Seni Tradisi Sebagai Media Mengembangkan Kreatifitas
Seni Tradisi Sebagai Media Mengembangkan Kreatifitas |
Secara umum sudah banyak dipahami bahwa dalam rangka mengembangkan kreativitas, peran pendidik sangatlah penting. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kreativitas, baik dirumah maupun disekolah. Upaya tersebut mangacu pada hakekat kretivitas, peranan pendidik dalam pengembangan kreativitas, dan upaya peningkatan kreativitas anak pada usia dini. Anak yang kreatif dan cerdas tidak akan jadi dengan sendirinya, melainkan harus diarahkan. Salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Disisi lain kreativitas yang mensyaratkan kebebasan tidak akan berkembang apabila si anak tidak diberi kesempatan. Kesempatan tanpa bataspun dapat berakibat buruk dan justru tidak menunjang kreativitas, sebaliknya disiplin yang kaku tanpa toleransi akan berpotensi mematikan kreativitas. Oleh karena itu, kebebasan dan disiplin harus dimainkan secara serasi agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
Untuk menjadikan bibit unggul yang berkualitas suasana kasih sayang dan stimuli mental diperlukan untuk merangsang daya kreativitas anak. Rangsangan tersebut bisa dengan musik, mengunjungi pameran, menonton pertunjukan wayang, olah raga dan lain-lain. Aktifitas berkesenian baik di ruangan kelas ataupun di luar kelas, pada dasarnya dapat merangsang perkembangan jiwa anak. Kelancaran dalam mengungkapkan perasaan dalam bentuk seni yang tidak harus mementingkan hasil sebagai tujuan, dapat mendorong fungsi-fungsi jiwa anak berkembang aktif. Fungsi jiwa anak seperti merasakan, berfantasi, berfikir, berkehendak (karsa) dan kemampuan motorik dalam merespon yang ada, akan terbina dan melatih kepekaan. Ketajaman inderawi yang diasah melalui kegiatan seni yang mengutamakan proses, pada gilirannya dapat membantu jiwa anak tanggap terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab aspek emosional yang dominan dalam kegiatan seni akan tersalurkan secara wajar. Keragaman rangsang tersebut dapat memberi kontak langsung dengan potensi unggul yang dimiliki anak pada usia dini guna meningkatkan kecerdasan serta krativitas. Imajinasi adalah kata kunci kreativitas. Tanpa imajinasi kreativitas tidak akan berkembang. Jangan heran, ada banyak penemuan-penemuan ilmiah yang berawal justru dari imajinasi.
Dalam upaya memberdayakan seni tradisi sebagai media pengembangan kreativitas, selain kesiapan pendidik dan anak didik beberapa hal yang perlu diperhatian adalah, tersedianya sarana penunjang, lingkungan yang mendukung, memberi kesempatan bebas, keterbukaan, dan penghargaan. Apabila berbicara seni tradisi akan berhadapan dengan dua substansi yaitu benuk fisik dan non fisik. Bentuk fisik adalah yang terlihat oleh indera kita seperti, geraknya, komposisi ruangnya, busananya, rias busananya, dsb. Sedangkan bentuk non fisik adalah isi, spirit, ceritera, rasa, kesan yang muncul dari peristiwa seni. Keduanya merupakan sumber yang tidak akan habis sebagai bahan pengembangan kreatifitas.
II
Setting budaya jawa yang masih ada sekarang sebetulnya memiliki kekayaan, keragaman seni tradisi yang luar biasa banyaknya, yang semuanya dapat digunakan sebagai bahan dalam mengembangkan kreativitas. Tradisi kita mempunyai kekuatan yang besar karena berada dalam suatu lingkungan, dimana setting kulturnya jelas, yaitu kebudayaan “jawa”. Dan apabila kita membicarakan tradisi, jangan terimajinasi dengan pemikiran “tradisi” itu kuno, kolot, ketinggalan jaman, dan sebagainya. Tradisi akan selalu berjalan, berkembang sesuai dengan jamannya. Oleh karena itu nilai-nilai yang terkandung di dalam seni, selalu bermacam-macam pula bentuk, gaya, corak, dan kualitas serta fungsinya. Permasalahannya adalah; masihkah kita memahami seni tradisi kita, jangan-jangan kita hidup dalam setting budaya jawa yang mempunyai seni tradisi banyak, tetapi kurang mengkaji substansinya, sehingga tumpuannya hanya pada ragangane saja. Karena kekurang pahaman kita, lalu menjadi gampang berubah moyak-mayik. Kalau kita ingin sesuatu yang esensial, kita harus mau mancari betul atau mengakaji sedalam-dalamnya. Sebagai contoh; kalau kita akan mengembangkan seni tari tradisi jawa sebagai sumber kreativitas, idealnya kita harus mengaji esensi tari sedalam-dalamnya, “sastra gendinge” jangan hanya dari sisi geraknya saja. Sebab kalau hanya dari sisi gerak/jogedanya saja ragangannya tipis sekali. Gerak dalam tari tradisi gaya Sala (alus, putri, gagah) itu terbatas sekali.
