Pendidikan Seni Drama Tari
Pendidikan Seni Drama Tari |
pengelompokan pada busana berdasarkan penempatan dan usia - Merupakan mata kuliah teori sekaligus praktek. Dalam kuliah teori, ditujukan kepada pemahaman konsep dasar tentang tari dan koreografi. Meliputi pengertian tari menurut beberapa ahli, unsur-unsur tari, fungsi tari, jenis tari dan bentuk penyajian tari, apresiasi seni, pengertian dan konsep-konsep koreografi, sampai dengan konsep naskah tari (dance screept). Sedangkan di dalam prakteknya, ditujukan kepada pembuatan koreografi untuk anak usia sekolah dasar serta pembuatan naskah tari (dance screept).
A. TUJUAN :
Setelah mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat :1. Menjelaskan pengertian, fungsi dan hakekat seni
2. Menjelaskan pengertian tari, unsur-unsur tari, fungsi tari, jenis tari dan bentuk penyajian tari.
3. Menjelaskan pengertian, manfaat, cara dan tingkat keberhasilan apresiasi seni.
4. Mengidentifikasi rentang masa perkembangan kemampuan anak dalam belajar menari.
5. Menjelaskan tentang pemilihan materi belajar menari berdasarkan 3 kelompok tujuan.
6. Menjelaskan tentang konsep-konsep koreografi.
7. Mahasiswa memiliki ketrampilan membuat naskah tari (dance screept).
8. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk membuat gerak-gerak sederhana.
9. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk membuat koreografi untuk anak usia dini.
BAB I
Pengertian, fungsi dan hakekat seniA. Pengertian, fungsi dan hakekat seni
1. Pengertian Seni
Ada lima hal yang terkandung dalam pengertian seni, yaitu seni sebagai: kemahiran (skill), kegiatan manusia (human activity), karya seni (work of art), seni indah (fine art), seni penglihatan (visual art) (The Liang Gie dalam Setya Widyawati, 2003: 20-21). Pembahasannya sebagai berikut:· Seni sebagai suatu kemahiran : seni dalam artinya yang paling dasar berarti suatu kemahiran atau kemampuan. Dikemukakan oleh William Flemming.
· Seni sebagai kegiatan manusia :
a. Kegiatan manusia yang sadar melalui tanda-tanda tertentu. Dikemukakan oleh Leo Tolstoy.
b. Kegiatan manusia yang menciptakan realita baru dengan perasaannya melalui perlambang/kiasan microkosmos sebagai manifestasi macrocosmos. Dikemukakan oleh Erich Kahler.
· Seni sebagai produk dari proses aktivitas manusia dalam seni :
a. Kegiatan yang dirancang untuk mengubah bahan alamiah menjadi benda-benda alam. Dikemukakan oleh Raymon Piper.
b. Dalam arti yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibuat oleh manusia untuk dilawankan dengan benda-benda dari alam. Dikemukakan oleh Hospers.
· Seni indah : berkaitan dengan pembuatan benda-benda dengan kepentingan estetis.
· Seni visual adalah suatu karya seni yang khusus dilihat mata, seperti lukis, pahat, patung dll.
Selain itu, ada beberapa tokoh yang mendefinisikan seni sebagai berikut:
· Ki Hajar Dewantara: segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya yang bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (Sudarso Pringgobroto, 1990: 2).
· Suwaji Bastomi: seni merupakan hasil kreativitas penciptanya, yang terwujud dalam bentuk kreasi dari hasil pengolahan yang kreatif.
2. Fungsi seni
Dra. Widia Pakerti, Ppd dkk memaparkan fungsi seni sebagai berikut:· Langsung
a. Media ekspresi
Kesenian sebagai sebuah karya cipta, rasa dan karsa manusia yang mentransformasikan pengalaman batin atau jiwa melalui media ungkap yang dipilih antara lain: gerak, rupa, suara. Sebagai salah satu upaya pengungkapannya adalah dengan cara mengolah (dibesut, distilir, digarap, ditata) media ungkapnya sehingga menjadi benda seni (karya seni/karya cipta/hasil ciptaan/hasil kreatifitas) yang mempunyai muatan estetis (keindahan) untuk disampaikan kepada penonton agar bisa ditanggapi ataupun dihayati.
Kreator (pencipta/penata/penggarap) dalam mengapresiasikan pengalamannya memilih media pengungkapannya yang dianggap relevan melalui selektifitasnya sendiri. Setiap kreator memiliki proses kreatif yang tidak sama, masing-masing memiliki cara sendiri-sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip ataupun metoda yang dipilih, tetapi secara garis besar proses kreatif tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
o Pengalaman empiris
Merupakan serangkaian kegiatan kehidupan yang memberikan pengaruh terhadap individu sehingga berbagai pengalaman yang menarik bagi pribadinya tersimpan dalam sanubarinya.
o Pengendapan
Merupakan sebuah proses kristalisasi berbagai pengalaman hidup yang telah didapatkan dan masuk dalam sanubarinya sehingga mampu mempengaruhi individu untuk selalu mengenang sesuatu yang menyentuh sanubarinya.
o Perenungan
Merupakan suatu proses merenungkan segala angan-angan yang berasal dari pengalaman empirisnya, yang kemudian telah mengalami proses pengendapan sekian lama sehingga kemudian akan menghasilkan sebuah ide gagasan tentang kekaryaan.
o Penuangan/transformasi/eksplorasi
Merupakan suatu proses mengekspresikan hasil dari pengalaman empiris, proses pengendapan dan proses perenungan menjadi sebuah proses penggarapan dengan menggunakan media yang dipilih sehingga nantinya dapat menghasilkan/mewujudkan sebuah hasil karya baru.
b. Media komunikasi
Kesenian sebagai sebuah karya kreatif tentu akan dikomunikasikan kepada orang lain. Sehingga mereka dapat mengetahui hal-hal tentang kekaryaan tersebut yang ingin diinformasikan atau dikomunikasikan, misalnya tentang latar belakang kekaryaan/penggarapan, proses penggarapan, ide yang diungkapkan, upaya penyajiannya dan lain-lain.
Para penonton/penikmat/penghayat/apresiator bisa memperhatikan segala hal yang ada sebagai muatan isi kekaryaan. Apabila terjadi respon dari penonton, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi antara karya seni yang disajikan dengan penonton.
c. Media bermain
Masa anak-anak nampaknya merupakan masa bermain yang paling menonjol, karena hampir setiap anak-anak tak pernah berhenti dari kegiatan bermain. Oleh karena itu kegiatan maupun bentuk kesenian untuk anak-anak lebih tepat dengan pola-pola ataupun bentuk kesenian yang bernuansa bermain.
· Tak langsung
a. Media Pendidikan
Setiap karya seni pasti mempunyai aspek pendidikan, karena dalam sebuah karya seni banyak mengandung aspek nilai yang hendak diinformasikan kepada penonton. Transformasi nilai yang ada pada sebuah karya seni dapat bermacam-macam sesuai dengan muatan yang ada, melalui simbol pengungkapan yang dengan sengaja digarap oleh penciptanya atau kreatornya dengan maksud dapat ditangkap oleh penonton.
Kesenian sebagai media pendidikan ditujukan untuk:
- Pengembangan kemampuan dasar.· Fisik
Gerak sebagai salah satu unsur dasar dari seni tari dan merupakan media ungkap seni tari, memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan fisik anak-anak. Khususnya dalam perkembangan motoriknya.
· Serap
Berlatih menari akan meningkatkan kemampuan daya serap anak pada berbagai hal yang terjadi dilingkungannya.
· Pikir
Seni dapat meningkatkan kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir anak.
· Emosi
Seni adalah ungkapan / ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui berbagai media. Ekspresi jiwa ini yang kita sebut sebagai emosi. Bisa berupa rasa senang, marah, sedih dan sebagainya.
