, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Contoh Makalah Seni Budaya 'GERABAH'

 Contoh Makalah Seni Budaya 'GERABAH'

baju jahit, batik, belajar, guru, indonesia, jahit, jogja, kaos, kebaya, konveksi, kursus, kursus menjahit, les, mesin jahit, obras, private, sekolah, terbaik, usaha, yogyakarta
 Contoh Makalah Seni Budaya 'GERABAH'


contoh dari kerajinan gerabah  - KATA PENGANTAR
        Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberi rahmat serta karunia –Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang berjudul :“GERABAH” Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian “Gerabah” ,saya harap Makalah ini dapat memberi informasi kepada kita semua tentang “Gerabah” dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khususnya untuk saya dan umumnya untuk para pembaca Makalah ini. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir Kata ,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Aamiiiinnn……..











                                        DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB  I :
            1. Pendahuluan
            2. Latar Belakang
            3. Perumusan Masalah
            4. Tujuan
BAB II :
            1. Pembahasan
            2. Sejarah
            3. Jenis-Jenis
            4. Perkembangan
BAB III:
            1. Penutup
            2. Kesimpulan
            3. Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
1. Pendahuluan
        Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di bentuk kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.Berdasarkan hasil penelitian, gerabah prasejarah diperkirakan sejaman dengan masa bercocok tanam.Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan rumah tangga. Istilah gerabah biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang terbuatdari tanah liat.selain disebut dengan gerabah sebagian ada yang menyebutnya dengan tembikar atau keraamik local,untuk membedakannya dari istilah keramik asing.       Gerabah digunakan sebagai alat rumah tangga dan sebagai bagian mas kawinpada upacara pernikahan.agar gerabah yang dibuat menarik,maka pembuatmemberikan motif hias pada gerabah.gerabah yang digunakan untuk kepentinganrumah tangga biasanya bermotif sederhana atau polos,sedangkan gerabah untukyang lain memerlukan motif yang lebih baik,sebagai contoh motif hias untuk gerabahpernikahan ditentukan oleh martabatnya maka hiasan pada gerabahnya pun semakin banyak dan sulit.
        Gerabah merupakan bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik. Ada pendapat gerabah bukan termasuk keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain.
      


                2. Latar Belakang
                Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.keterampilan membuat gerabah telah dilakukan sejak jaman dahulu dan telah menjadi bagian dari perkembangan peradaban bangsa di nusantara,jejak historinya pun jelas yaitu terwariskan hingga masa kini,menurut kajian arkeologis,keahlian membuat gerabah ini baru di kenal di masa bercocok tanam,siklus cocok tanam yang menyisahkan waktu luang cukup panjang bagi para petani sehingga memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan keahlian ini dan jenis gerabah yang di hasilkan kebanyakan berupa peralatan rumah tangga.
        Biasanya proses pembuatan keramik atau gerabah dibagi menjadi dua bagian, yaitu dengan cara dicetak apabila untuk pembuatan dalam jumlah yang banyak, atau dikerjakan dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan tangan pada keramik yang berbentuk silinder  seperti jambangan, pot atau guci, yang dilakukan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat di atas tempat yang dapat diputar, salah satu tangan perajin akan berada di sisi dalam sementara lainnya berada di luar. dengan proses memutar alat tersebut maka akan menjadikan tanah berbentuk silinder.
              



              
                3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul ialah
1. Apa pandangan masyarakat tentang penggunaan gerabah pada masa ini?
2. Apakah pengertian dari gerabah?
3. Apa saja fungsi dan manfaat dari gerabah?
4. Hal-hal apa yang dapat menginspirasi masyarakat untuk menggunakan
   gerabah local?
5. Bagaimana proses pembuatan gerabah?
                4. Tujuan
1. Mengetahui persentase penggunaan gerabah di lingkungan masyarakat
   pada masa ini.
2. Mengetahui pengertian dari gerabah.
3. Mengetahui apa saja fungsi dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan
   gerabah.
4. Mengetahui seberapa jauh wawasan masyarakat tentang gerabah.
5. Mengetahui bagaimana proses pembuatan gerabah.
6. Mengetahui histori/sejarah tentang perkembangan dan jenis-jenis dari
   gerabah.
7. Mengetahui bagaimana gerabah muncul pada pertama kali.

