Tugas Tekpro Tekstil ( Batik, Tritik dan Tapestri)
Tugas Tekpro Tekstil ( Batik, Tritik dan Tapestri) |
1. Pengertian Tapestri
macam macam bobbin dalam pembuatan kain - Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang berwarna dan tidak berwarna (natural) yang biasa difungsikan untuk bahan penutup lantai (karpet), pembungkus mebel dan untuk bahan penutup dinding/hiasan dinding.
Istilah tapestri berasal dari kata “tapiesseries” (bahasa Perancis) yang berarti penutup lantai, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut permadani.
2. Bahan dan perlengkapan
Alat yang digunakan untuk membuat tenun tapestri, adalah :a. ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)
Alat yang berfungsi untuk memasang benang lungsi ini dijalankan dengan kaki dan tangan. Ada dua macam ATBM, yaitu :
1. Horisontal Loom/ Floor Loom/ Alat Tenun Lantai.
2. Vertikal loom/ Frame loom/ Alat Tenun Tegak/ Alat Tenun Rangka.
b. Bobin, berfungsi untuk tempat benang pakan.
c. Sisir kayu, berfungsi untuk merapikan/ merapatkan benang pakan.
d. Alat ukur/meteran/penggaris,berfungsi untuk menentukan ukuran.
e. Gunting, berfungsi untuk menggunting/ memotong benang.
Bahan
Bahan utama untuk membuat tenun tapestri adalah benang. Benang ada yang berasal dari serat alam ataupun serat buatan (sintetis).
a. Benang yang berasal dari serat alam, antara lain
1. Tumbuh-tumbuhan, yaitu :
a. Katun
b. Agel
c. Rosela
d. Enceng Gondok
2. Dari binatang, yaitu wool
Benang yang berasal dari serat buatan, antara lain :
a. Nylon
b. Acrilic (wool sintetis)
3. Teknik Produksi Tapestri
Pasanglah benang lusi (TC No. 12) atau bahan lain dengan cara mengikat paku yang ada pada tapestri loom dengan benang, kemudian tarik ke bawah lalu ke atas berulang ulang sesuai kebutuhan. Jarak tiap benang 1 cm atau lebih sesuai kebutuhan.
Buatlah benang pakan dengan cara menggulung benang pada bobbin secukupnya. Lakukan awal penyilangan pada lusi dan lakukan penenunan dengan corak rata. Bukalah lungsi, ambil satu, tinggal satu, dan seterusnya. Masukkan benang pakan. Rapatkan beanang pakan dengan bobbin bagian ujung untuk menekan. Sambunglah penyilangannya.
Buatlah tenunan dengan corak rata sesuai dengan desain atau rencana. Untuk membuat variasi bentuk corak dan hiasan, dibuat corak giordes atau corak permadani dengan bahan pakan yang dipotong-potong. Kemudian diteruskan dengan corak rata dan bervariasi dengan corak giordes.
Jika sudah selesai menenun sesuai ukuran yang dikehendaki, ditutup dengan corak soumak sebanyak 2 atau 3 kali dengan menggunakan bahan benang yang lain. Untuk melepas hasil pekerjaan dari tapestri loom, dipotong menggunakan gunting. Terakhir finishing dengan merapikan bagian belakang dari hasil pekerjaan dengan cara digunting atau dipotong agar bersih dan rata. Buat simpul akhir anyaman sebagai pebguat dan penghias dengan simpul makrame atau teknik lain.
Tenun
1. Pengertian Tenun
Tenun merupakan hasil kerajinan berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan kedalam zat pewarna alami. Kain dibuat dengan azas (prinsip) yang sederhana dari benang yang digabung secara memanjang dan melintang.
Bahan dan alat antara lain:
a. ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)Merupakan alat tenun yang digerakkan oleh injakan kaki untuk mengatur naik turunnya benang lungsi pada waktu masuk keluarnya benang pakan, digunakan sambil duduk di kursi.
b. ATBM Dobby
Merupakan alat tambahan mekanis yang berada di atas ATBM, Dobby berfungsi mengontrol penganyaman benang pada perkakas tenun lain, sehingga membentuk motif-motif sesuai dengan pola yang diinginkan.
c. Alat tenun gedogan (backstrap loom)
Merupakan alat tenun tradisional, pada bagian ujung dipasang pada pohon / tiang rumah atau pada suatu bentangan papan dengan konstruksi tertentu dan bagian ujung lainnya diikatkan pada badan penenun yang duduk di lantai. Di Bali dikenal dengan sebutan alat tenun cagcag.