Seni tradisi secara mendasar mempunyai vokabuler-vokabuler yang kemudian menyatu dalam keutuhan yang mapan, dan digunakan secara terus menerus dari generasi kegenerasi. Keragaman vokabuler inilah kekayaan tak ternilai sebagai bahan yang dapat secara leluasa dikembangkan sesuai dengan penafsiran dan kreatifitas masing-masing. Seni tari apabila dicermati terdiri dari komponen-komponen, yang masing-masing komponen mempunyai vokabuler yang berbeda. Diantara komponen itu al: strukturnya, pendukungnya, geraknya, kostumnya, iringannya, pola lantainya, propertynya, tata pentasnya, fungsinya, latar belakang, ceritanya, dll. Dari komponen geraknya, tari tradisi jawa mempunyai vokabuler seperti; tanjak, lumaksana, srisik, sabetan, besud, ulap-ulap, nikel warti, sembahan dan masih banyak lagi. Demikian juga rias busana tari tradisi juga mempunyai vokabuler, seperti paesan, dodot, supit urang, panjen, dsb. Beruntung sekali, bahwa gerak yang ada dalam seni tradisi jawa tidak ada pembedaan atau klasifikasi berdasarkan umur, dengan demikian membuat ruang gerak kreatif untuk keperluan kreatifitas anak-anak sangat leluasa.
III.
Dalam laku kreatif, sebenarnya apa saja dapat digunakan sebagai sumber kreasi, termasuk seni tradisi. Namun yang perlu diperhatikan bahwa vokabuler atau bahan yang telah ada dalam tradisi adalah sebagai sarana, sarana untuk kebutuhan ungkapan atau kepentingan tertentu, bukan sebagai tujuan. Apabila kita dapat memahami hal ini, maka perlakuan kita dalam mengolah bahan merupakan wilayah kerja yang sangat leluasa, penuh interpretasi, serta selalu terformat dalam bingkai nilai yang aktual. Pengertian kreatifitas dalam pembelajaran seni itu sebenarnya tebanya sangat luas dan mempunyai modus, sistem, kerja, achievement, out put berbeda-beda. Keberhasilan sebuah pengembangan kreatifitas akan saling berkaitan antara individu dan komunitinya. Kalau keduanya tidak kreatif semua ya….wis kojor tenan. Beberapa hal yang termasuk dalam pengertian “kreatif” adalah kualitas-kualitas seperti:
Sensitivitas, sensitivitas adalah bagian pertama dari sifat kreatif, bahkan kreatif tidak mungkin diciptakan tanpa adanya pengalaman sensitif. Sensitif adalah kepekaan terhadap setiap rangsangan yang datang dari luar, maupun kepekaan terhadap komposisi bentuk yang menarik dari sekitarnya. Dengan kepekaan seperti itu maka jiwa akan menjadi kaya oleh berbagai pengalaman yang masuk, dan kekayaan tersebut akan selalu siap untuk dumunculkan kembali.
Kelancaran, yaitu kelancaran dalam menemukan ide yang akan dimunculkan atau disusun, kelancaran untuk berfikir dengan cepat dan tepat, kelancaran mengasosiasikan sesuatu dengan yang lain, kemampuan untuk menemukan dengan cepat jalan yang paling sesuai untuk kebutuhan tertentu.
Fleksibilitas, kemampuan untuk mengadaptasikan atau kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
Kemampuan untuk menentukan atau mengatur kembali; dengan kemampuan ini sesuatu bentuk dapat diberi artian baru sesuatu susunan dapat diatur secara lain sehingga juga memiliki keuunikan yang berbeda.
Elaborasi, adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu ide dengan mendetail.
Kesempatan
Dana
dll
IV.
Seni akan mampu memberikan bantuannya dalam rangka pembentukan kepribadian anak didik. Pengalaman berkesenian atau pengalaman berolah seni dalam bentuk latihan, mencipta, berkreasi melalui latihan-latihan akan melibatkan kognitif, afektif serta psikomotorik. Ketiga aspek tersebut secara totalitas juga melibatkan semua aspek jiwa seperti kecerdasan, kemauan, kebiasaan berdisiplin dan lain-lainnya. Melalui kegiatan seni, secara tidak langsung akan membentuk diri anak menjadi insan yang seimbang jasmani rohaninya, Pendidikan seni dapat pula sebagai fasilitas anak untuk bereksperimen melakukan kegiatan kreatif dalam bentuk ekspresi visual, ekspresi kinetik atau ekspresi lainnya yang sesuai dengan medium pokoknya.