· Cipta
Kegemaran bermain pada anak-anak seringkali menghadirkan suara-suara maupun gerak-gerak tubuh yang indah dan ekspresif dengan gaya yang spesifik. Perilaku ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk berkreasi. Hal ini menunjukkan bahwa berolah seni dapat meningkatkan kemampuan daya cipta anak.
· Estetika
Seni tidak bisa terlepas dari Estetika atau keindahan. Melalui seni, kita dapat meningkatkan kemampuan kita memahami tentang estetika/keindahan dan mengekspresikannya melalui karya yang mempunyai nilai esstetika tinggi.
- Pengembangan bakat.
Melalui seni kita dapat mengetahui bakat anak dalam bidang tertentu (rupa, gerak, suara dan lain-lain). Kemudian kita juga dapat mengembangkan bakat tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas diri anak tersebut.
Menurut Gray A. Judith, peran penting pendidikan seni pada anak adalah sebagai berikut:
a. Seni adalah dasar untuk berkomunikasiKesenian mengajarkan suatu cara lain untuk berinteraksi, mengungkapkan pikiran, emosi atau aspirasi seseorang. Misalnya tari, ungkapan gerak merupakan bahasa non verbal yang dikomunikasikan seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
b. Seni membantu siswa membangun kreativitas dan bakat-bakat kreatifnyac. Mempelajari seni juga membantu siswa memahami pelajaran yang lain.
Kesenian memberikan ruang yang luas kepada seseorang untuk berimajinasi kreatif dan mengembangkan kreativitas melalui proses kesenian. Di dalam penelitian Gray dibuktikan bahwa siswa yang mempelajari kesenian pada umumnya memperlihatkan orisinalitas dan kreativitas dalam hal lain (Gray, 1989: 86-88).
Kesenian memberikan pemahaman bagi cara berpikir yang berbeda, maka mempelajari kesenian dapat membantu siswa belajar memecahkan masalah dalam memahami mata pelajaran yang lain.
d. Mempelajari seni adalah jalan terbaik untuk memahami peradaban manusia.
Seni merupakan bagian yang sangat penting dari peradaban manusia serta mencerminkan latar belakang pencipta-penciptanya. Oleh karena itu seni memberikan ruang kepada siswa untuk berkomunikasi langsung dengan masa lalu dan mengantar wawasan siswa ke masa depan.
e. Mempelajari seni mambantu siswa membangun disiplin.
Belajar kesenian para siswa belajar tentang disiplin diri, seperti disiplin berlatih bidang kesenian yang dipilihnya, yang juga berpengaruh pada disiplin dirinya di dalam kehidupan sehari-hari.
f. Mempelajari seni di sekolah membantu siswa mempersiapkan masa depannya.
Dengan mempelajari kesenian, para siswa dapat mengembangkan bakat dan minatnya untuk memilih karirnya di masa mendatang. Tidak terbatas menjadi seorang seniman, tetapi bidang pekerjaan lain yang terkait.
g. Mempelajari seni membantu siswa menumbuhkan penilaian artistik (artistic judgement).
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali diperlukan penilaian artistik seperti pemilihan warna, tekstur, pola, urutan gerakan, garis dan sebagainya (Gray, 1989: 86-88).
Dengan demikian, kesenian termasuk seni tari mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga perlu diwujudkan dengan serius sebagai bagian integral dalam pembelajaran/stimulasi sejak dini.
3. Hakekat seni : ‘keadilan’. Ajaran keadilan tersebut akan dapat diketemukan dalam bentuk-bentuk kesenian seperti seni rupa, musik, teater maupun tari, dimana di dalamnya terdapat konsep balance atau keseimbangan, entah berupa bentuk, warna maupun ruang. Dari sinilah sebenarnya letak hakekat kesenian yang secara tidak langsung menuntut pada sikap para seniman untuk merefleksikan keseimbangan, yang bisa diartikan sebagai keadilan, di dalam masyarakat luas. Pengertian bahwa seniman merupakan ‘kontrol sosial’ adalah seniman sebagai pembela nilai-nilai kemanusiaan. Seniman harus mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan di sekitarnya. Dengan kata lain, kehadiran kesenian sebagai sarana ‘memanusiakan manusia’ lewat keseimbangan, keselarasan, dan keadilan yang dikandungnya.
BAB II
Pengertian, unsur-unsur, fungsi, jenis dan
bentuk penyajian tari
1. Pengertian tari
a. Soedarsono :
Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak ritmis yang indah. Untuk membuat gerak yang ritmis dan indah ini perlu adanya penggarapan. Penggarapn tersebut bisa berupa stilisasi dan distorsi. Gerak yang sudah melalui proses penggarapan berupa gerak murni (faktor indah) dan gerak maknawi (mengandung maksud tertentu). Gerak maknawi dibagi lagi menjadi gerak Imitatif( binatang & alam), gerak mimitif (manusia).
b. Suryodiningrat (dalam babad mekaring Joged jawi):
Gerak seluruh anggota badan serta diiringi dengan bunyi gamelan, ditata berdasarkan irama gending yang sesuai dengan maksud ungkap tarian.
c. KRT Koesoemo Koesowo:
Tari adalah gerak indah seluruh anggota badan yang diiringi lagu berirama dan mempunyai maksud menirukan suasana alam.
d. Secara umum:
Ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media gerak.
2. Unsur-unsur tari
a. Gerak
Gerak merupakan medium pokok dalam seni tari. Karena merupakan media yang pertama-tama digunakan untuk alat ungkap dan ditangkap oleh penonton. Agar gerak tersebut dapat mewakili maksud yang hendak diungkapkan, maka perlu adanya penataan/penggarapan yang tepat. Melalui penggarapan itulah, suatu gerakan akan mempunyai kualitas atau bobot yang ditentukan sesuai dengan maksud penggarapannya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang kualitas atau bobot tarian tersebut di atas, bahwa secara tehnis ditinjau dari tata gerak tari, kualitas/bobot bisa terwujud karena adanya kemampuan memanfaatkan unsur:
o Tenaga
Tenaga merupakan suatu kekuatan atau muatan stamina yang dibangun dalam gerakan. Tanpa adanya pengaturan tenaga yang jelas, maka gerak tari bagaikan sebuah benda yang bergerak melintas begitu saja. Sekecil apapun penggunaan tenaga yang diperlukan dalam gerak tari, perlu dipahami dan dapat disalurkan dalam tubuh. Karena dengan penggunaan tenaga yang berbeda akan menghasilkan kesan dinamika yang berbeda pula.
Misalnya saja untuk gerakan yang keras memerlukan tenaga yang lebih banyak daripada gerakan yang lembut. Ada pula gerakan yang sangat pelan tetapi memerlukan tenaga yang kuat, karena ingin menghadirkan pengungkapan yang mencekam. Bagaimana awal tenaga tersebut harus disalurkan dan pada saat kapan tenaga harus dilepas, seringkali menentukan kesan sebuah gerak tari.
o Ruang
Adalah tempat di sekitar obyek bergerak. Atau dengan kata lain, ruang adalah keseluruhan arena yang nampak di udara. Bagaimana bentuk gerak tari dan bagaimana kedudukan penari dalam suatu panggung agar bisa sesuai dengan gerakannya, juga merupakan masalah ruang.
Kesan ruang bisa hadir dari posisi gerak tubuh, volume gerak tubuh, kedudukan/penempatan penari di atas panggung. Kesan ruang dalam tubuh akan nampak dari posisi anggota badan dalam membentuk suatu gerakan. Kemudian nampaklah kesan-kesan gerakan seperti berikut: luas-sempit, kuat-lemah, jauh-dekat, diagonal, vertikal, melengkung, horizontal.
Kesan luas sempitnya gerakan bisa terjadi karena posisi kaki dan tangan maupun pembentukan tubuh yang mengecil/merapat ataupun membuka/melebar/meluas. Sebagai contoh misalnya: sikap kedua tangan dan kaki yang terbuka menghadap ke depan dan berdiri di tengah panggung akan lebih terkesan luas daripada melakukan sikap yang sama tetapi di samping kiri atau kanan panggung.
