, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Sneakerhead

Sneakerhead

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Sneakerhead



adalah sebutan
bagi penggila
Sneaker
Mereka
Mengoleksi dan
kaya berkat sepatu
bersol karet ini.



Sneaker atau sepatu bersol

karet sebenarnya sudah ada
sejak dulu, tapi baru mencapai
puncak dalam kebudayaan pop
pada 1980-an. Sepatu yang dikenal
untuk bermain bola basket ini memang
mengawali popularitasnya dari cabang
olahraga permainan ini.
Adapun Michael Jordan saat itu
sangat memukau dengan berbagai
aksi mengoper, melempar, dan
memasukkan bola. Tentunya
popularitasnya dilirik oleh produsen
sepatu olahraga internasional asal
Amerika Serikat. Kemudian, pada
1985, meluncurlah produk bernama
Air Jordan, dengan filsafat tentang
kemampuan Jordan “berjalan di udara”
ketika akan memasukkan bola.
Keberadaan sneaker semakin luas,
dan pada saat bersamaan musik hip-
hop tengah merintis jalan ke atas.
Salah satu aksesori yang wajib dipakai
oleh rapper kala itu adalah sneaker.


Gaya bersepatu ini lalu ramai-ramai

ditiru oleh anak muda saat itu.
Kemudian terlihat pergerakan
dalam masyarakat, khususnya anak-
anak muda. Sneaker bukan sekadar
sepatu bersol karet yang dipakai
untuk berolahraga. Lebih dari itu,
sneaker lantas menemukan jalan
sebagai simbol status pemakainya.
Ada merek dengan model tertentu
yang mengisyaratkan kedudukan
pemakainya dari kalangan elite.
Namun, bagi para pengoleksi sneaker
atau sneakerhead, sepatu bersol karet
ini adalah segala-galanya. Mereka
tidak memakai sepatu ini, melainkan
mengumpulkannya sebagai hobi.


Mereka adalah pakar sneaker dan

sangat memahami
ihwal sepatu ini
dengan baik.
Hanya dengan
melihat sekilas,
sneakerhead sudah
tahu sneaker yang ada di
depannya asli atau palsu.
Bahkan di Carnegie Mellon
University terdapat program
kuliah Sneakerology 101.



Kelas kuliah ini mengajarkan sejarah

pengoleksian sneaker.
Sneakerhead tak hanya mengoleksi
sneaker untuk cabang olahraga
tertentu, tapi melihat kualitas produksi
dan nilai yang ada di dalamnya. Koleksi
para sneakerhead ini meliputi Air
Jordan, Air Force 1, Nike Dunk, Nike
Skateboarding, Nike Foamposite, Nike
Air Max, dan Nike Air Yeezy.


Koleksi yang beragam itu memang

hanya terlihat sebagai sepatu bersol
karet. Namun koleksi sneakerhead
tersebut meliputi sneaker eksklusif
atau edisi terbatas. Ada pula sneaker
yang warnanya berbeda dengan yang
sejenisnya, yang menjadikannya
sneaker langka. Bisa juga sneaker itu
dibuat dengan teknik pengecatan
manual alias dikerjakan dengan tangan
manusia, bukan mesin.
Custom sneaker menempati posisi
tersendiri di kalangan sneakerhead.
Dengan merancang sendiri dan
menentukan warna yang disukai,
hasrat penggila sneaker akan
terpenuhi. Melihat fenomena ini,
produsen sepatu Nike dan Reebok
membuka toko custom untuk
memenuhi keinginan sneakerhead.
Mereka dibebaskan memilih material
dan warnanya.



Sneakerhead tak mengenal tingkatan

usia atau status sosial. Tak sedikit
pesohor Hollywood yang menjadi
sneakerhead, seperti Mark Wahlberg.
Majalah Forbes pernah mencatat
sneakerhead mencakup 5 persen
pembeli sneaker yang ada atau senilai
US$ 1,1 miliar hanya di Amerika.

0 komentar:

Post a Comment