Kegiatan latihan manari akan dapat merangsang berbagai aktifitas tubuh, baik secara fisik, maupun non fisik. Secara fisik jelas bahwa aktifitas latihan tari yang dilakukan oleh setiap anak akan membentuk elastisitas tubuh menjadi semakin baik, sehingga semua gerak-gerik tubuh menjadi terbiasa. Kegiatan latihan fisik juga akan memacu sebuah refresing tubuh Dengan latihan menari, suasana segar, riang, bercengkrama akan didapatkan dan selanjutnya kejenuhan rutintas tubuh akan hilang. Secara sederhana, tarian anak-anak adalah tarian yang sesuai dengan kodrati anak-anak, kebanyakan taian anak-anak dari isi dan bentuknya adalah sebagai berikut
1. Permainan
Pada dasarnya, anak-anak seusia sekolah dasar masih sangat menyukai bermain atau permainan apapun bentuknya. Kebutuhan akan bermain yang begitu kuat ini merupakan modal dasar yang dominan, apabila dapat digunakan sebagai media pembentukkan dalam proses belajar. Secara tidak sadar, dalam melakukan berbagai aktivitas permainan sebenarnya si anak akan menyerap berbagai penguatan untuk membentuk dirinya. Membentuk penguatan solidaritas, penguatan kreatif, kemandirian, keberanian, tantangan, bahkan mengembangkan daya cipta, dari permainan yang ada anak juga dapat berkreativitas untuk menciptakan permainan yang baru yang dianggap lebih menarik.
Secara psikologi, anak yang tebal pengalamannya dalam berbagai permainan, kejiwaanya akan lebih mudah dibentuk atau terbentuk menuju pada jatidirinya. Karena permainan merupakan bagian yang paling digemari, maka sesuatu pembelajaran yang dimasukkan melalui pola-pola permainan juga mudah
2. Alam dan Binatang.
Tema-tema alam dan binatang biasanya sangat dekat dan disukai anak-anak. Dengan pilihan tema-tema tersebut anak akan dapat berimajinasi secara bebas tentang keindahan taman, bunga, gemerlapnya bintang di langit, karang dan ombak, pelakuan-pelakuan binatang seperti kelinci, kancil, gajah, kuda, burung dan sebagainya.
3. Pekerjaan.
Biasanya akan menyangkut jenis pekerjaan sehari-hari yang diperkirakan pantas dilakukan dan sesuai dengan anak-anak; seperti memancing, menyapu, memelihara bunga, mencabit rumput, mengasuh adik, memimbang boneda dll.
4. Budi pekerti.
Tema-tema yang berkaitan dengan jiwa kepahlawanan, rasa ashi terhadap sesama, kesetiakawanan sosial, cinta lingkungan dll. Strategi pembelajarannya dapat dengan memadukan imitatif dan kreasif sehingga dapat memberi peluang kebebasan anak untuk kreasi. Pada awalnya untuk memacu agar anak tidak kaku dalam latihan harus dibangun keakraban dan keberaniannya. Setelah itu baru diberi pola-pola dasar menari dengan memberikan contoh-contoh sikap adeg, gerak, irama dan sebagainya. Penguasan sikap dasar menari ini perlu dikuasai sebagai dasar dengan menirukan bentuk gurunya. Selanjutnya anak diberi peluang, rangsangan agar muncul keberanian dan kebebasannya untuk mengembangkan elemen dasar menari tersebut. Pada kesempatan tertentu penting untuk diberi kesempatan tumbuhnya percaya diri untuk mengembangkan dan memperkaya elemen-elemen dari koreografi tari tersebut, seperti variasi sikap geraknya, ritme, tempo, serta pola lantai dalam kelompoknya. Untuk lebih mengembangkan imajinasi anak, dapat diberikan materi tari yang kreatif, sehingga anak dapat dengan leluasa sambil bermain untuk bergerak spontan (improvisasi), eksplorasi yang selalu diarahkan oleh pendidik. Untuk selanjutnya, akumulasi dari latihan yang sederhana dapat dibentuk kedalam satu koreografi yang ditata sendiri oleh anak.