Kesan diagonal ditempuh pada saat posisi gerakan ke arah diagonal, ketika garis diagonal mengarah ke depan akan menimbulkan kesan dekat, sebaliknya ketika garis diagonal mengarah ke belakang akan lebih memberikan kesan jauh dari arah hadap penonton.
Kesan vertikal akan nampak pada saat penari melakukan gerakan mengarah ke atas atau bawah, dari gerakan ini akan menimbulkan kesan meninggi atau merendah. Sebagai contoh misalnya: kedua tangan merapat lurus ke atas, kedua kaki merapat, kemudian melakukan gerakan ke atas dengan cara meluruskan tubuh ke atas, kemudian merendah dengan cara menekuk kedua lutut (jongkok).
Kesan horizontal bisa nampak saat posisi gerakan mengarah ke samping kiri dan kanan. Misalnya: penari menghadap ke depan kemudian bergerak ke arah kiri dan kanan dalam posisi tangan ndaplang (terlentang).
Kesan lengkung bisa nampak suatu gerakan dilakukan dengan lengkungan-lengkungan di tempat maupun sambil melintas.
Pada gerakan-gerakan diagonal-vertikal maupun horizontal bisa menimbulkan perspektif, misalnya kesan jauh-dekat, dalam-dangkal.
o Waktu
Perjalanan setiap gerak tari akan menghadirkan kesan tertentu. Bagaimana gerak itu dibuat dan dilakukan untuk memperoleh kesan tersebut, tergantung pada pola waktu atau penataan unsur waktu, yaitu tentang penggarapan cepat-lambat maupun panjang-pendeknya suatu gerak tari.
Banyak sedikitnya pola gerak tari yang tersusun dalam suatu komposisi tari akan menentukan panjang pendeknya sebuah tari. Untuk itu berapa lama sebuah tari dilakukan juga tergantung dari kebutuhan penciptaan/penataan tari. Dengan demikian aspek waktu merupakan permasalahan tentang panjang-pendeknya maupun cepat-lambatnya suatu perjalanan gerak tari.
b. Iringan
Gerak dan musik merupakan suatu kesatuan dalam tari. Namun demikian bukan berarti setiap gerakan atau tarian memerlukan musik iringan yang jelas secara auditif, tetapi bisa berupa kesan musikal saja. Kesan musik tersebut bisa dilihat/dirasakan pada unsur ritme atau irama. Dari pemahaman irama tersebut terjalinlah nafas kehidupan, sehingga dapat menghasilkan suasana tertentu dalam penghayatan.
Secara ringkas peranan (fungsi) musik iringan dalam tari dapat dikategorikan sebagai berikut:
o Membantu menguatkan suasana dan adegan
o Memperjelas dinamika
o Menuntun rasa/perasaan/pengungkapan
o Memperjelas irama
o Harmonisasi
o Memperjelas daya emosional
o Memperjelas intensitas (tekanan) gerak
Ada beberapa elemen/ unsur musik yang perlu diketahui, antara lain:
o Unsur pokok:
- Bunyi
Merupakan sumber utama musik. Bunyi sebagai iringan tari terjadi karena disengaja yaitu dengan cara memainkan alat musik, ataupun bunyi dari kehidupan alam semesta.
- Irama
Irama terjadi karena mengalirnya ketukan dasar yang teratur mengikuti beragamnya variasi gerak melodi. Pola irama pada musik memberikan perasaan tertentu pada setiap insan yang mendengarkan, karena pada hakekatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan. Contoh: irama melayu, irama dangdut, irama keroncong, dsb.
- Melodi
Melodi dapat hadir karena susunan nada-nada dalam suatu lagu. Kesan melodi sangat tergantung dari kesan yang hendak diungkapkan melalui susunan nada tersebut. Bagaimana untuk menciptakan kesan sedih, kacau, gembira, marah, agung adalah tergantung pada kemampuan menyusun nada-nada.
- Birama
Adalah pengelompokan ketukan menjadi unit-unit hitungan, terutama dalam hubungannya dengan kerangka waktu. Pengelompokan tersebut berkaitan dengan eleman-elemen musik seperti melodi, harmoni, ritmik dsb.
- Harmoni
Merupakan kesesuaian dan keselarasan bunyi dari setiap instrumen dalam permainan musik kelompok, yang tampil sebagai bentuk yang utuh, enak didengar dan memenuhi syarat sebagai suatu karya musik.
- Tekstur
Merupakan jalinan atau alunan melodi yang terdiri dari berbagai suara dalam sebuah karya musik. Berbagai suara yang dipadukan melalui pertimbangan-pertimbangan keserasian nadanya dapat diibaratkan sebagai jarring-jaring yang melatarbelakangi sebuah karya seni. Dalam jarring-jaring tersebut tergambarkan berbagai kesan ataupun sebuah kehidupan yang ingin diceritakan oleh penciptanya.
o Unsur pendukung
- Tempo
Adalah istilah untuk ukuran kecepatan, misalnya tempo cepat-lambat-sedang. Tempo dibentuk dengan cara mengatur berat, yaitu ketukan dasar dalam ukuran antara nada yang satu dengan nada yang lain.
- Dinamika
Dinamika dapat didefinisikan sebagai volume bunyi yang kuat/ lembut dan perubahan yang berangsur-angsur dari kuat ke lemah dan sebaliknya.
Dinamika dan tempo sangat mendukung ekspresi musik, karena mampu memberikan daya hidup pada performa (penampilan) musik dan lagu.
- Gaya
Merupakan suatu cara menyampaikan melodi atau lagu, tersambung dengan halus atau terputus-putus, feminin atau sigrak, halus atau keras dsb. Setiap penggarapan musik tentu mempunyai pendekatan karakteristik tersendiri sesuai dengan latar belakang penggarapan dan hasil yang hendak dicapai.
- Kualitas nada/warna nada
Setiap sumber suara akan menghasilkan warna suara (timbre) sebagai ukuran kualitas suara yang diharapkan. Disamping tergantung oleh jenis sumber suara yang dipilih, kualitas nada ataupun warna suara juga sangat tergantung dari jumlah sumber suara maupun alat musik dan cara menggarapnya.
- Bentuk komposisi atau form.
Adalah bentuk komposisi sebagai suatu karya musik. Misalnya adanya beberapa hal yang menyebabkan lagu tersebut terbagi dalam bagian-bagian yang sama, hampir sama, atau berbeda sekali antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
c. Tema
Dalam suatu karya tari, tema merupakan salah satu unsur yang menentukan. Agar karya tari dapat ditangkap oleh penonton, maka tema perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum geraknya dieksplorasi. Karena pengembangan ide penggarapan tetap perlu berpijak pada tema pokoknya.
d. Tata rias busana
Tata rias adalah segala upaya mengubah wajah dengan menggunakan alat-alat tertentu sesuai dengan peran atau karakter yang ditentukan. Berbagai upaya mengubah wajah tersebut antara lain dengan menggunakan pewarna, goresan/coretan, dan lain sebagainya.
Tata busana adalah segala perlengkapan yang dikenakan pada artis/penari saat ia memperagakan peran tertentu di atas pentas. Tata busana dapat berupa pakaian yang berfungsi sebagai penutup (pelindung) badan termasuk perhiasan (asesoris) ataupun tanda pengenal (atribut) yang membedakan peran yang satu dengan yang lainnya, dan juga peralatan untuk kelengkapan menari (property).
Untuk membuat tata busana perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
· Bentuk atau model tata busana
· Jenis bahan yang digunakan
· Tata warna
e. Ruang pentas
Ruang pentas adalah keseluruhan arena yang nampak dengan pembatasannya yang jelas terutama adanya lantai. Ruang pentas dapat berupa:
· Pentas arena: tempat pertunjukan berbentuk arena (melingkar) yang tidak ada pemisahan yang jelas antara penonton dan pementas.
