, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Pengobatan dan Kendala Talasemia

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Pengobatan dan Kendala Talasemia

Pengobatan dan Kendala Talasemia


Pengobatan talasemia dapat dilakukan melalui

transfusi darah secara teratur. Biasanya empat kali
dalam sebulan. Sayangnya, pengobatan ini belum
dapat menyembuhkan anak penderita talasemia.
Namun, bila transfusi dapat dilakukan secara teratur
kemungkinan besar anak dapat tumbuh dan
hidup normal hingga usia duapuluhan.


Namun, untuk terus dapat bertahan hidup anak

pengidap talasemia juga memerlukan obat untuk
menetralisir kandungan zat besi di dalam tubuh.
Pasalnya, transfusi sel darah yang dipasok tentu
akan mati secara alami, lalu meninggalkan tumpukan
zat besi di dalam tubuh. Celakanya, bila unsur
tersebut (baca: zat besi) terus dibiarkan menumpuk
maka akan mengakibatkan kerusakan hati,
limpa, jantung, dan organ tubuh lainnya.
Selain pengobatan tersebut, menurut dr Bulan
Ginting Munthe SpAK juga dikenal pengobatan
dengan menyuntikkan zat besi dengan desferal di
bawah kulit lewat syringe driver (pompa suntik).

Penyuntikan dilakukan tiap malam, lima hingga

tujuh hari per minggunya. Zat ini akan bekerja
mengikat tumpukan zat besi dari tubuh dan
mengeluarkannya lewat air seni.. Alat ini bisa ditempelkan di
tubuh. Namun pengobatan seperti ini masih dianggap kurang
menyenangkan bagi anak penderita talasemia.
Cara lain adalah cangkok sumsum tulang. Cangkok sumsum
tulang sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu saat anak
belum banyak mendapat pasokan transfusi darah. Pasalnya,
makin sering anak mendapat transfusi darah, makin besar
kemungkinan terjadi penolakan terhadap jaringan sumsum
tulang donor. Untuk itu, batas usia yang disarankan dokter
tidak lebih dari 15 tahun.


Sayangnya, pengobatan seperti ini belum pernah dilakukan

di Indonesia. Selain biayanya yang sangat mahal, cangkok
sumsum tulang masih terbilang sulit karena jumlah sumsum
tulang donor harus cocok dan bisa diterima tubuh penderita.
Satu-satunya cara pencegahan agar anak dapat terhindar
dari penyakit ini hanya dengan memeriksa, apakah gen talasemia
ada pada calon pasangan (baik laki-laki maupun
perempuan) yang hendak menikah. Jika pun ada, keduanya
harus melakukan konsultasi dengan dokter dan para ahli seperti
psikolog dan ahli agama. Semua ini perlu dilakukan
demi kelangsungan hidup anak anda di kemudian hari.

0 komentar:

Post a Comment