V. Sedikit pengalaman PAS
Membangun Imajinasi
Cerita / dongeng adalah merupakan sesuatu yang sangat menarik bagi siswa. Untuk itu di dalam memberikan cerita, pilihlah cerita yang diakrapi siswa. Apabila mungkin dicari cerita yang mengadung ajaran moral yang bagus, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai idola, atau paling tidak disenangi siswa. Di dalam menyampaikan cerita, intonasi, diksi, ekspresi, penyampaian dramatik diperlukan agar tidak membosankan, serta menghidupkan suasana cerita menjadi seolah-olah cerita itu ada dalam kehidupan nyata. Setelah cerita dipahamkan, lalu siswa diminta untuk memberikan komentar atau pernilaian tentang tabiat dari tokoh yang ada di dalamnya, atau isi dari ceritera.
Cerita tersebut dapat diceritakan dengan penyampaian yang menarik, dan diisi dengan interpretasi jaman sekarang, agar tidak semata-mata cerita lama, yang cenderung dianggap kuna, dan jauh dari pemahaman dunia anak jaman sekarang. Atau cerita tentang kehidupan binatang, seperti Kancil, micy mouse, burung-burung dsb. Hal yang diperhatikan adalah pemilihan cerita yang nantinya secara gampang terdapat tokoh atau isi cerita yang kaya dengan visi imajinatif. Sehingga membuka peluang siswa untuk mengembangkan daya kreasinya terhadap keseluruhan, atau sebagian dari cerita.
Mengembangkan Imajinasi Karakter Tokoh.
Tokoh dalam sebuah cerita baik yang berupa manusia atau benda, sebenarnya sesuatu yang sangat netral, sehingga dapat saja diperlakukan semaunya oleh empunya cerita. Benda-benda dapat dimanusiakan, sebaliknya manusia dapat dibendakan, tergantung dari kebutuhan yang akan dicapai. Mengimajinasi tokoh, merupakan hal yang menarik dalam mengembangkan kreatifitas siswa. Dengan kegiatan ini siswa dapat berkhayal sesuai dengan kemauannya, terus berkembang menembus alam imaji. Bagaimana membuat siswa dapat berkhayal, adalah sebuah pertanyaan yang dapat dijawab dengan banyak cara, sesuai dengan pengalaman yang menjawab.
Dalam hal pengambangan imajinasi, penulis akan mencoba menceritakan pengalaman selama sebagai tutor/guru kesenian di Sekolah Dasar. Diawali dengan menceriterakan tentang sebuah taman, namanya tanam Sriwedari. Taman Sriwedari semula adalah milik para dewa yang mempunyai keindahan luar biasa. Pada suatu ketika isteri raja Maespati yang bernama Dewi Citrawati menginginkan untuk dibuatkan sebuah taman Sriwedari. Sang rajapun kebingungan bagaimana caranya memindahkan taman milik para dewa menjadi tamansari negara Maespati. Maka disuruhlah R. Sumantri patihnya untuk mewujudkan impian isterinya. Saat itu R. Sumantri pusing tuju keliling mendapatkan tugas yang tidak mungkin dapat dilakukan manusia, iapun sangat sedih bahkan putus asa menghadapi tugas yang dibebankan raja. Untunglah R. Sumantri memiliki adik yang sakti, namanya R. Sokasrana. Sokasrana wajahnya setengah raksasa, jelek tetapi hatinya sangat mulia dan akhirnya mau menolong kakaknya yang sedang dilanda kesusahan, walaupun kakaknya malu mempunyai adik yang parasnya jelak. Akhir cerita taman Sriwedari dapat dipindahkan dari kadewatan menuju taman negara Maespati.
Dari cerita tersebut diatas, penulis berusaha untuk mengajak siswa agar dapat membayangkan betapa indahnya taman Sriwedari. Siswapun kemudian saling berargumen bahwa taman Sriwedari mungkin seperti taman Jurug, seperti taman safari, seperti kebun raya bogor, seperti pulau bali, dsb. Penulis mengembangkan lebih lanjut imajinasi siswa, kira-kira ada binatang apa saja yang ada disana, siswa juga saling berkomentar tentang berbagai binatang yang dihafali dan dimasukkan sebagai isi taman. Ketika menyebut burung sebagai salah satu penghuni taman, maka penulis bertanya tentang kebiasaan burung, diantaranya; terbang, mandi, nuthul, mencok, tarung, makan, dsb.
Pada saat siswa mengatakan “burung dapat terbang kemana-mana”, penulis mengembangkan pertanyaan dan menugaskan siswa, “seandainya kamu punya sayap seperti burung, kamu akan terbang ke mana ?. Pertanyaan ini sekaligus menugaskan siswa membuat semacam puisi dengan judul “andai aku punya sayap”. Sekitar 15 menit kemudian tugas itu sudah terkumpulkan, dengan berbagai ragam seperti dibawah ini:
“Andai Aku Punya Sayap”
oleh Maulina K.N
Jika aku punya sayap, aku ingin terbang di angkasa
Jika aku punya sayap, aku ingin keliling dunia.