· Panggung prosenium: panggung pertunjukan berbentuk prosenium yang mempunyai batas yang jelas antara penonton dan pementas.
· Panggung tapal kuda: panggung pertunjukan dimana tempat penonton berbentuk tapal kuda.
2. Fungsi tari
Secara garis besar dari berbagai kegiatan dan kegunaannya, fungsi tari dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fungsi primer
o Tari sebagai media pengungkapan pengalaman jiwa kreator atau pencipta.
Kreator atau pencipta tergerak jiwanya untuk mengungkapkan endapan pengalaman hidupnya yang telah dilalui. Segala hal yang ia ketahui dan telah menyentuh jiwanya kemudian menjadi sebuah endapan pengalaman hidup yang suatu saat diungkapkan ke dalam sebuah karya seni. Karya seni merupakan media informasi yang dalam penggarapannya mewujudkan symbol-simbol yang memuat kesan-kesan tertentu untuk dihayati kemudian makna yang terkandung di daldmnya ditelaah berdasarkan pemahaman maupun pengalamannya sendiri.
o Tari sebagai media penghayatan bagi penikmatnya.
Seni tari merupakan suatu bentuk karya seni yang memuat informasi pengalaman batin seseorang. Penikmat atau penghayat berusaha untuk menikmati atau menghayati sesuatu yang ada pada karya tersebut.
b. Fungsi sekunder
o Tari upacara
Artinya adalah tari itu ada (menjadi bagian) dalam rangkaian upacara itu sendiri. Yang dimaksud dalam upacara di sini adalah upacara ritual yang diselenggarakan oleh suatu daerah/lokal budaya tertentu dengan tujuan vertikal antara makhluk di bumi dengan roh/kekuatan dahsyat di atasnya, yang diyakini sebagai penguasa daerah tersebut.
Tari upacara pada umumnya bersifat sakral dan magis. Banyak tarian yang tergolong sebagai tari upacara tersebut saat ini masih dijumpai di desa-desa yang masih tetap mempertahankan tradisinya dalam bentuk upacara desa. Seringkali digunakan dalam rangkaian upacara adat suatu desa atau keluarga, meskipun unsur tarinya cenderung sebagai pelengkap.
Tarian upacara mempunyai tujuan khusus, misalnya untuk kesuburan, menghalau penyakit, kematian, perkawinan, potong gigi, bersih desa/sedekah bumi, potong rambut yang pertama/kethok kuncung, turun tanah, kehamilan dan lain-lain.
Pada mulanya tarian upacara bersifat kolektif, tata gerak tariannya yang tidak merupakan hal utama menyebabkan adanya aspek kekuatan jiwa yang dominan. Kekuatan jiwa tersebut lebih dapat mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri ataupun hal-hal di luar diri manusia. Kehendak jiwanya dinyatakan dalam bentuk gerak tari. Mereka percaya bahwa dengan bergerak atau menari, apa yang jadi kehendak jiwanya akan tercapai.
o Tari hiburan
Tari hiburan dikenal pula dengan istilah social dance, lebih mengutamakan kegembiraannya. Oleh karena itu segi hiburan lebih menjadi tujuan utama daripada segi tehnik dan estetisnya.
Tari dalam kelompok ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pihak lain yang membutuhkan, misalnya pihak pribadi/personal ataupun instansi yang butuh tari sebagai media rekreasi ataupun resepsi, atau pihak sponsor yang membutuhkan tari sebagai media promosi, bahkan pihak-pihak tertentu yang membutuhkan tari sebagai media kampanye bagi kemajuan kelompoknya.
o Tari pertunjukan
Tari pertunjukan adalah sebuah tari yang ditata menjadi sebuah pertunjukan yang dapat ditonton lebih menarik apik. Oleh karenanya berbagai aspek pemanggungan hingga penyelenggaraannya ditelaah berdasarkan pendekatan yang lebih mengacu pada proporsinya masing-masing, misalnya ada yang khusus menangani tentang kekaryaan/penggarapannya, ada yang menangani masalah produksinya, ada yang menangani masalah penyelenggaraannya, ada yang menangani masalah pendanaannya dan sebagainya.
Tari dengan tujuan seni murni diselenggarakan untuk dikonsumsi oleh para seniman dalam konteks apresiasi, pengamatan, dan atau penelitian. Untuk fungsi ini seluruh partisipasi (dana, fasilitas, waktu juga tenaga/personal), dikonsentrasikan pada nilai seni itu sendiri secara utuh.
o Tari pendidikan
Tari pendidikan meliputi hal-hal berikut: pewarisan nilai-nilai seni maupun proses pembelajaran dan apresiasi tari yang makin terasa kekurangannya.
Tari pendidikan (educational dance) adalah tari sebagai sarana atau media pendidikan. Pencetus tari pendidikan adalah Rudolf Laban. Tari pendidikan dikenal juga dengan istilah exspressive dance dan creative dance. Hal ini dikarenakan bentuk tarian ini menekankan pada ekspresi diri peserta didik dan menekankan pada metode kreatif (khususnya proses kreatif). Metode ini sering juga disebut dengan metode creative movement, yaitu suatu model pembelajaran tari yang menekankan kepada kebebasan gerak pribadi yang menggunakan gerak yang universal ( gerak keseharian seperti berjalan, berguling, berlari dan sebagainya), dalam aktivitas belajar menari dirumah/keluarga, kelompok bermain, sekolah dan sebagainya. Metode dan model pembelajaran tari ini secara luas dapat juga digunakan untuk anak, remaja dan orang dewasa (Ulmann dalam Laban, 1976:29).
Ekpresi tersebut bersumber dari kehidupan nyata di sekitar diri peserta didik. Dengan demikian, tari dengan materi dasar gerak, merupakan salah satu kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Melalui stimulasi pancainderanya peserta didik belajar memahami semua kejadian di sekitar dirinya dan belajar mengekspresikannya melalui gerak tubuhnya baik dengan proses imitasi tidak langsung maupun melalui proses eksplorasi, maupun elaborasi, kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya tari. Hal ini sesuai dengan cara pandang dan aplikasi teori konstruktivisme, dimana peserta didik diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajarnya (Soeparno, 1997: 46-47).
4. Jenis-jenis tari
A. Berdasarkan Pola Garapan / Konsep / Orientasi harapan
a. Tari tradisional: yaitu suatu tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, sudah memiliki kemapanan bentuk, teknik, kualitas maupun rasa tari. Dibagi menjadi:
o Tari tradisi keraton / tari klasik
Tari yang dibuat atau ditata di keraton. Pada awal perkembangannya tari ini hanya dipertunjukkan atau dipentaskan dihadapan raja atau tamu-tamu kerajaan. Tetapi kemudian sekarang sebagian berkembang sehingga dapat dilihat oleh masyarakat kebanyakan. Tarian jenis ini telah mencapai kristalisasi artistic yang cukup tinggi.
o Tari tradisi kerakyatan
Tari yang sejak awal perkembangannya adalah di lingkungan masyarakat di luar keraton atau kalangan rakyat.
b. Tari kreasi/modern/kontemporer: adalah suatu bentuk penataan baru karya tari yang diungkapkan dan dikembangkan secara bebas, baik masih berpijak pada materi lama (tradisional) maupun yang sama sekali lepas atau tidak terikat oleh tatanan-tatanan yang sudah ada. Terdiri dari:
o Berpola tradisi
o Berpola nontradisi
B. Menurut Bentuk Koreografi / Jumlah Pendukung
a. Tarian tunggal: yaitu bentuk tari yang disajikan oleh seorang penari.
b. Tarian kelompok: suatu tari yang dilakukan olah lebih dari seorang penari. Jenis tari ini bisa dibedakan menjadi:
· Tari berpasangan
yaitu bentuk tari yang dilakukan secara berpasangan, dan satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau saling merespon.