Teknik Produksi
a. Teknik Tenun Datar
Tenun yang dihasilkan dari benang pakan masuk keluar kedalam benang lungsi dengan irama yang sama, sehingga menghasilkan tenun polos tanpa corak atau dengan corak garis-garis, kotak-kotak sesuai dengan warna dan jenis benang yang dipakai, sehingga menghasilkan tenunan yang disebut tenun lurik atau poleng.b. Tenun Ikat
Tenun ikat lungsi adalah produk tenun dengan desain yang terjadi dari kumpulan benang lungsi yang dibentangkan pada alat perentang diikat dengan tali rafia berbagai warna yang disesuaikan dengan ragam hias dan warna yang diinginkan, kemudian dicelup. Setelah mengering pada bagian yang ditandai oleh warna rafia tertentu dibuka ikatannya dan dicolet dengan warna yang diinginkan, dilakukan seterusnya pada ikatan warna rafia yang lain dicolet dengan warna-warna yang diinginkan. Setelah kering kemudian ditata pada alat tenun dan ditenun dengan benang pakan warna tertentu sesuai warna yang diinginkan secara keseluruhan.
c. Tenun Ikat pakan
Tenun ikat pakan proses pembuatannya sama dengan tenun ikat lungsi, tetapi yang diikat adalah kumpulan benang pakan sesuai dengan ragam hias dan warna yang diinginkan, kemudian ditenun pada bentangan benang lungsi yang sudah tertata pada alat tenun dengan warna yang diinginkan secara keseluruhan.d. Tenun ikat ganda
Kedua teknik tersebut di atas digabungkan dalam proses penenunannya, sehingga corak akan terbentuk dari persilangan benang lungsi dan benang pakan yang tertumpuk pada titik pertemuan corak yang dikehendaki.
e. Tenun songket
Tenun dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang perak, emas, tembaga atau benang warna diatas benang lungsi. Penempatannya tergantung dari corak yang diinginkan, ada kalanya penuh dengan berbagai ragam hias atau beberapa bagian kain saja dan kadangkala dipadu dengan teknik ikat.
f. Hasil tenun dengan ATBM Dobby
Tenun dobby dihasilkan dari memakai mesin ATBM yang dilengkapi dengan pola yang dibuat pada sebuah susunan kayu selebar 2 cm x 20 cm. Kayu-kayu itu disusun sampai puluhan. Tiap kayu memiliki 16 titik yang ditutup besi semacam paku sesuai motif yang diinginkan. Fungsinya sama dengan kain pola strimin.
Batik
Pengertian Batik
Batik adalah sebuah teknik menghias permukaan tekstil dengan cara menahan pewarna. Teknik ini dijumpai di mana saja, di benua Afrika, Amerika, Asia dan Eropa, dan merupakan salah satu tahap pencapaian dalam peradaban manusia yang universal.Bahan dan Perlengkapan
a. Gawangan
Gawangan ialah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.b. Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan batik secara tidak sengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat saja dilaksanakan.c. Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam” (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. Oleh karena itu, wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik dari yang logam, karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan “malam”.d. Anglo
Anglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai pemanas “malam”. Apabila menggunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren. Keren inilah yang banyak digunakan orang di desa-desa.
e. Tepas
Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan, terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya bentuknya yang berbeda. Tepas berbentuk persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu. Sedangkan ilir berbentuk bujur-sangkar dan tangkainya terletak pada salah satu sisi serta memanjang ke samping.
f. Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembatik supaya tidak kena tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau sewaktu membatik. Taplak biasanya dibuat dari kain bekas.
g. Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya. Jika “malam” disaring, maka kotoran dapat dibuang, sehingga tidak mengganggu jalanya “malam” pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.h. Dingklik (lincak)
Dingklik atau lincak pada prinsipnya sama, yaitu tempat duduk si pembatik. Tetapi pembatik juga dapat duduk di atas tikar.
i. Canting
Canting adalah pokok untuk membuat batik. Canting dipergunakan untuk menulis (melukiskan cairan “malam”), membuat motif-motif batik yang diinginkan.