Jika aku punya sayap, aku ingin pergi ke Nusantara
Jika Aku punya sayap, aku ingin melayang di dunia.
oleh Safina
Andai aku punya sayap kulihat burung terbang melayang membumbung tinggi di angkasa
Andai aku punya sayap aku tak lelah pagi dan petang
Andai aku punya sayap ingin melihat seluruh alam terbuka
Andai aku punya sayap ingin terbang berkawan-kawan sambil bersuka ria membumbung tinggi di awan.
oleh Nirmala
Andai aku punya sayap kukan terbang jauh mengelilingi angkasa.
Andai aku punya sayap kan ku ajak ayah bunda mengelilingi dunia.
Andai aku punya sayap aku ingin terbang ke surga mengajak keluargaku.
oleh Faradina
Andaikan aku mempunyai sayap aku akan terbang keliling dunia
Aku ingin mempunyai sayap yang indah seperti kupu-kupu
Aku akan terbang melihat keindahan
Aku ingin kelangit melihat bulan dan mengambil awan.
Aku ingin ke surga bersama teman-temanku
Jika mempunyani sayap yang indah dan bisa melihat apa isi dunia ini.
Jika punya sayap aku akan ke Amerika, Australia, Jerman dan lain-lain.
Aku akan meminta kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Hasil dari puisi diatas menunjukkan bahwa sebenarnya secara sederhana, siswa sudah dapat berimajinasi tentang aktifitas burung dan kemudian mengembangkan dengan kegiatan riel yang dilakukan siswa. Selain itu keberanian siswa dalam mengekspresikan dalam tulisan juga patut dihargai sebagai hasil karya seni, dan mendidik siswa ke arah kerja kreatif. Pengembangan imajinasi lainnya dari cerita tentang taman dan isinya masih banyak dan sangat leluasa, tinggal kemampuan atau kreatif dari tutor. Nantinya puisi diatas akan dirangkum oleh tutor digunakan sebagai setting garapan tari dengan judul ” Sebuah Cerita di Taman Bunga”
Improvisasi Gerak-gerak
Pada awal latihan mengajak anak-anak untuk bergerak, banyak masukan yang beragam, ada yang anak malu-malu untuk melakukan gerak, ada anak yang sukanya hanya ikut-ikutan saja, ada anak yang over akting dalam bergerak dan ada pula anak yang aktif serta berani dalam melakukan gerak-gerak. Untuk merangsang agar anak mempunyai kesamaan dan keberanian dalam bergerak, perlu diberikan satu motivasi. Seperti cerita taman Sriwedari di atas, anak-anak sudah membayangkan bahwa di dalam taman banyak binatang. Mulai dari ini, secara sederhana diberikan arahan binatang apa yang ada di taman. Misalnya ada kupu-kupu, anak akan tertuju pada tingkah kupu-kupu, yaitu terbang. Dari perilaku terbangnya kupu-kupu inilah tutor memberikan contoh sedikit tentang gerak kupu-kupu terbang. Selanjutnya anak-anak diminta secara bebas dan leluasa mencoba meragakan gerak terbang menurut interpretasinya masing-masing.
Dalam memberikan tugas ini, tutor sebaiknya jeli untuk memilih garak yang bagus dari hasil kerja anak, mungkin ada satu atau dua gerak yang bagus, kemudian anak yang lain diminta untuk mencoba gerak-gerak yang dipilih untuk dilakukan secara bersama-sama. Dari pengalaman ini si anak yang geraknya dipakai/dipilih akan mempunyi kebanggaan, sehingga menantang untuk lebih kreatif. Peragaan ini dapat dikembangkan dengan berpasangan, bertiga, berempat, dsb. Ketika anak diminta meragakan berdua atau bertiga dengan bergantian, secara tidak langsung anak sudah mulai dipahamkan pada pengaturan ruang atau pola lantai. Bagaimana mengisi ruang, bagaimana hadap atau arah ketika menari, penempatannya posisi tubuh dsb. Jangan lupa tutor selalu mamberikan pujian untuk membangkitkan semangat anak yang geraknya belum dipilih.
Cara seperti diatas dapat dikembangkan terhadap seluruh binatang yang ada di Taman. Seperti gerak kera, gajah, ular, buaya, katak, ulat, kalajengking, harimau, cecak, kelinci, kijang, jerapah, uget-uget, luwak, kucing, singa, ikan, lutung, sapi, kambing, kuda, ayam, tikus, orang hutan, badak, merak, dll. Tentu saja tutor harus mampu memberikan cotoh-contoh dasar dari gerak hewan tersebut, agar dapat dijadikan acuan anak dalam mengembangkan gerak.