· Tari berkelompok/group/rampak
· Tari massal: yaitu jenis tari yang dilakukan oleh banyak penari.
C. Berdasarkan Bentuk
a. Representasional
Yaitu bentuk tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas atau bersumber dari kehidupan sehari-hari
b. Nonrepresentasional
Yaitu bentuk tari yang hanya menekankan pada keindahan gerak semata.
D. Berdasarkan Tema
Tema adalah kandungan isi ungkapan koreografi yang sesuai dengan konsep garapannya. Tema yang biasanya diangkat di dalam karya tari adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Alam dan Binatang. Ada juga tentang erotik (percintaan & kebirahian), heroik (kepahlawanan), pantomimik (peniruan), komikal (komedi). Berdasarkan tema, jenis tari dibedakan menjadi:
a. Literer
Bentuk tari yang menyampaikan pesan berupa: cerita, pengalaman pribadi, interpretasi karya sastra, dongeng, cerita rakyat, sejarah dan sebagainya.
b. Nonliterer
Bentuk tari yang semata-mata diolah berdasarkan penjelajahan dan penggarapan unsur-unsurnya. Penggarapannya meliputi: penjelajahan gerak, interpretasi (tafsiran) musik, eksplorasi permainan suara, permainan cahaya, atau unsur-unsur estetis lainnya.
E. Berdasarkan Cara Penyajiannya
a. Statis
Bentuk tari yang cara penyajiannya / dipentaskan di satu tempat tertentu. Tempat pertunjukannya berupa stage, baik yang berupa arena maupun proscenium.
b. Mobile / berpindah
Bentuk tari yang cara penyajiannya / dipentaskan secara berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai contoh: pawai dan arak-arakan.
F. Konsep Penggarapan koreografinya
c. Tari Putra : tari yang penggarapannya berdasarkan kondisi putra.
d. Tari Putri : tari yang penggarapannya berdasarkan kondisi putri.
e. Campuran putra & putri : tari yang penggarapannya berdasarkan campuran kondisi putra dan putri secara terpadu dan harmonis.
BAB III
Apresiasi seni
A. Pengertian apresiasi
Apresiasi seni adalah suatu usaha memahami secara menyeluruh terhadap isi atau maksud suatu karya seni diciptakan. Atau dengan kata lain, apresiasi seni adalah suatu usaha untuk menangkap maksud-maksud yang terkandung dalam suatu karya seni, atau usaha menggali/mencari nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni.
Keberhasilan apresiasi ditentukan oleh adanya komunikasi antara maksud/karsa seniman, dengan penghayat, pengamat, atau penikmat seni melalui media ekspresi yang disebut karya seni. Atau dengan kata lain, apresiasi dikatakan berhasil apabila suatu karya seni komunikatif terhadap maksud dari pihak seniman penciptanya dan pihak apresiator/pengamat atau penikmatnya. Untuk itu diperlukan keterlatihan proses penikmatan karya seni, agar komunikasi hayatan antara kreator/seniman dan penonton/penikmat dapat terjalin secara harmonis. Maka setiap insan berbudaya dalam menghargai karya seni karya seni perlu dibentuk sejak sedini mungkin dengan harapan dapat segera memacu pertumbuhan apresiasi seni di kalangan masyarakat Indonesia secara umum.
Untuk membuktikan adanya komunikasi adalah dengan pernyataan atau komentar yang disampaikan secara lisan maupun tertulis oleh apresiator/pengamat, atau penikmatnya. Adapun pernyataan yang bersifat apresiatif akan beragam sesuai dengan sudut pandang seninya masing-masing.
B. Manfaat apresiasi
Manfaat dari apresiasi seni adalah karena adanya kebutuhan, baik pihak seniman pencipta maupun pihak penikmat/pengamat atau penghayat. Seniman butuh apresiator untuk mengkomunikasikan maksud, tujuan, misi/pesan keindahan dalam jiwa seniman penciptanya yang dituangkan dalam karya seni itu. Sedangkan apresiator membutuhkan karya seni untuk dikonsumsi/diapresiasi karena mereka juga butuh memahami, memperoleh kekayaan jiwa, memperoleh nilai-nilai tertentu untuk kemudian keinginan menyatakan, mengomentari, menghargai atau sekedar menunjukkan kepedulian atau ketertarikan bahkan kepuasan tertentu dari karya seni tersebut. Semua kebutuhan tadi adalah kebutuhan jiwa sebagai pemerkaya daya-rasa dalam jiwanya.
C. Cara tepat berapresiasi
1. Berpikir secara ilmiah
Maksudnya adalah hasil apresiasi diungkapkan dengan rinci seluruh gambaran hasil analisis yang diperoleh, dalam penyataan secara deskriptif (uraian/penjelasan) dengan disertai alasan yang logis baik berbentuk lisan maupun tertulis.
2. Berbicara berdasarkan sudut pandang seni
Maksudnya adalah apabila mengapresiasi karya seni harus dengan sudut pandang seni, bukan dari bidang lain seperti keagamaan, hukum dan lain-lain. Sudut pandang yang paling tepat dalam apresiasi seni adalah dengan sudut pandang seni seperti koreografi, fotografi, cinematografi dan sebagainya, supaya hasilnya berupa komentar (pernyataan) deskriptif tentang nilai-nilai seni.
3. Menganalisis makna
Artinya adalah seorang apresiator berusaha mencari maksud-maksud, tujuan-tujuan atau pesan-pesan yang ada dalam suatu karya seni sebagai media ekspresi jiwa seniman penciptanya, dari simbol-simbol, filosofi atau misi moral tertentu.
4. Bersikap obyektif
Artinya memandang suatu karya seni sebagai satu kesatuan nilai-nilai spiritual seniman pencipta karya seni, tanpa melibatkan unsur subyektif seniman tersebut. Prinsip yang dipakai adalah prinsip kekaryaan, bukan hubungan sosial. Kritik atau apresiasi seharusnya berupa aktivitas evaluasi yang memandang seni sebagai obyek bagi pengalaman estetik.
5. Berpendekatan estetika
Artinya seorang apresiator benar-benar mencari nilai-nilai keindahan estetisnya, yaitu keindahan yang diciptakan manusia dengan tehnik tertentu, bukan keindahan murni (ciptaan Tuhan).
6. Mengapresiasi karya seni yang selesai
Pendekatan struktural memberikan penekanan pada pemahaman suatu karya seni dengan jalan mencermati struktur karya secara utuh untuk membangun karya seni tersebut.
D. Tingkat keberhasilan apresiasi
1. Apresiasi yang berhasil
Apresiasi dikatakan berhasil apabila tingkat kemampuan estetiknya sebanding antara seniman pencipta dan apresiator.
2. Apresiasi yang kurang berhasil
Apabila tingkat kemampuan apresiasi antara seniman dan apresiator tidak sebanding, sehingga komunikasi kurang kompak, dan terjadilah salah persepsi yang mengakibatkan pembahasan tidak saling bersambut secara serasi dan pembicaraan apresiasi menjadi tidak menentu.
3. Apresiasi yang percuma karena gagal total
Kegagalan total dalam berapresiasi disebabkan karena kekurangmampuan estetik maupun apresiatif dari masing-masing pihak (seniman pencipta dan apresiator). Kegiatan yang mengalami kondisi demikian ini jelas tidak ada manfaatnya, banyak partisipasi yang terbuang percuma seperti dana, waktu, pikiran maupun tenaga.
E. Mengapresiasi beberapa karya tari melalui media audio visual.
BAB IV
Rentang masa perkembangan kemampuan anak dalam belajar menari.
A. Masa perkembangan kemampuan anak dalam belajar menari:
1. Usia bermain
Pada usia 4 – 6 tahun, anak masuk dalam kelompok bermain, maka kemampuan dalam menyerap materi tari juga masih juga bersifat bermain-main, belum dapat berlatih secara serius dan bersungguh-sungguh. Maka syarat materinya harus sederhana, praktis dan dinamis.