BAB II
                   1. Pembahasan
Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sumber berikut ini : Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, copryght a 1995, kata “keramik” berasal dari bahasa Yunanai (greeak) “keramikos” menunjuk pada pengertian gerabah; ”Keramos” menunjuk pada pengertian tanah liat. “Keramikos” terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat dari tanah liat alami dan telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi. Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya terkenal dengan “teori keranjang”.
Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah Keranjang anyaman digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian dalammnya. Setelah terpakai keranjang di buang keperapian, kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya dibagian luar berupa relief cap tangan keranjang
(Nelson, 1984 :20) Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu bagian dari benda-benda keramik. Di Indonesia istilah ‘gerabah’ juga dikenal dengan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara turun temurun.
Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9). Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted from Campton’s Interactive Encyclopedia dalam „Pottery and Porcelain, Copyright © 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti kutipan berikut : “The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the oldest arts in the world.”
        Pengendalian mutu dilakukan sejak penyiapan bahan baku hingga pengiriman barang (pesanan), tanpa dilakukan pengujian kualitas atau mutu secara khusus. Pengawasan dilakukan langsung oleh pemilik usaha, dengan tujuan untuk menjaga kualitas atau mutu produk serta sarana dalam upaya membimbing pekerja untuk meningkatkan dan memotivasi kreativitas serta semangat kerja. Selain pemilik usaha, peninjauan secara berkala juga dilakukan oleh Departemen Perindustrian melalui petugas UPT Perindustrian Kasongan yang diberi wewenang sebagai lembaga bantuan teknis instansi dalam kegiatan proses produksi gerabah di Kasongan.
        Kualitas produk sangat tergantung kepada perbandingan campuran bahan baku utama, proses penjemuran dan pembakaran. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut yang harus diperhatikan dari pengrajin karena akan menentukan kualitas gerabah yang dihasilkan. Apabila pengawasan kurang dilakukan pada proses ini maka keramik yang dihasilkan akan bermutu rendah dan mudah rusak. Pengendalian mutu lainnya adalah pemeliharaan campuran bahan baku utama yang harus dalam keadaan lembab.
        Dalam kegiatan proses produksi jika terdapat kerusakan atau cacat maka semaksimal mungkin dilakukan perbaikan terhadap produk tersebut selama kondisi memungkinkan untuk diperbaiki. Tetapi jika kerusakan atau cacat produk dianggap berat, maka produk tersebut tidak akan dipasarkan.