Latihan gerak bentuk lain adalah dengan mengajak anak berimajinasi tentang pohon sebagai acuan gerak. Awalnya anak diajak membayangkan bentuk pohoh besar yang mempunyai daun yang rimbun, batang yang kokoh, cabang-cabang yang perkasa, akar yang menjulur panjang, lekuk-lekuk ranting yang indah,dsb. Dengan gambaran tersebut kemudian anak diminta untuk menirukan bentuk pohon dengan anggota tubuhnya. Dari bentuk pohon yang ditirukan, dapat dilakukan dengan bergerak, menjelajah level atas, level bawah, berpasangan membentuk satu pohon, bertiga membentuk satu puhun, pohon tumbang, pohon diterpa angin, dsb. Dalam latihan ini, tutor harus dapat memotifasi dengan memberi contoh terbatas agar si anak kreatif dalam menirukan pohon sesuai dengan daya imajinasinya. Latihan gerak dengan acuan benda-benda seperti tersebut diatas dapat dilakukan dengan cara yang sama untuk; bunga-bunga, batu, air, patung, gunung, laut, angin dsb.
Rangsang Pengembangan Musik
Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kesatuan sebuah pertunjukan, sehingga si anak perlu mengenal, merasakan, menafsirkan suasana musikal untuk menuju pada keselarasan. Dalam mengenalkan musik kepada siswa, ada baiknya tutor membawa contoh musik dari kaset/cd, agar siswa secara langsung dapat mendengarkannya. Misalnya diperdengarkan musik degung, selama siswa mendengarkan degung, tutor dapat sambil menginformasikan berbagai cerita dibalik musik degung, apabila perlu dengan membawa map/peta Indonesia. Dari sini tutor dapat menjelaskan pemahaman daerah asal musik degung dari sisi geografi, yaitu di Jawa Barat, ada kota Bandung yang mempunyai makanan khas yaitu peuyeum, udaranya dingin, kesenian lain gaya sunda juga banyak, ada topeng cirebon, sisingaan, jaipongan, bajidoran, ketuk tilu, wayang golek sunda, tarling, dsb. Dari pengenalan salah satu musik saja dapat berkembang menuju pengenalan budaya secara umum di masing-masing etnik budaya.
Dari mengenal musik degung, secara tidak langsung siswa juga mengenal ritme, atau irama dari lagu. Dari irama yang ada, siswa diajak bergerak dengan gerak-gerak khas gaya sunda secara sederhana seperti, mincit, baplang, oklak, laku telu, lontang, sepak sonder, pencak, dsb. Kembali lagi tutor harus mempunyai kekayaan gerak-gerak sunda untuk mencontohkan ragam gerak, sehingga nantinya siswa dapat memebedakan antara gerak gaya sunda, dengan gerak gaya solo, bali, jatim atau lainnya. Pengenalan dengan cara yang sama seperti diatas, dapat diberikan dari berbagai etnik musik yang ada di Indonesia seperti, musik banyumasan (calung), banyuwangi, bali, minangkabau, kalimantan, betawi, sulawesi, irian jaya, dsb. Pengenalan musik disertai pengenalan gerak-gerak khas atau garak tradisi daerah terbatas, dan pengenalan budaya yang menyertainya, dapat meluaskan wawasan pluralitas kebudayaan Indonesia kepada siswa. Apabila perlu, dikenalkan juga musik-musik etnik dari negara lain seperti scotis musik, tenggo, salsa, africa, timur tengah, jepang, cina dll. Pada waktu mengenalkan musik, perlu juga dikenalkan berbagai macam irama musik, seperti irama cepat, irama yang lambat, dan irama sedang.. Dalam mengenalkan irama musik sebaiknya siswa diminta bergerak menyesuaikan irama musik dimaksud, agar dapat merasakannya. Untuk musik yang berirama cepat dapat menggunakan musik scotlandia yang rasanya riang. Dengan diberi gerak-gerak meloncat, lari kecil, ayunan, siswa akan senang, karena permainan gerak ini seperti bermain-main, tetapi penegasan terhadap penyesuaian irama terus dipertahankan.