Sederhana maksudnya adalah materi tari diambil dari gerak-gerak yang biasa dilakukan anak-anak sehari-hari, seperti bertepuk tangan, melonjak-lonjak, merangkak, berjalan, berlari, melambaikan tangan, mengangguk-angguk, berguling-guling dan sebagainya.
Praktis maksudnya adalah materi tari dipilih dari gerak-gerak yang mudah (tidak rumit, tidak sulit), murah (tidak perlu mengeluarkan biaya kursus/latihan tersendiri), aman (tidak beresiko bahaya), umum (bisa dilakukan oleh siapa saja, tua, muda, laki-laki, perempuan), fleksibel (pantas dilakukan dimana saja, kapan saja, sopan/tidak mengandung resiko etika).
Dinamis, artinya gerak-gerak yang disusun harus bervariasi, tidak membosankan, karena pada usia bermain anak belum bisa peka terhadap irama dengan ritme-ritme yang sulit, iringan tarinya biasanya monoton, maka geraknya dipilih yang berubah-ubah (meskipun berangkat dari pengulangan tetapi ditata dengan penambahan atau perubahan arah, sehingga tidak kentara pengulangannya).
2. Usia transisi
Usia transisi dalam belajar menari pada umumnya jatuh pada saat anak berusia 7 hingga 9 tahun. Pada saat ini anak tidak lagi main-main dalam belajar menari. Mereka sudah mulai bertanggungjawab dan bisa lebih berdisiplin atau tertib dalam berlatih atau belajar. Kemampuan anak pada usia inipun sudah setingkat di atas anak usia bermain, sudah dapat menghafal dan sudah mulai peka terhadap musik iringan tari.
Oleh karena itu syarat materi tari untuk anak usia transisi ini sudah boleh mengabaikan kesederhanaan, tetapi syarat praktis dan dinamis masih harus diperhatikan, dan muncul satu syarat lagi yaitu ritmis. Artinya materi tari sudah dituntut adanya permainan ritme atau tehnik ritmika tertentu, baik ritmik gerak maupun ritme irama musik pengiring tarinya.
3. Usia belajar
Anak berusia 10 hingga 12 tahun masuk ke dalam kelompok usia belajar. Pada kelompok ini anak-anak sudah mampu menghafal, sudah peka terhadap iringan tari, juga sudah dapat membentuk diri/tubuhnya dengan sadar (dapat merasakan dan menjiwai) tentang keindahan gerak yang dibawakannya.
Dengan kemampuan mereka ini, syarat materi tarinya haruslah ditambahkan syarat estetis, yaitu syarat materi tari dengan tehnik keindahannya. Syarat ini ditambahkan setelah syarat praktis, dinamis, dan ritmis telah terpenuhi.
Dengan ditambahkannya syarat estetis pada materi tari bagi kelompok usia belajar ini maka kebutuhan akan ekspresi anak dapat terpenuhi karena dilayani dalam latihan yang merangsang pertumbuhan kemampuan ekspresinya.
Untuk selanjutnya, hanya akan dibahas pembelajaran menari pada usia bermain saja.
B. Pembelajaran menari pada usia bermain
Mengingat anak usia 4-6 tahun temperamennya masih polos dan apa adanya, guru mempersiapkan banyak hal untuk dapat berhasil dalam proses pembelajaran dengan memuaskan.
1. Persiapan mental guru.
a. Yakin mampu: artinya guru harus yakin dan percaya diri bahwa guru pasti bisa mempengaruhi anak-anak belajar menari mengikuti semua ajakan guru dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh guru.
b. Kreatif: artinya guru dapat/ mampu menciptakan sendiri gerakan-gerakan sederhana tetapi praktis dan dinamis untuk diperagakan oleh anak-anak. Tidak hanya menjiplak karya tari orang lain.
c. Inovatif: artinya guru dapat mencari sesuatu (ide, gagasan, model, gaya) yang baru, yang belum pernah dimunculkan orang sebelumnya. Hal-hal semacam ini seringkali berhasil minat anak karena anehnya, lucunya atau ingin ikut merasakan pengalaman baru itu.
d. Variatif: artinya guru mampu mengeksplorasi gerak-gerak musik iringan tari, atau gaya-gaya yang lain lagi asalkan kelihatan bermacam-macam, banyak ragam (beraneka), ini dapat mengatasi kebosanan anak. Guru dapat membuat variasi dengan arah hadap atau level yang berbeda misalnya, sehingga terjadi pengalaman yang berlainan.
e. Motivatif: artinya guru harus dapat mendorong semangat anak agar mau berpartisipasi secara suka rela, atas kemauannya sendiri, tidak terpaksa, tidak karena pertimbangan lain kecuali keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan menari dan bergembira bersama teman-temannya yang lain. Ini juga merangsang ekspresi anak.
f. Simpatik: guru dapat menarik perhatian anak, baik dari peringai guru, sikap, cara berbusana (dengan bau/aroma mewangi/harum/segar tubuh guru), atau hal-hal kecil lainnya yang menarik perhatian anak, sehingga guru dapat leluasa mengajak/mempengaruhi anak untuk berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan belajar menari, terutama dalam hal merangsang kebersamaan, kesetiakawanan dan kedisiplinan anak.
g. Improvisatif: artinya guru dapat mengangkat kejadian-kejadian atau perilaku-perilaku anak yang muncul tiba-tiba atau sewaktu-waktu sebagai bahan atau sesuatu yang bisa dijadikan materi atau pengalaman yang dapat dipelajari. Diangkat, dibahas, didiskusikan, dicari jalan penyelesaiannya dan diperoleh suatu pengalaman lagi.
2. Persiapan fisik pembelajaran
Pembelajaran tari meliputi pembelajaran jasmani dan pembelajaran seni. Sangat berbeda dengan bidang studi yang lain. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Materi
Materi tari harus dipilih sesuai dengan syarat materi untuk usia bermain (sederhana, praktis dan dinamis), dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Media
Guru juga dapat mempersiapkan media belajar yang dipergunakan untuk menarik perhatian anak ke arah/sasaran tema yang diharapkan oleh tujuan belajar.
c. Metode
Artinya guru perlu memakai metode yang beraneka secara serasi, proporsional dan dapat mendukung proses belajar yang menyenangkan.
d. Fasilitas
Guru harus bisa memfasilitasi ataupun menjadi fasilitator bagi pembelajaran tari, bukan sebaliknya guru malah menuntut sarana/prasarana yang tidak mungkin dikabulkan oleh pihak sekolah.
e. Organisasi pembelajaran
Untuk mengatasi kemungkinan tempat, waktu, dan tenaga yang terbatas, dengan jumlah anak yang cukup besar, maka guru perlu mengorganisasi pembelajaran menari.
f. Fleksibel
Sebaiknya guru dapat mengelola kelas menari secara fleksibel, yang dimaksud adalah bahwa guru tidak perlu terlalu mencermati pelaksanaan kegiatan belajar secara mutlak pada satuan acara atau skenario pembelajaran hingga tampak kaku, tetapi fleksibel saja, apabila ada kemungkinan munculnya improvisasi belajar, atau kondisi-kondisi mendadak yang lain, maka acara dapat disesuaikan sebagaimana mestinya, asalkan anak-anak tidak merasa terpaksa atau terkejut.