Cara pembuatan Batik
Persiapan membatik
a. Keren, atau anglo, dan wajan berisi “malam” harus sudah siap untuk mulai membatik. “Malam” harus sempurna cairnya (malam tua) supaya keluarnya melalui cucuk canting, selain itu “malam” dapat meresap dengan sempurna dalam kain. Api dalam anglo atau keren harus dijaga agar tetap membara, tetapi tidak boleh menyala, karena berbahaya kalau menjilat “malam” dalam wajan.
b. Kain yang sudah dipersiapkan harus telah berada di atas gawangan dekat keren, atau anglo. Si pembatik duduk di antara gawangan dan keren, atau anglo. Gawangan berdiri di sebelah kiri dan keren di sebelah kanan pembatik. Orang yang pekerjaannya membatik disebut pengobeng.
c. Selanjutnya memegang canting. Cara memegang canting berbeda dengan memegang pensil atau bolpoin untuk menulis. Perbedaan itu disebabkan ujung cucuk canting bentuknya melengkung dan berpipa besar, sedangkan pensil dan bolpoin lurus. Memegang canting dengan ujung-ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil untuk menulis, tetapi tangkai canting horisontal, sedangkan pensil untuk menulis dalam posisi condong. Posisi canting demikian itu untuk menjaga agar “malam” dalam nyamplungan tidak tumpah.
d. Dengan canting itu pengobeng menciduk “malam” mendidih dalam wajan kemudian dibatikkan di atas kain. Sebelum dibatikkan canting ditiup lebih dahulu. Cara meniup pun dengan aturan tertentu, agar “malam” dalam nyamplungan tidak tumpah pada bibir pengobeng.
Tahap-tahap Membatik
a. Membatik kerangka
Membatik kerangka dengan memakai pola disebut “mola”, sedang tanpa pola disebut “ngrujak”. Kain yang sudah dibatik seluruhnya berupa kerangka, baik bekas memakai pola maupun dirujak, disebut “batikan kosongan”, atau disebut juga “klowongan”. Canting yang dipergunakan ialah canting cucuk sedang yang disebut juga canting klowongan.b. Ngisen-iseni
Ngisen-iseni dari kata “isi”. Maka ngisen iseni berarti memberi isi atau mengisi. Ngisen-iseni dengan menggunakan canting cucuk kecil disebut juga Canting Isen.
c. Nerusi
Nerusi merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan yang berupa ngengrengan kemudian dibalik permukaannya, dan dibatik kembali pada permukaan kedua itu. Membatik nerusi ialah membatik mengikuti motif pembatikan pertama pada bekas tembusnya. Nerusi terutama untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta untuk memperjelas.
d. Nembok
Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu proses penyelesaian menjadi kain. Maka bagian-bagian yang tidak diberi warna atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain harus ditutup dengan “malam”. Cara menutupnya seperti cara membatik bagian lain dengan menggunakan canting tembokan. Canting tembokan bercucuk besar. Orang yang mengerjakan disebut “nembok” atau nemboki dan hasilnya disebut “tembokan”. Nembok hanya bagian muka kain.
e. Bliriki
Bliriki ialah nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup sungguh-sungguh. Bliriki menggunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki.Apabila tahap terakhir ini sudah selesai berarti proses membatik selesai juga. Hasil bliriki disebut “blirikan” tetapi jarang disebut demikian, lebih biasa disebut “tembokan”. Membatik memang disebut selesai apabila proses terakhir tadi selesai atau kalau batikan tidak perlu ditembok, maka yang disebut batikan selesai adalah sebelum ditembok.
Pada jaman yang silam di daerah Surakarta, setiap selesai tahap-tahap tadi, batikan dijemur sampai “malam”nya hampir melelah. Maksud penjemuran tersebut ialah agar lilin pada mori tidak mudah rontok atau hilang. Sebab “malam” panas (mendidih) waktu dipergunakan untuk membatik dan bersinggungan dengan mori dingin akan membeku dengan tiba-tiba karena proses “kejut”. Pembekuan malam demikian itu kurang baik, karena batikan sering patah-patah dan “malam” mudah rontok. Tetapi jika dijemur, pemanasan terjadi secara merata dan mori ikut terpanasi. Mori yang mengalami pemanasan sinar matahari akan mengembang, dan mempunyai daya serap. Proses mengembang ini memperkuat melekatnya “malam” yang mulai akan meleleh, sebelum meleleh batikan harus diangkat hati-hati ketempat teduh. Di tempat teduh, batikan serentak akan mendingin. Proses pendinginan ini pun ada keuntungannya, karena antara mori dan “malam” saling memperkuat daya lekat. Selesailah kerja membatik.
