendapat di
atas, perlu kiranya sebuah pembelajaran yang berbasis budaya direalisasikan, karena
merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengintegrasikan seni dan budaya ke
dalam pembelajaran bidang ilmu.
Dalam proses pembelajaran berbasis budaya, seni dan budaya berperan sebagai
konteks tempat proses pembelajaran bidang ilmu terjadi, tempat pembelajaran
diaplikasikan, dan sebagai media pembelajaran suatu bidang ilmu. Dengan demikian,
seni dan budaya menyatu dengan pembelajaran bidang ilmu. Hal ini pula yang
menjadikan seni dan budaya lebih mudah dimengerti, dikenal, dan diapresiasikan oleh
berbagai masyarakat, tertutama dimulai oleh masyarakat sekolah formal. Disamping
itu, menjadi hal yang sangat prospektif menjadikan bidang ilmu (yang dipelajari di
sekolah) tidak asing dalam komunitas budaya, tetapi menjadi suatu bidang ilmu yang
contextuialized. Pada akhirnya, kontektualisasi bidang ilmu diharapkan akan mampu
mengembangkan seni dan budaya dalam suatu komunitas budaya (2004: 3).
Pemanfaatn seni dan budaya dalam proses pembelajaran merupakan bentuk
perwujudan pembelajaran yang kreatif, kontekstual, yang didasarkan pada prior
cultural experience and knowledge yang dimiliki masing-masing siswa untuk mencapai
hasil belajar yang bermakna, dan dapat mengubah suasana pembelajaran menjadi suatu
pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, kreatif, kontekstual, serta kontruktif.
Pada saat bersamaan, pembelajaran tersebut juga memberikan kesempatan untuk
mengenal dan mengpresiasikan seni dan budaya yang dimiliki oleh komunitas
budayanya. Seperti yang dikemukakan Sal Murgiyanto, bahwa bidang ilmu hanya
mementingkan olah tubuh dan olah pikir, tapi kurang diimbangi rasa keindahan atau
olah rasa. Sebaliknya, kesenian cenderung meninggalkan kecerdasan, rasa lebih
ditonjolkan. Oleh karena itu, pemanfaatan seni dalam pembelajaran akan memberikan
alternatif yang lebih banyak lagi untuk berfokus pada olah tubuh, olah pikir, dan olah
rasa pada saat yang bersamaan (2004: 6).
Berkait dengan pemikiran ini dan seiring dengan judul tulisan di atas, kemudian
penulis mencoba memahami dan mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran desain
busana, bahwa dengan memberi rangsangan tertentu misalnya berupa syair lagu,
gambaran atau latar belakang lagu dan musik atau irama lagu, diharapkan bisa
mengarahkan dan menghantarkan dalam penciptaan desain busana. Seperti diketahui
bahwa sebuah lagu adalah sesuatu yang abstrak, oleh karena itu untuk mempercepat
proses penciptaan, perlu kiranya diberikan suatu stimulan. Dalam proses pembelajaran
selain kegiatan menggambar, mahasiswa dapat mengerjakannya sambil bernyanyi,
sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, bergairah sekaligus menjadi
sarana untuk sadar budaya.
0 komentar:
Post a Comment