                   2. Sejarah dan Peranan Gerabah
        Dalam dunia arkeologi istilah gerabah sudah sangat terkenal. Namun, orang awam pun mengenalnya dari sisi yang lain. Berbegai benda yang dihasilkan oleh para pengrajin, seperti gentong, pasu, pot bunga, mangkok, cobek, kendi, dan sebagainya, serta seringnya diadakan pameran, menandakan benda ini cukup populer di mata masyarakat.
        Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan. tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunkan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar. selain ditemukan banyak tembikar dan juga terdapat pembuktikan bahwa benda gerabah mulai dikenal pada masa bercocok tanam.Bukti-bukti tersebut berasal dari kadenglebu(banyuwangi), kalapadua(bogor), serpong (tangerang), kalumpang dan minanga sepakka(sulawesi), sekitar bekas danau bandung, timur leste dan poso(minahasa). Dari temuan-temuan tersebut dapat kita simpulkan bahwa teknik pembuatan gerabah dari masa bercocok tanam masih sederhana.
        Gerabah dibuat dari satu atau dua jenis tanah liat yang dicampur. Warnanya tidak bening, berpori, dan bersifat menyerap air. Campuran yang digunakan terdiri dari pasir kasar atau pasir halus, dan pembakarannya antara 1000-1150 derajat Celcius. Kadang-kadang lebih rendah dari itu.
        Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolitik (kira-kira 10.000 tahun SM) di daratan Eropa dan mungkin pula sekitar akhir masa paleolitik (kira-kira 25.000 tahun SM) di daerah Timur Dekat. Menurut para ahli kebudayaan, gerabah merupakan kebudayaan yang universal (menyeluruh), artinya gerabah ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh bagian dunia. Perkembangannya bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi. Mungkin juga masing-masing bangsa menemukan sendiri sistem pembuatan gerabah tanpa adanya unsur peniruan dari bangsa lain.
        Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa foodgathering (mengumpulkan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup secara nomaden, senantiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara efektif karena gerabah merupakan benda yang ringan dan mudah dibawa-bawa. Selain itu gerabah juga merupakan benda yang kuat, paling tidak lebih kuat daripada yang dibuat dari bahan lain, seperti kayu, bambu atau kulit binatang.
        Yang terpenting, bahan pembuatan gerabah mudah didapat. Tanah liat terdapat di mana-mana. Karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri. Akan tetapi mengenai proses ‘penemuan’ gerabah itu sendiri, belum satu orang pun bisa menguraikannya secara ilmiah. Barangkali bisa diuraikan begini. Pada waktu itu beberapa orang sedang membakar hasil buruannya. Kebetulan pembakaran itu dilakukan di atas tanah yang tergolong jenis tanah liat. Setelah selesai membakar daging itu, mereka mendapatkan tanah di bawahnya berubah menjadi keras. Dari sinilah muncul gagasan untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang dibakar.
        Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai faktor yang utama, meskipun panas matahari barangkali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama. Karena itu dapat dipastikan bahwa munculnya gerabah merupakan efek lain dari penemuan dan domestikasi api. Masyarakat yang belum mengenal api tentulah mustahil bisa memproduksi gerabah. Dengan demikian, tafsiran bahwa gerabah mula pertama dikenal pada masa neolitik dapat diterima, sebab penemuan dan domestikasi api baru dikenal pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolitik.
        Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia hidup dalam corak berburu dan mengumpulkan makanan. Usaha mengumpulkan makanan berarti membutuhkan ‘sesuatu’ untuk wadah makanan tersebut. Dalam hal ini wadah yang paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa ke mana saja. Dan ini sesuai dengan corak hidup nomaden. Karena itulah gerabah memiliki arti yang penting bagi manusia, sehingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus semakin berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat efektifitas setinggi gerabah.
        Penggunaan wadah gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti penting bahkan jauh lebih penting daripada yang bisa kita bayangkan. Dengan dikenalnya wadah yang kecil, mudah dibawa dan kuat, suatu kebudayaan maju selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi. Apa lagi dengan dikenalnya corak kebudayaan hidup menetap, fungsi gerabah semakin meluas. Kebutuhan gerabah yang beraneka ragam melahirkan tipe-tipe gerabah yang semakin banyak. Kalau sebelumnya digunakan wadah lain yang jauh lebih sulit diperoleh, kini mereka bisa membuat wadah gerabah yang lebih mudah didapat.
        Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Sampai kini gerabah yang berhasil ditemukan terutama berbentuk wadah, seperti periuk, cawan, pedupaan, kendi, tempayan, piring, dan cobek.
        Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini sangat besar manfaatnya, karena gerabah merupakan alat penunjuk yang baik dari kebudayaan yang berbeda. Beberapa kereweng yang dapat dikenali tipenya bisa digunakan untuk menanggali benda-benda lain yang ditemukan di sekitarnya dan dapat pula digunakan untuk menentukan hubungannya dengan kebudayaan lain. Selain itu gerabah merupakan benda yang sulit hancur sama sekali, terlebih lagi kalau tersimpan dalam tanah. Itulah sebabnya gerabah yang telah berusia puluhan ribu tahun pun masih bisa dikenali.
                3. Jenis-jenis Gerabah
Bentuk dan kegunaan gerabah sangat beraneka ragam, mulai sekedar barang hiasan ruangan, peralatan rumah tangga hingga souvenir dengan ukuran yang sangat beragam. Menurut bentuk dan kegunaannya, gerabah dapat dipilah menjadi 2 jenis, yaitu :