Pola Lantai
Mengenalkan pola lantai atau posisi dapat dilakukan dari yang paling sederhana, seperti melingkar, garis lurus, bentuk V dsb. Latihan dapat dilakukan dengan menyuruh siswa dengan gerakan cepat membentuk garis lurus tiga sap, berubah cepat ke posisi lingkaran, bergerak dengan sangat pelan menuju garis lurus ke depan, dengan peralihan merangkak menuju kelompok empat-empat, dsb. Latihan semacam ini dapat mempercapat kepekan siwa terhadap rasa ruang, sehingga siswa secara sadar mengerti posisi sendiri atupun posisi dalam kelompok. Apabila nanti pada pergelaran garapan tarinya menggunakan posisi-posisi yang sulitpun siswa tidak bingung dan cepat menangkap perubahan serta irama peralihannya.
Busana
Apesiasi busana tari merupakan bagian yang cukup menarik bagi siswa. Peragaan yang penulis lakukan adalah dengan membawa berbagai busana tari tradisi yang ada secara lengkap. Kemudian dijelaskan jenis-jenisnya seperti, jenis untuk tari putri, untuk tari putra gagah, untuk putra alus, raksasa, kera, dsb. Dalam menjelaskan tutor langsung menunjukkan barang serta fungsinya, misalnya “ini irah-irahan, dikenakan pada kepala, untuk putri, namanya gelung keling, karakternya lanyap, biasa dipakai oleh srikandi, larasati, pregiwo, dsb. jenis irah-irahan putri ada berbagai bentuk; jamang, gelung, ngore, makuta dsb.
Ini namanya mekak, dipakai oleh putri, cara pemakaiannya langsung diterapkan pada salah satu siswa. Ini namanya sampur, digunakan di pinggang, cara penggunaannya dicontohkan, pemakaiannyapun diterapkan langsung pada siswa. Demikian seterusnya sampai satu set pakaian dalam satu tarian lengkap diterapkan pada siswa, sehingga siswa secara langsung mengenal, meragakan untuk gerak, sekaligus memahami pengetahuan yang ada dibalik busana. Hal yang menarik dari pemberian materi ini adalah ketika siswa semua mencoba mengenakan pakaian, mereka langsung bergerak sesuai dengan karakter busananya, dengan kebebasannya anak-anak menginterpretasi dengan imajinasinya masing-masing.
Pengembangan kreativitas siswa melalui media busana yang pernah dilakukan penulis adalah, menugaskan siswa membuat jamang atau irah-irahan dengan menggunakan daun mangga. Tugas ini diberikan setelah siswa contoh melihat secara langsung bentuk-bentuk jamang atau irah-irahan, kemudian siswa diminta membuatnya dengan bahan dari daun mangga serta biting. Hasil dari pembuatannya ini dipakai pada waktu latihan menari.
Property
Pengenalan property yang dilakukan penulis adalah dengan membawa berbagai macam senjata-senjara tari tradisi, seperti tombak, keris, tameng, cundrik, panah, nyeyep, gada, bindi, nenggala, trisula, dhadhap, candrasa, cakra, pedang, samurai, tekbi, dsb. Masing-masing senjata diperkenalkan kepada siswa tentang nama dari senjata, tokoh yang biasa menggunakan senjata, cara penggunaannya, keampuhan gaman/senjata dsb, secara mendetail. Dalam bagian ini tutor harus mengerti dan mempunyai bekal-bakal tentang gaman atau pusaka-pusaka dalam tari tradisi. Dengan demikian maka siswa selain sangat menyenangi bermain-main dengan temannya memegang gaman, juga tambah wawasannya tentang seluk beluk pusaka tradisi. Sebaiknya siswa diberikan kebebasan untuk berimprovisasi bergerak dengan memegang senjata.
Kepekaan Penyajian
Penyajian garapan merupakan suatu keutuhan dari keseluruhan proses latihan yang telah dilakukan. Edialnya pementasan merupakan sebuah totalitas ekspresi, sehingga untuk mempersiapkannya perlu latihan-latihan yang matang. Pengulangan latihan merupakan bagian yang sangat penting untuk membina siswa menuju pada kesiapan pentas, baik siap secara ketrampilan fisik maupun kesiapan mental.
Bagi tutor, pada dasarnya dalam membuat susunan kelompok harus memperhatikan bagaimana menata gerak dari banyak penari menjadi suatu jalinan atau kerjasama antar penari sehingga membentuk suatu keutuhan kerjasama sebagai perwujudan garapan. Ini dapat terwujud dengan mengembangkan atau menggarap unsur gerak. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam koreografi kelompok adalah hubungan antar penari akan menjadi sesuatu hal yang sangat penting.
Dalam garapan kelompok, masing-masing penari harus saling kerjasama, saling memahami kemampuan gerak temannya, saling mengerti karakteristik temannya, sehingga terbangun suatu kerjasama yang utuh. Setiap penari mempunyai peran sendiri-sendiri secara harmonis, yang pada akhirnya semua penari dapat memberi daya hidup wujud susunan tarinya.
