Motif Nusantara dalam Kain Songket Bali (Ditinjau dari Etnoarkeologi)
Motif Nusantara dalam Kain Songket Bali (Ditinjau dari Etnoarkeologi) |
contoh proposal makna motif kain sarung adat - I Kadek Agus Juniantara
Gambaran Umum
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas lebih dari 17.000 kepulauan, memiliki luas wilayah sekitar 700.000 mil persegi dan jumlah penduduk 245 juta . Kemajemukan suku dan adat pada satu sisi menjadi modal kekayaan budaya dan memberikan keuntungan bagi bangsa kita karena dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia.
Secara umum di masyarakat, kebudayaan sering diartikan sebagai sesuatu yang terkait erat dengan seni, seperti seni musik, seni tari, seni membatik, seni pahat, dan lain-lain. Namun menurut Prof. Koentjaraningrat dalam bukunya yaitu pengantar antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar dalam hal ini memiliki arti yang luas dan bukan hanya sekedar seni yang terlihat (Koentjaraningrat, 2009: 144).
Seni adalah cerminan budaya sesuatu masyarakat. Keperluan manusia untuk mengungkapkan perasaan keindahan tampaknya berlaku secara universal dan berlangsung sejak lama dalam bentuk visual baik sejak zaman prasejarah yaitu lukisan di gua-gua hingga manusia modern seperti sekarang yang ingin menunjukan keberadaannya.
Nilai dari suatu symbol atau bahasa non-verbal yang digunakan oleh berbagai suku dan adat istiadat masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang, yang bahkan sampai sekarang masih banyak untuk dipelajari dan dipahami kembali makna dan artinya. Ragam budaya membuat masyarakat harus lebih mengenal dan memahami masing-masing suku budaya berkomunikasi secara non-verbal melalui media yang berbeda-beda, bahkan dengan media yang relatif sama pun terkadang memiliki makna, serta penyampaian pesan yang berbeda.
Secara sederhana dapat diterangkan bahwa sebuah kain tenun, dihasilkan oleh perjalinan benang lungsin (benang yang menunggu) dengan benang pakan (benang yang datang). Proses yang amat sederhana inilah yang kemudian berkembang dengan berbagai teknik yang bermacam-macam sesuai dengan kreatifitas manusia, sehingga menghasilkan ciptaan-ciptaan yang indah dan menarik. Dalam perkembangan selanjutnya terlihat bahwa kepandaian menenun tidak saja lagi dipergunakan untuk sekedar menghasilkan hanya kain sebagai penutup tubuh, tapi lebih dari itu kain tersebut dapat merupakan sebuah karya seni yang muncul sesuai dengan alur kehidupan masyarakat. Sehelai kain tenun yang indah, tidak saja berfungsi sebagai busana penutup tubuh, namun lebih dari itu ia dapat menunjukkan derajat dan martabat sipemakainya. Kain tersebut dapat menunjukkan pesan khusus yang terselip dibalik motif dan warna-warnanya. Jadi bentuk saja belumlah cukup, harus disertai dengan makna dari lambang yang tersembunyi di balik motif dan ragam hias yang menyertainya.
Daerah-daerah yang memiliki kain tenun sebagai bagian dari budayanya adalah Nangroe Aceh Darussalam (Ija Kasab), Sumatera Utara (Ulos), Sumatera Barat, Riau, Jambi (Songket), Bengkulu (Songket), Sumatera Selatan (Songket), Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali (Songket dan Endek), NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.
Songket sebagai kain tradisional Bali memiliki keunikan dan kekhasan sehingga memerlukan perhatian yang serius untuk dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerusnya. Memahami pasar songket yang cukup terbatas karena fungsi dan kegunaannya sebagai kain (kamben) tetapi dalam perkembangannya mulai di jadikan ciri khas dan kebanggaan orang Bali dalam era globalisasi seperti sekarang.