1)    Fungsi Gerabah
Berdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :
a.    Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung kepada penggunanya. Bentuk gerabah fungsional antara lain : pot bunga, tempat payung, tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan peralatan dapur;
b.    Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai barang-barang hiasan ruang, seperti guci.
2)    Ukuran Gerabah
Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :
a.    Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 – 150 cm, seperti guci, patung;
b.    Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm, seperti tempayan, kuali, peralatan dapur, guci, tempat payung, pot bunga
c.    Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai barangbarang hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat lilin, patung kecil.


Contoh gambar gerabah fungsional
http://www.galerikerajinanindonesia.com/content/uploads/mtoc/product_images/pot-bunga-besar-gl.jpg
( pot bunga )

http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/08/kendi-air.jpg
( kendi )
http://202.67.224.137/pdimage/68/1103468_mini-clay-ashtray.jpg
( gerabah asbak )


http://chijow.files.wordpress.com/2012/04/clay-pot.jpg
( gerabah peralatan dapur )
http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/08/gerabah-jawa-tengah.jpg
( gerabah peralatan dapur )

Contoh gambar gerabah Non Fungsional
http://kampungbatikwiradesa.com/foto_produk/21Guci%20batik%20B.JPG
( Gucci )
http://1.bp.blogspot.com/-yqyPspyY77E/UTGU5a3LHrI/AAAAAAAAAIU/i3TxJpVUsH4/s200/guci+batik+tulis.JPG

                4. Perkembangan Gerabah
a. Kadenglembu (Jawa Timur)

        Penelitian terhadap situs Kadenglembu dilakukan oleh Heekeren pada tahun 1941 dan Soejono pada tahun 1969 menemukan sejumlah kereweng tidak berhias, di antaranya ada yang memperlihatkan warna merah yang dipoleskan pada permukaan luarnya. Dalam lapisan yang mengandung kereweng ini ditemukan sejumlah fragmen beliung setengah jadi, batu asahan berfaset dan sejumlah besar pecahan batu. Di atas lapisan ini terdapat lapisan yang lebih muda yang mengandung beberapa pecahan porselin, beberapa uang kepeng, dan pecahan bata.

        Bentuk gerabah yang ditemukan di Kedenglembu ini masih sederhana, karena sebagian besar temuan berupa fragmen tepian dan badan dari periuk yang pada umumnya bentuknya membulat. Periuk dengan bada bergigir sangat jarang dijumpai. Dari data yang terkumpul, dapat kita ketahui tentang bentuk-bentuk periuk yang umumnya kebulat-bulatan dengan tepian melipat ke luar. Dari bentuk semacam itu dapat pula kita duga bahwa gerabah seperti itu dibuat oleh kelompok masyarakat petani yang selalu terikat dalam hubungan sosial-ekonomi dan kegiatan ritual. Sifat-sifat individual tidak dapat berkembang pada pembuatan gerabah di Kadenglembu.

b. Jawa Barat

        Situs penemuan Kalapadua terletak di atas daratan di tebing kanan Sungai Ciliwung. Sebagian gerabah yang ditemukan di tempat ini berada di permukaan tanah, hal kemungkinan di akibat oleh erosi dan kegiatan pertanian penduduk setempat.