Mengawali sebuah proses kerja kelompok, biasanya dimulai dengan pemilihan tema garapan, ide gerak, alur dramatik, pemilihan gerak, ide garap ruang dan sebagainya yang terkait dengan garapan kelompok. Semua penari dalam garapan kelompok akan terlibat dalam aksi total atau tindakan yang menyeluruh, sehingga memberikan keteraturan dan keutuhan terhadap bentuk tari.
Pedoman kasarnya, semakin banyak jumlah penari, penataan gerak harus dibuat lebih sederhana. Walaupun hal ini tidak berarti bahwa setiap tarian tunggal harus rumit dan setiap tarian kelompok harus sederhana. Sebuah komposisi kelompok, bukanlah sekedar sebuah tarian tunggal yang dilakukan oleh beberapa orang, dimana gerakan selalu dilakukan secara serempak. Dalam koreografi kelompok garis-garis di desain antar panari dapat dibuat saling menguatkan atau membentuk kontras, simetri, atau asimetri, tetapi tetap merupakan satu kesatuan.
Dalam kegiatan proses garapan seperti tersebut diatas, tutor perlu dapat pula menyusun garapan tari, walaupun pada tingkat yang sederhana. Penekanannya bukan pada mutu koreografinya, akan tetapi lebih pada penyadaran serta peningkatan kemampuan siswa agar dapat mengembangkan imajinasinya serta dapat merasakan pentas. Jangan lupa bahwa sebenarnya sejak proses awal latihan sudah mendapatkan bentuk-bentuk yang banyak. Misalnya bentuk eksplorasi pohon, eksplorasi binatang, eksplorasi tokoh-tokoh, eksplorasi pakaian, property, musik, pola lantai, yang semuanya dapat dijadikan bahan untuk disusun dalam satu kesatuan. Dengan demikian tugas tutor hanyalah menyeleksi bentuk-bentuk yang sudah ada (yang bagus) kemudian mengulang dan menata kembali apa yang sudah dilakukan oleh siswa. Kemudian dipadukan dengan musik, atau ditambah narasi, ditambah setting, sesuai dengan bentuk garapannya.
Apabila sejak awal tutor dapat mengarahkan keberanian, kreatifitas siswa, maka tugas tutor sebagai motivator tidak terlalu berat bahkan suatu proses kerja yang sangat mengasyikkan. Demikian juga bagi siswa, akan dapat dengan senang melakukan kegiatan pembelajaran serta dapat mengembangkan kreatifitasnya, sehungga harapan atau tujuan dari PAS dapat tercapai.
VI.
Demikian sedikit pengalaman sebagai tutor yang yang mencoba mengaplikasikan langsung bahan-bahan tari tradisi untuk pengembangan kreativitas anak. Tentu saja akan berbeda dengan pengalaman dengan tutor lainnya. Harapan tulisan ini minimal dapat memberikan bahan-bahan yang nanti pada perumusan akhir kegiatan PAS dapat menentukan Model Pembelajaran PAS yang canggih, sehinga dapat diaplikasikan kepada seluruh siswa usia sekolah dasar. Koreksi, saran, masukkan, kritik sangat dibutuhkan untuk menyempurnakannya
KEPUSTAKAAN
Benny Agus Pribadi dan Dewi Padmo Putri, Ragam Media dalam Pembelajaran, PAU Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2001
Sardono W Kusumo, “Membangun Kreatifitas Kekaryaan Tari” makalah dalam Seminar Tari Nusantara.
Slamet Subiyantoro, “Pembelajaran Kesenian di Sekolah Umum”, Spektrum, Jurnal Bahasa dan Seni, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, September 1999.
Soedarso, sp, Tinjauan Seni Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni, Saku Dayar Sana, Yogyakarta, 1999.
Utami Munandar, Kreatif dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Gramedia Pustaka Jakarta, 2002.
Iyus Rusliana, “Mencermati Bahan Pembelajaran Tari Anak-anak” dari internet.
Wahyudiarto, “Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Sekolah Dasar” makalah untuk penataran guru-guru play group di Boyolali.
“Anak Kreatif”, Inspitorial, Kompas Minggu 25 Juni 2006
Pramuniaga Busana Anak [download]
MODUL DASAR BUSANA [download]
Pendidikan Anak Usia Dini [download]
wanita menggunakan busana muslimah [download]
buka mesin jahit : http://wahyudiarto.dosen.isi-ska.ac.id/
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang pengelompokan pada busana berdasarkan penempatan dan usia
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Macam - Macam Kerajinan Tekstil Indonesia
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Post a Comment