f. Melorod atau membakar kain
Pada proses terakhir atau pada tugas-tugas proses pembuatan batik secara lorodan lilin batik perlu dilepaskan dari kain secara keseluruhan. Kemudian kain direndam dalam air yang mendidih yang diberi obat pembantu sehingga lilin batik meleleh dan lepas dari kain. Apabila lilin batik telah lepas dari kain, kain diangkat dengan tongkat, lalu dicuci. Bila kain belum bersih dari lilin batik, kain dimasukkan lagi ke dalam air panas sampai lilin batik itu terlepas semuanya dan kain menjadi bersih.
g. Pewarnaan
Mencelupkan kain pada zat warna dimana ukuran dan tata caranya tergantung sesuai dengan jenis warna yang digunakan.h. Pemutihan
Cara memutihkan warna adalah sebagai berikut :
Kain yang telah berwarna (warna yang diperoleh dengan soga ergan, soga garam, atau zat warna reaktif) direndam dalam larutan 2 gram per liter kalium permanganat dan 1 cc per liter HCl selama 15 menit, kemudian diangkat dan ditiriskan.Kain itu segera direndam dalam larutan 8 gram per liter natrium hidrosulfit selama 15 menit, kemudian dicuci bersih.
Jumputan dan Tritik
Kain Jumputan
Kain yang dibuat dengan cara dicomot (ditarik) atau dijumput (bahasa jawa) untuk kemudian diikat dengan tali. Bagian-bagian yang diikat dengan tali tadi, setelah kain diwarnai dan tali dilepas, akan tetap berwarna putih. Agar cat pewarna tidak meresap pada bagian kain yang diikat maka sebagai tali pengikat dipakai bahan yang tidak menyerap zat warna. Dahulu dipakai sebagai tali pengikat antara lain serat batang pisang, dan dewasa ini digunakan tali rafia.
Kain Tritik
Kain tritik ialah menjelujur kain sesuai corak yang diinginkan. Sementara ada yang mengatakan bahwa istilah tritik berasal dari kata tarik. Seperti corak di daerah Solo-Yogya dikenal dengan nama untu walang, regulon, tapak dara, gadan dan lain-lain. Proses pembuatannya dengan cara menjelujur kain menjadi satu gumpalan menggunakan benang sehingga jelujuran tadi menjadi rapat. Setelah diberi warna dan benang dicabut akan didapat ragam hias berwarna putih sesuai jelujuran tadi. Jadi sebagai bahan perintang warna celup di sini adalah benang jelujuran.Mulanya kain tritik hanya mempunyai satu warna latar, yaitu biru tua atau hitam dan merah mengkudu. Kemudian mengalami perkembangan, yaitu bagian-bagian diantara corak tritik – pinggiran, badan dan tengahan di beri warna yang kontras, warna cerah atau lembut dipadu dengan warna gelap atau tua. Tengahan ini dapat berbentuk persegi empat, wajik atau bulat. Warna cerah dan lembut untuk pertama kalinya diperoleh dengan memakai cat celup sintetis analine. Ada sementara anggapan, warna-warna ini mengingatkan pada cerahnya warna kembang, oleh sebab itu kain tersebut disebut pula dengan istilah kain kembangan. Pemberian nama kain tersebut di atas dapat berdasarkan teknik pembuatannya (kain tritik, kain jumputan) atau berdasarkan warna warninya (kain kembangan) dan dapat pula berdasarkan perpaduan warnanya (bangun tulak, pare anom dan lain-lain).
Untuk pertama kalinya cat analine diperkenalkan oleh orang Belanda bernama Winter, maka sering pula kain warna-warni ini dinamakan kain wenter. Lambat laun istilah wenter mempunyai arti cat celup sintetis (J. E. Jasper en Mas Pirngadie, De Batik Kunst).
Seni tritik terdapat pula di berbagai daerah di Indonesia antara lain Palembang, Banjarmasin dan Bali.
Persiapan Pembuatan Kain [download]
Bagaimana urutan kegiatan dalam proses pembuatan kain grey [download]
buka mesin jahit : https://jeashafidzh.wordpress.com/2014/10/13/tugas-tekpro-tekstil-batik-tritik-dan-tapestri/
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang macam macam bobbin dalam pembuatan kain
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Bahan dan Alat Pembuatan Produk Kerajinan Tekstil
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Post a Comment