3. Prinsip-prinsip pembelajaran tari di TK
a. Atur/kendalikan emosi
Guru harus benar-benar mengendalikan emosinya sendiri, sekaligus emosi atas sebab akibat perilaku anak. Hal ini untuk mengatasi ketakutan anak.
b. Ajakan/informasi jelas
Informasi atau ajakan yang diberikan oleh guru harus jelas, kalimat harus jelas, bahasa yang komunikatif, tatap mata yang terarah, jelas dan rata (semua anak merasa ditatap dengan akrab, tidak ada yang terlewati yang membuat anak merasa tidak diperhatikan).
c. Demonstrasi menarik
Guru harus bisa demonstrasi memperagakan materi belajar menari saat proses pembelajaran berlangsung secara total dan ekspresif, tidak terhambat oleh perasaan tertentu.
d. Penguatan
Memberikan pujian penyemangat secara adil dan progresif untuk memotivasi anak.
4. Beberapa kemungkinan kondisi anak dalam belajar menari
BAB V
Pemilihan materi belajar menari berdasarkan 3 kelompok tujuan.
A. Tujuan Pembinaan Harian
Artinya adalah pembelajaran tari dilaksanakan untuk kegiatan harian (per-pertemuan). Kegiatan ini dilaksanakan karena anak-anak perlu rutinitas yang menggembirakan, membuat mereka bersemangat, bebas berskspresi. Apabila kegiatan ini dilaksanakan sebaik-baiknya maka anak akan berperilaku secara total yang memungkinkan terjadinya dampak posistif pada anak, seperti badan menjadi segar, berkeringat dan sehat, atau tersenyum-senyum puas karena kebutuhan jiwanya terpenuhi.
Pembelajaran tari yang dilaksanakan dengan tujuan pembinaan harian, meliputi latihan-latihan sebagai berikut:
1. Latihan Motorik
Corbin dalam buku Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini mendefinisikan pengertian perkembangan motorik sebagai perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak (Sumantri, 2005: 48).
Dalam mengembangkan kemampuan gerak anak, anak dilatih untuk mengenali anatomi tubuhnya. Misalkan, melatih kakinya untuk berjalan maju atau mundur, mengenal sebelah kiri dan kanan tubuhnya, bergerak memutar dan sebagainya.
2. Latihan Imajinasi
Maksudnya adalah anak-anak diajak berimajinasi atau membayangkan berbagai perilaku binatang, berbagai permainan, suasana alam dan sebagainya. Ini berarti bahwa kegiatan menari dapat merangsang juga daya pikir dan fantasi anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sal Murgiyanto bahwa tari harus mampu merangsang pengembangan imajinasi dan memberikan kebebasan bagi anak-anak untuk menemukan sesuatu (Murgiyanto, 1993).
3. Latihan Mental
Dalam pembelajaran tari untuk tujuan pembinaan harian ini anak-anak dilatih mental dan spiritualnya. Bagaimana mereka belajar tertib melakukan urutan gerakan yang sudah disepakati, belajar bergerak bersama-sama temannya, belajar menari dengan berekspresi (tersenyum, bersedih, dsb), dan semuanya dilakukan dengan sadar dan senang hati. Dari latihan-latihan dapat kita lihat adanya pembelajaran sikap bertanggungjawab, disiplin, dan rasa seni yang terpancar dari jiwa anak-anak.
4. Pemupukan Minat dan Bakat (Kemampuan)
Dengan adanya latihan tari ini, kita dapat mengukur tingkat respon anak, sensifitas anak hingga minat anak. Biasanya dapat kita lihat pada raut muka, tatap mata dan perilaku anak saat latihan ini berlangsung. Akan tetapi penelitian ini akan memerlukan waktu tertentu karena ekspresi anak bersifat temporal, tak menentu, tergantung pada kondisi emosionalnya.
B. Tujuan pentas Insidental
Maksudnya adalah pembelajaran tari dilaksanakan untuk mempersiapkan anak-anak dalam mengikuti dan memeriahkan acara tertentu.
Pada tujuan ini, materi pembelajaran sebaiknya menyesuaikan pada tema acara insidentalnya. Pemilihan anak adalah berdasarkan minat dan bukan berdasarkan pada kualitas koreografinya. Untuk durasi pertunjukan disesuaikan dengan kebutuhan acara pertunjukan, tetapi perlu diingat akan kualitas pertunjukan itu sendiri (membosankan atau tidak). Sehingga harus diatur sedemikian rupa agar pertunjukan tersebut tetap menarik atau berkualitas. Rias dan busana disesuaikan dengan tema pertunjukan dengan tidak mengesampingkan kondisi keuangan yang ada. Akan lebih baik jika guru mendayagunakan seoptimal mungkin benda-benda inventaris sekolah.
Yang perlu dicermati dalam persiapan pentas ini adalah tentang pendanaan. Guru perlu meninjau dengan teliti kondisi, situasi dan kebutuhan acara sehingga pementasan akan sesuai dengan tujuan kegiatan atau acara dan tentu saja tidak menjadi beban dari sekolah.
C. Tujuan Kompetisi/Evaluasi
Maksudnya adalah pemilihan materi pembelajaran tari dilakukan dengan pertimbangan nilai-nilai tertentu mengingat adanya persaingan dari kelompok-kelompok yang lain.
Kualitas kelompok hanya akan terbangun oleh adanya dukungan anak-anak yang aktif, kuat, dalam kualitas gerak, pribadinya tegar, disiplin, berpikir cepat, berkemampuan fisik maupun psikis (bakat), serta berpotensi ekspresif maupun improvisatif.
Materi yang dipilih adalah materi yang memungkinkan adanya semua dukungan agar tidak terjadi tekanan pada anak.
Ada tiga bentuk penyajian lomba-lomba kesenian jasmani yang perlu diketahui perbedaannya:
1. Lomba tari
Unsur penilaiannya diutamakan pada gerak dan koreografinya.
2. Lomba Senam Irama
Unsur penilaiannya adalah unsur olahraga dan seni, dan mencakup tiga bagian: pemanasan, inti dan pendinginan. Gerak utamanya adalah gerakan olah raga (melatih kekuatan otot-otot tubuh) dengan diberi sedikit sentuhan estetika.
3. Lomba Gerak dan Lagu
Unsur penilaiannya adalah pada gerak dan lagu yang dilakukan oleh anak. Wujud kegiatannya adalah menyanyi sambil menari. Gerak biasanya bukan merupakan presentasi dari lagu, sehingga gerak tidak dibuat dengan beban estetis yang terlalu tinggi yang akan mengganggu kualitas suara anak tersebut.
BAB VI
Konsep-konsep Koreografi
Koreografi (atau "rancangan tari", berasal dari bahasa Yunani "χορεία", "tari" dan "γραφή", "menulis") disebut juga sebagai komposisi tari merupakan seni membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-gerakan. Istilah komposisi tari bisa juga berarti navigasi atau koneksi atas struktur pergerakan. Hasil atas suatu pola gerakan terstruktur itu disebut pula sebagai koreografi. Orang yang merancang koreografi disebut sebagai koreografer.
Istilah koreografi pertama dikenal dalam kamus bahasa Inggris Amerika seputar tahun 1950-an. Sebelum istilah ini muncul, penamaan yang umum digunakan di film-film menyebutkannya sebagai "Ensembel pementasan oleh", "Tarian", "Pengarah Tari", "Pementasan tarian oleh", "Musical Numbers Directed by", atau "Musical Numbers Staged and Directed by". Koreografer seringkali melakukan improvisasi untuk mencari hal-hal (gerakan maupun aksesori) yang paling sesuai dengan musik yang dimainkan.
Meskipun biasanya digunakan di bidang seni tari, koreografi juga digunakan dalam berbagai bidang lain seperti:
Aksi tarung di panggung
Gimnastik
Ski
Pemandu sorak
Marching band
Opera
Dan banyak aktivitas lain yang melibatkan aksi pergerakan manusia juga memanfaatkan koreografi.
Dalam menata tari, sangat banyak istilah yang perlu diketahui. Diantaranya yang sering kita dengar adalah:
A. Eksplorasi
Proses pencarian, termasuk berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon. Di dalam koreografi, proses eksplorasi biasanya digunakan untuk menyebut kegiatan pencarian gerak.
