, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Busana Pengantin Gaya Timur dan Barat

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Busana Pengantin Gaya Timur dan Barat

Busana Pengantin Gaya Timur dan Barat



Pesta pernikahan merupakan acara yang perlu dipersiapkan matang
dan maksimal untuk mendapatkan kesan menyatu pada semua elemen
yang ada dalam pesta tersebut, antara lain : pakaian untuk pengantin,
untuk orang tua kedua mempelai, pendamping, pengiring, dekorasi
pelaminan dan ruang, serta konsumsi.
Busana pengantin pada setiap daerah memiliki ciri yang berbeda,
pengantin gaya timur memiliki garis H line dengan tata rias wajah yang
tegas dan menyala disertai pemakaian perhiasan yang banyak dan
berkilau. Di sini busana pengantin gaya timur tertuju pada gaya Solo
Putri dengan ciri mengenakan kain panjang dan batik dan kebaya panjang
biasanya bahan dari bludru dengan warna hitam, biru, ijo, ungu dan lain–
lain. Aksesori yang digunakan berupa cunduk mentul, tusuk jongkat, bros
gelung, tanjuangan, centung dan lain–lain. Berbusana pengantin Jawa
gaya Solo Putri, merias dahi dan paes adalah hal yang sangat khusus
untuk tata rias wajah pengantin. Dalam wawancara dengan Ny. Naniek
Saryoto pada hari Senin, tanggal 25 Agustus 2003, beliau mengatakan
bahwa untuk cengkorongan paes itu pada setiap orang sudah ada, jadi
paes itu berfungsi untuk menajamkan saja. Untuk namanya diambil nama
yang sesuai atau berbobot.

· Gajah atau Gajahan : Disebut gajahan karena letaknya ada di
tengah dan berat, gajah merupakan binatang
yang paling besar.
· Pengapit : Letaknya di kanan–kiri gajah, memiliki
bentuk seperti gading gajah.
· Perintis : Bentuknya menyerupai daun sirih.
· Godeg : Berbentuk ngudup turi, seperti bunga turi.

Jika dilihat secara keseluruhan bentuk paes menyerupai bentuk binatang
yang besar, nilai simbolis yang terkandung di dalamnya adalah harapan
agar supaya kedua mempelai hidup besar atau lebih tinggi kedudukannya
dan tingkat sosialnya.
Dalam perancangan busana pengantin wanita gaya barat ini
menggunakan ragam hias motif Sido Mulyo gaya Surakarta, kesederhanaan
bentuk motifnya yang memberi kesan anggun, corak tersebut adalah
salah satu corak yang dikenakan dengan kebaya panjang pengantin
bergaya Solo Putri. Sido Mulyo mempunyai dasar pelataran putih, makna
batik Sido Mulyo adalah harapan akan tercapainya kebutuhan materi dalam


kehidupan dan tercapainya kemulyan, kemuliaan. (Mooryati Sodibyo,
2003, h : 57) Sido Mulyo memiliki makna dan fungsi yang sama dengan
Sido Mukti atau Sido Luhur, yaitu corak yang dipakai pengantin wanita
dan pria pada upacara perkawinan dinamakan kembaran (sepasang). Jadi
dapat disimpulkan bahwa ragam hias ini melambangkan harapan masa
depan yang baik, penuh kebahagiaan yang kekal untuk kedua mempelai.
(Nian S. Djoemena, 1990, h : 12).
Pada busana atau gaun pengantin wanita gaya barat umumnya sama
dengan long dress atau gaun panjang, keistimewaannya adalah bahannya
yang mewah, berwarna putih atau warna pastel merah jambu, kuning
muda, atau warna muda lainnya, ditambah dengan hiasan tekstil, yaitu
hiasan yang menonjolkan permukaan bahan yang rata dengan
menggunakan payet, mote/rembaci, manik–manik atau tambahan motif
kaitan renda atau rajutan. Untuk bagian kepala menggunakan mahkota,
dengan kudung (sluier) dan ciri khas busana pengantin adalah sleep, yaitu
ekor tambahan di badan belakang. Sleep dapat tambahan perpanjangan
bawah rok di belakang, atau ekor dapat dibuat sebagai pias tambahan
yang panjang dipasang pada pinggang belakang, atau yang panjang sekali
dari bahu belakang, menjuntai jatuh pada lantai. (Porrie Muliawan, 2001,
h : 144).
Pada perencanaan busana pengantin wanita gaya barat ini, gaya diambil
dari kata kostum Biedermeyer merupakan salah satu gaya dari peradaban
romantisme dalam periode 1815 hingga 1841, dalam tata kostum

romantisme selain gaya Biedermeyer terdapat gaya Crinoline (1841–
1870) dan gaya Buslte (1970–1980). Gaya Biedermeyer menghadirkan
perempuan yang romantis dan gambaran seorang ibu rumah tangga
(Moh. Alim Zaman, 2001, h : 128). Gaya ini memiliki ciri garis jam pasir
yaitu pada bagian atas dan bagian bawah rok bawah bervolume dan
mengecil pada bagian pinggang yang paling ramping, dengan sepatu
datar.
Segala macam pernik–pernik yang disukai perempuan Biedermeyer
antara lain : aneka medallion, bros–bros dari batu mozaik, gelang–gelang
emas, dan rantai–rantai dengan botol parfum mungil.
Rambut menghadirkan belahan di tengah dengan banyak keriting
spiral pipa sebelah menyebelahi dahi. Dalam proses selanjutnya rambut
disisir rapih melalui depan telinga dan disanggul atau diukel tinggi pada
bagian belakang kepala.
Dalam perencanaan busana pengantin gaya barat ini, gaya barat
diambil dari tata kostum Biedermeyer yang nantinya dalam proses kreatif
akan dikembangkan mengarah ke bentuk garis busana pengantin wanita
gaya barat modern dengan menghadirkan corak Sido Mulyo sebagai
penambah nilai estetis dan untuk memberi nuansa tradisi.
Pada proses pewarnaan menggunakan bahan pewarna indigosol,
karena menghasilkan karakter warna yang sesuai dengan trend warna saat
ini, antara lain : baby pink, baby blue, ungu, kuning, orange dan lain–lain
(Bridal, Trend Gaun Pengantin 2003 oleh beberapa desainer senior,

Oktober 2002). Pengembangan pada proses pewarnaan yaitu dengan
pewarnaan gradasi dalam satu warna.
Dalam menghadirkan corak Sido Mulyo yaitu dengan proses batik
cap yang kemudian diterusi menggunakan batik tangan atau canting
untuk mendapatkan warna gradasi yang diinginkan. Bahan utama yang
digunakan juga melalui proses pewarnaan untuk mendapatkan kesatuan
warna dengan bahan yang diproses batik.
Untuk menonjolkan motif dan menambah nilai estetis pada
permukaan motif dan bahan utama, pemasangan mote payet, manik, dan
kristal sangat diperlukan.
Bahan utama menggunakan satin santung (thai silk), yang
mempunyai sifat bahan : mudah menyerap zat warna indigosol, memiliki
permukaan berkilau lembut, ringan, tidak mudah kusut dan memudahkan
dalam proses pembuatan busana bergaris potong membesar ke bagian
bawah.


· Bahan pendukung luar : koin organdi dan tule halus.
· Bagian lapisan dalam : mori gual (kemben) dan ero halus.
· Bahan penyangga : balen (kemben) dan tule kasar (petikut).

0 komentar:

Post a Comment