Sejarah
Di Bali ada beberapa kota yang memiliki kerajinan tenun songket adalah kabupaten Singaraja yaitu di Desa Jinengdalem yang terkenal dengan kain songketnya, kabupaten Jembrana, kabupaten Klungkung dengan kain songket Gelgelnya, dan kabupaten Karangasem tepatnya di di Desa Sidemen . Menurut catatan sejarah yang tertuang dalam beberapa prasasti Bali Kuno sudah menerangkan adanya kegiatan untuk membuat kain. Beberapa prasasti menyebutkan mangiket (membuat pola kain), mangnila (mencelup dengan warna biru), dan mamangkudu (mencelup dengan warna merah). Selain itu terdapat data prasasti 305 Batur, Pura Abang A ,menurut Goris pada tahun 1954 menyebutkan :
IIIa. 3. ……., Astam tnunan laway, wdihan, basahan, kurug.
Artinya: …….., Selanjutnya tenunan, benang, pakaian, pakaian upacar, baju zirahyang menutup bagian dada…..
Mengenai kedudukan para pembuat kain pun tertuang dalam prasasti Bali Kuna pada pemerintahan raja Tabenendra Warmadewayang memberikan anugrah ke Samgat Mangjahit Kajang (pejabat ahli tentang menjahit kain (terutama kain kafan). Nama tersebut disebutkan pada prasasti bernomor 202, 203, dan 204.
(Dan seterusnya dikembangkan sesuai keinginan penulis)
Daftar Pustaka
“Album Tenun Tradisional: Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat”
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Media Kebudayaan 1982/1983. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/ 18 Desember 2014
“Analisis Karakteristik dan Perilaku Konsumen Tenun Songket Palembang” Maria Merry
Marianti dan Istiharini (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2013) Pdf di download melalui
http://www.google.co.id/ 18 Desember 2014
“Fashion Berbahan Songket: Perpaduan Antara Lokalitas dan Gaya Hidup Konsumen di Era
Posmodern” A. A. ISTRI NGURAH MARHAENI, dkk. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/ 18 Desember 2014
“Indonesia” Pdf di download melalui http://www.google.co.id/ 9 januari 2014
“Kajian Estetika Ragam Hias Tenun Songket Jinengdalem, Buleleng” I Nyoman Sila dan
I Dewa Ayu Made Budhyani. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/ 18 Desember 2014
“Makna Filosofi Batik” Sugiyem. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/
1 Desember 2014
“Motif Batik Tulis Kreasi Baru Produksi Batik Merak Manis di Surakarta (Sebuah Tinjauan
Estetika)” Mirna Ediwati. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/
2 Desember 2014
“Motif Purba dalam Penghasilan Produk Batik” Achmad Sopandi Hasan. Pdf di download
melalui http://www.google.co.id/ 1 Desember 2014
“Perkembangan Motif Kerajinan Tenun Songket di Desa Sidemen, Karangasem, Bali”
Agustiana Wikrama Tungga Wika Atmaja. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/ 18 Desember 2014
“Tato Sebagai Sebuah Media Komunikasi Non Verbal Suku Dayak Bahau” Marcellina Eka
Pradita. Pdf di download melalui http://www.google.co.id/ 2 Desember 2014
“Transformasi Rerajahan pada Karya Seni Lukis” I Ketut Alit Wijaya. Pdf di download melalui
http://www.google.co.id/ 1 Desember 2014
Buku
Ardika, I Wayan, dkk. 2013. Sejarah Bali: Dari Prasejarah Hingga Modern. Denpasar: Udayana
University Press
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Sunarya, I Nyoman. 2007. Seni Kerajaan Masa Bali Kuna. Denpasar: Balai Arkeologi
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang contoh proposal makna motif kain sarung adat
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang MACAM -MACAM MODEL ROK
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : bem.unud.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/CONTOH-ARTIKEL
0 komentar:
Post a Comment