B. Improvisasi
Ditandai dengan adanya spontanitas. Gerakan yang dihasilkan mengalir begitu saja terjadi dengan mudah, dan setiap gerakan baru dapat menimbulkan gerakan lain yang dapat memperluas dan mengembangkan pengalaman. Gerakan yang dihasilkan dari improvisasi biasanya tidak dapat diulang kembali.
C. Komposisi
Proses pemilihan, pengintegrasian, serta penyatuan dari gerak-gerak yang telah dihasilkan menjadi sebuah bentuk. Kesatuan yang terbentuk ini disebut tari.
D. Koreografi Lingkungan
Hakekat seni sesungguhnya adalah memanusiakan manusia. Koreografi sebagai salah satu bidang seni, tentunya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan manusia. Artinya adalah, proses penciptaan tari harus dikembalikan kepada fungsinya bagi manusita itu sendiri. Sebuah karya koreografi adalah sebuah produk ciptaan manusia yang digunakan untuk berinteraksi baik dalam hubungannya dengan Tuhannya, dengan alam sekitar, dan manusia lainnya. Jadi sebuah keprihatinan apabila sebuah karya koreografi hanya berfungsi sebagai tontonan semata dan mengabaikan hakekatnya seperti yang kita dapati dalam berbagai pertunjukan.
Berdasarkan uraian di atas, muncul sebuah konsep baru di dalam penciptaan seni pertunjukan. Konsep baru ini disebut dengan koreografi lingkungan. Koreografi lingkungan adalah proses penciptaan tari yang menitikberatkan pada kepedulian terhadap lingkungan, hasil akhirnya adalah sebuah karya seni yang dapat kita jadikan berisi nilai-nilai tentang lingkungan yang dapat kita jadikan renungan dan penyadaran.
Konsep ini dikemukakan pertama kali oleh Prof. Sardono W. Kusumo, salah satu maestro tari Indonesia, yang karya-karyanya diakui oleh dunia. Dan sekarang konsep ini banyak dipelajari, dipakai dan dikembangkan oleh beberapa Perguruan Tinggi Seni di Indonesia.
Materi yang diangkat menjadi tema pada koreografi lingkungan ini bisa keindahan alam sebagai pendukung dari nilai estetis karya koreografinya, ada yang berupa keprihatinan terhadap masalah-masalah dan kerusakan yang terjadi di lingkungan, ada juga yang menitikberatkan pada nilai historis dari sebuah tempat, atau juga ada yang berangkat dari adat turun-temurun di suatu tempat.
Salah satu contoh bentuk koreografi lingkungan adalah “Hutan Plastik” karya Sardono W. Kusumo. Karya ini mengangkat isu tentang penggundulan hutan sekaligus juga isu tentang serbuan barang-barang yang terbuat dari plastic di sekitar kita. Plastic adalah barang yang tidak bias didaur ulang oleh alam. Sehingga melalui karya ini koreografer mengajak kita untuk berpikir, membayangkan hutan yang gundul yang kemudian digantikan oleh tumpukan plastik.
Karya lainnya adalah “Tatto Totem Parangtritis” oleh Bernadhetta ‘Kinting’ Sri hanjati. Koreografi ini mengangkat keindahan alam pantai Parangtritis untuk mengangkat estetika tat arias dan busana juga body painting yang disajikan. Dipentaskan tanggal 27 & 28 Juni 2004 di pantai Parangtritis.
Contoh yang lain adalah “Asmaradana Sendang Kasihan” oleh Hendro Martono. Dipentaskan pada Sabtu (11/12) dan Minggu (12/12) pukul 19.30 WIB. Sendang kasihan adalah sebuah sumber mata air di Yogyakarta yang kini setiap harinya digunakan untuk mandi, mencuci, dan berenang bagi masyarakat sekitarnya. Latar belakang legenda sejarah sendang Kasihan merupakan awal gagasan menyusun koreografi ini. Sehingga pertunjukannya adalah rekonstruksi Sekar Pembayun pada waktu melakukan tapa kungkum di sendang Kasihan ini, lalu bersalin rupa menjadi penari ledhek (tayub). Gagasan tersebut berkembang dan berinteraksi dengan keruangan dan ketubuhan yang telah ditawarkan oleh sendang Kasihan. Melalui pendekatan koreografi lingkungan yang memanfaatkan unsur-unsur alam sebagai penopang aspek estetitis. Diharapkan terjadi simbiosis mutualisme antara sendang dengan koreografinya.
Selain contoh di atas, masih banyak contoh-contoh karya dengan konsep koreografi lingkungan. Singkatnya, dengan menciptakan karya-karya koreografi lingkungan, maka kita akan melakukan sesuatu yang berguna bagi diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan kita
BAB VII
Naskah Tari (dance srreept)
A. Halaman Judul
B. Moto dan Persembahan
C. Kata Pengantar
D. Daftar Isi
E. BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
F. Proses Garap
a. Proses Pencarian Ide
b. Ide Garap
c. Alasan Pemilihan Judul
G. Bentuk Sajian
a. Tema
b. Sinopsis
c. Skenario
d. Deskripsi Gerak dan Pola Lantai
e. Iringan Tari
f. Rias Busana
g. Properti dan Seting
F. Penutup
BAB VIII
Praktek menyusun koreografi bagi anak usia dini
A. Latihan membuat komposisi tari sederhana
1. Buatlah kelompok kecil atau cukup berpasangan saja dengan teman sekelas anda, kemudian cobalah menyusun tari sederhana dengan komposisi tari sederhana sesuai dengan inspirasi dan ide kreatif anda masing-masing.
2. Pertemuan selanjutnya, cobalah peragakan karya komposisi tari sederhana kelompok anda masing-masing di depan kelas. Kelompok lain mengapresiasi karya tari sederhana tersebut dengan berdiskusi.
3. Kembangkan karya tari sederhana tersebut dengan membentuk kelompok yang lebih besar dan penggunaan konsep-konsep koreografi yang lebih banyak.
4. Pertemuan selanjutnya, cobalah peragakan karya komposisi tari tersebut di depan kelas. Kelompok lain mengapresiasi karya tari tersebut dengan mengumpulkan hasil apresiasi individu di akhir jam.
B. Membuat dan mementaskan komposisi tari untuk anak usia dini beserta naskah tarinya.
1. Berproses membuat karya komposisi tari untuk anak usia dini sesuai dengan inspirasi dan ide kreatif masing-masing kelompok, berdasarkan konsep-konsep koreografi.
2. Membuat naskah tari atau dance screept.
3. Menampilkan hasil proses kreatifnya dan mengumpulkan naskah tarinya.
4. Mengapresiasi karya tari yang tampil.
5. Mengumpulkan hasil apresiasi secara individu.
DAFTAR PUSTAKA
Hawkins, alma M. 1990. Mencipta Lewat Tari (Creating Through Dance). Terjemahan Y, Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Hawkins, alma M. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati ( Moving From Within: A New method for Dance Making). Terjemahan I Wayan Dibia. Jakarta: Ford Foundation dan MSPI.
Humpry, Doris. 1977. Seni Menata Tari. Terjemahan sal Murgiyanto. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Meri, La. 1975. Komposisi Tari, Elemen-elemen Dasar. Terjemahan Soedarsono. Yogyakarta: ASTI.
Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Rusliana, Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setyowati, Sri S. Pd., M. Pd. 2007. Pendididkan Seni Tari dan Koreografi untuk anak TK. Surabaya: Unesa University Press.
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto, S. St. Yogyakarta: Ikalasti.
Wibisono, Tri Broto dkk. 2001. Pendidikan Seni Tari. Surabaya: Depdikbud Prop. Jatim.
buka mesin jahit : http://ardianzahnur.blogspot.com/2012/08/pendidikan-seni-drama-tari.html
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang pengelompokan pada busana berdasarkan penempatan dan usia
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Tas Agel Stupa
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Post a Comment