        Dari daerah Kalapadua, ditemukan gerabah yang lebih banyak daripada yang ditemukan di Kadenglembu. Dari hasil pengkajian ternyata gerabah yang ditemukan di Kalapadua lebih baik dalam pembuatannya, akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal pembakaran, dimana pembakarannya kurang sempurna sehingga mengakibatkan gerabah yang ada di Klapadua tidak bisa bertahan lama. Gerabah ditemukan dalam keadaan rapuh dan mudah pecah. Hampir sebagian gerabah yang ditemukan di Klapadua telah terkikis sehingga mengakibatkan pola hias yang pasti tidak bisa diketahui.

Dari hasil penemuan kita dapat memperkirakan bahwa kebudayaan yang berkembang di Kalapadua berasal dari masa bercocok tanam. Hal ini diperkuat oleh beberapa temuan lain yang berkaitan dengan masa bercocok tanam, seperti; pecahan beliung, batu asahan, gelang dan alat-alat logam.
        Ditinjau dari hasil penemuan yang ada di Klapadua, dapat diperkirakan kalu daerah ini pernah menjadi tempat tinggal masyarakat yang menghasilkan kebudayaan kapak persegi. Dari hasil temuan dapat diketahui bahwa gerabah yang dibuat di tempat itu berupa; periuk, cawan, dan pedupaan (cawan berkaki).

a. Periuk
Temuan-temuan gerabah pada umumnya fragmentaris itu, kita kenal dua macam jenis periuk yang memiliki tepian melekuk dan melipat keluar.
• Bentuk badan yang kebulat-bulatan,
• Jenis periuk dengan bergigir
Setelah di kumpulkan ternyata bentuk periuk ke bulat-bulatan ditemukan lebih banyak dari bentuk yang bergigir. Kedua jenis periuk ini tidak di hias serta mempunyai alas cekung.

b. Cawan
Setelah di kumpulkan dan dikategorikan ternyata jenis cawan ada tiga macam, yaitu:
• Cawan beralas bulat dengan tepian langsung yang agak melengkung ke dalam.
• Cawan beralas rata dengan tepian langsung
• Cawan yang sama dengan yang pertama namun perbedaannya terletak pada diberi kaki sehingga bentuknya seperti pedupaan.

        Ketiga jenis cawan tersebut tidak memiliki hias. Yang menarik dari cawan-cawan tersebut ialah cawan jenis ketiga yang mirip dengan pedupaan. Kaki dibuat terpisah dari badannya. Bekas-bekas sambungannya masih tampak dan sering kali kedua bagian ini ditemukan dalam keadaan terpisah. Untuk memperkuat sambungan itu, dibuat goresan pendek sedalam ½-1 mm pada bagian yang akan disambungkan dengan badan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Teknik menyambung seperti ini bukti-buktinya lebih terang terlihat pada jenis pedupaan yang ditemukan di Buni (Bekasi).

Sekitar Danau Bandung
        Gerabah yang ditemukan di sekitar Danau Bandung dikumpulkan oleh Jong dan Koenigswald pada tahun 1941-1947. Adapun tempat-tempat penemuan gerabah di sekitar danau Bandung yaitu dataran tinggi Dago Timur. Di dataran tinggi Dago Timur ini Rothpletz telah mengumpulkan kereweng-kereweng yang jumlahnya banyak bersama-sama pecahan obsidian, pecahan batu api, kuarsa, dan sisa-sisa tuangan besi.

        Gerabah dari Bandung umumnya tebal-tebal (antara 5-20 mm), dan berwarna merah. Tanda-tanda hiasan masih tampak, yaitu berupa goresan-goresan pola sisir dan pola tali, tetapi pada umumnya polos dipoles dengan warna merah pada permukaan luarnya. Dari fragmen-fragmen yang ditemukan dapat diperkirakan bentuk gerabah Dago Timur itu. Di antaranya ada periuk yang badannya kebulat-bulatan dan ada pula yang memiliki puncak bersudut dengan tepian melipat ke luar, ada juga fragmen alas yang rata, tetapi tidak banyak jumlahnya.

c. Sulawesi Tengah

Peninggalan gerabah yang ditemukan di Sulawesi Tengah diperkirakan berasal dari masa bercocok tanam, karena ditemukan bersama unsur-unsur beliung dan kapak yang diupam. Situs penemun yang ada di Sulawesi Tenggara yaitu di daerah Minanga Sipakka yang terletak di pinggir Sungai Karama.

Stein Callenfels yang pernah mengadakan penggalian di bukit Kamasi mengatakan bahwa diantara gerabah yang ditemukan itu ada yang berasal dari masa protoneolitik, jadi menjelang masa bercocok tanam. Heekeren membedakan gerabah kelumpang atas periode, yaitu periode bercocok tanam ialah kereweng-kereweng polos dan beberapa kereweng berhias bergores dengan pola garis pendek sejajar dan pola lingkaran. Kereweng yang berpola geometris digolongkan ke dalam masa perundagian yang banyak persamaannya dengan gerabah kompleks Sahuynh di Vietnam.

        Gerabah yang ditemukan di Minanga Sepakka di temukan bersama dengan unsur kapak lonjong dan alat pemukul kulit kayu dari batu. Gerabah dari tempat ini ada yang polos ada juga yang berhias gores dengan pola lingkaran, segitiga (tumpal), belah ketupat, dan sering di susun dalam komposisi pita-pita horizontal sekeliling badan. Menurut Heekeren, gerabah dari Minanga Sepakka lebih tua dari gerabah yang berasal dari Kalumpang. Pendapat ini di dasarkan pada nihilnya unsur beliung persegi di Minanga Sepakka. Namun apabila dilihat dari pola lukisan yang ada dalam gerabah yang ditemukan dapat diperkirakan seusia atau sejaman.









BAB III
                1. Penutup
        Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
        Terima Kasih pada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini juga sumber-sumber yang telah membantu dalam melengkapi materi makalah ini.
        Saya banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
              








                2. Kesimpulan
        Dari materi yang telah penulis kemukakan berdasarkan data-data yang telah penulis sajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerabah adalah alat yang terbuat dari tanah liat yang masih tradisional dan berfungsi sebagai alat bantu kehidupan manusia dan dapat juga digunakan sebagai penghias ruangan serta untuk interior rumah.
        Gerabah ternyata tidak hanya berupa alat-alat dapur seperti cobek atau kendi tetapi juga berupa vas bunga, celengan, asbak dan aneka macam bentuk yang terbuat dari tanah liat. Dalam pembuatan gerabah dapat dibagi menjadi 6 bagian yaitu Persiapan tanah liat, Proses pembentukan, Penjemuran, Pembakaran, Pengambilan tanah liat dan Penyempurnaan.
        Dan dapat ditarik kesimpulan, bahwa peranan gerabah dari zaman dahulu sampai zaman sekarang telah mengalami perubahan, seperti gerabah pada zaman dahulu hanya sebagai alat bantu rumah tangga sekarang gerabah dapat juga digunakan sebagai penghias taman atau sebagai interior rumah. Dan untuk mengantisipasi agar produk-produk tersebut tidak kalah dengan produk modern, corak dan disain gerabah tersebut harus lebih menarik dan harus ada perubahan.
              



              


                3. Saran
1. Sebaiknya masyarakat lebih menghargai alat-alat tradisional dalam negeri
    terutama gerabah, agar produk gerabah tetap dilestarikan dan dikenal
    oleh masyarakat luas.
2. Seharusnya para perajin gerabah lebih mengembangkan dan
    meningkatkan kualitas produknya sehingga produk-produk dalam negeri
    dapat digunakan sebagaimana kita menggunakan produk yang modern.
3. Pemerintah seharusnya memberi tempat yang layak pada para perajin,
    agar produk-produk mereka tetap bertahan di zaman modern ini


Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  contoh dari kerajinan gerabah

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang  Cara atau Tutorial Membuat Hijab Sendiri

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : https://yesiamalia.blogspot.co.id/2013/10/tugas-seni-budaya-gerabah.html

0 komentar:

Post a Comment