War for Talent |
War for Talent
"Ilmu dan pengalaman yang diperoleh adalah
investasi yang berharga dan tidak pernah
sia-sia. Hanya kadang membutuhkan waktu
kapan ilmu tersebut akan dipakai.
Laporan The Boston Consulting
Group (BCG) tahun 2013menyebutkan kualitas pekerja Indonesia
berada di posisi 58, dibawah India dan Cina.
Lembaga konsultan internasional yang juga
berada di Jakarta ini bahkan memprediksi
pada 2020 mendatang, Indonesia akan
mengalami krisis pekerja berkualitas.
Dean Tong sebagai Partner and
Managing Director BCG Jakarta
mengatakan, sistem yang diterapkan di
“Kebanyakan orang yang
berani melamar kerja
tidak sesuai dengan
jurusan karena mereka
merasa setelah kuliah
passion-nya berbeda.”
perusahaan lah penyebab para calon
pegawai bekerja tidak sesuai dengan
pendidikan yang diambil.
Hal senada disampaikan Talent Expert,
Handi Kurniawan. Berkembangnya lajuperekonomian yang semakin pesat
menuntut para perusahaan berlomba
pencari karyawan berkualitas.
“Hal ini biasa disebut ‘War for talent’,
perusahaan-perusahaan berbondong-
bondong mencari karyawan yang terbaik,”
ujar Global Human Resources Leader dan
Pendiri East West Talent ini.
“Perusahaan dan karyawan akan
berlomba mencari serta mendapatkan
yang terbaik.”
Hal ini, masih kata Handi, akan
menyebabkan kesenjangan antara
perusahaan bonafit dan kurang bonafit.
“Masalahnya di supply dan demand yang
menyebabkan perusahaan yang kurang
terkenal akan memberikan toleransi dalam
penerimaan karyawan,” paparnya.
“Inilah yang menyebabkan
berkembangnya karyawan yang bekerja
tidak sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya.
Perusahaan hanya berpikir karyawan
tersebut bisa bekerja,” tambah Handi.
“Awalnya akan
mengalami kesulitan
dengan teknis pekerjaan.
Tapi dia harus mengejar
ketinggalan, memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan yang
diperlukan.”
Tentukan Passion
Di era kini, tak sedikit orang yang akhirnya
meminang pekerjaan yang tak sesuai
dengan ilmu yang ditempuhnya selama di
bangku kuliah.
Namun, hal itu kini tak semata karena
rendahnya Indeks Prestasi Komulatif (IPK)atau sulitnya mendapat pekerjaan di
perusahaan besar. Tantangan dan menimba
pengalaman menjadi salah satu faktor
pemicunya.
“Memang ada yang melakukan hal itu
karena sudah tidak ada lagi pilihan dan
belum pengalaman. Namun, kebanyakan
orang yang berani melamar kerja tidak
sesuai dengan jurusan karena
mereka merasa setelah kuliah
passion-nya berbeda,”
papar alumni Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
ini.
“Misalnya
orang lulusan
kedokteran atau
pertanian, ternyata mereka lebih menyukai
dunia digital. Akhirnya mereka bekerja di
bidang teknologi atau menjadi animator,”
tambahnya.
Oleh karena itu, lanjut Hadi, menentukan
passion sejak di bangku kuliah menjadi halpenting dan musti dilakukan.
“Mereka yang sudah tahu passion-nya
sejak awal, kemudian sekolah di jurusan
yang tepat dan menerapkan ilmunya kala
bekerja kemungkinan suksesnya sangat
besar,” katanya.
Namun, lanjut Handi, hal ini tak berarti
mereka yang bekerja tak sesuai dengan ilmu
yang dipelajarinya selama bangku kuliah tak
bisa sukses.
“Ada sebuah penelitian yang mengatakan
bahwa jika seseorang bekerja di satu bidang
yang sama selama 5 tahun, maka dia akan
expert di bidang tersebut,” ujarnya.
“Namun hal ini sangat ditentukan dengan
budaya pembelajaran dan pengasahan
keterampilan terus menerus. Intinya cintai
pekerjaan Anda, terus belajar, maka sukses
akan datang menghampiri Anda. Be the best
in everything that you do, be so good that no
one will ignore you,” jelas Handi.
Kejar Ketinggalan
Setiap perusahaan pasti membutuhkan
karyawan yang handal dan berkualitas.
Walhasil, tak sedikit perusahaan yang
mengidentifikasi antara karyawan yang
dianggap sebagai talent perusahaan atau
star talent demi kemajuan perusahaan.
“Mereka adalah orang yang berkinerja
tinggi dan memiliki potensi berkembang
dalam perusahaan. Mana yang berperan
sebagai expert atau pakar, mana yang
berpotensi berkembangnya kurang namun
tetap penting dalam menjalankan operasi
perusahaan,” katanya.
“Perusahaan juga harus mengembangkan
karyawannya agar tetap berkualitas,” ujar
lulusan accounting dan tertarik di bidang
Human Resource Development ini.
Seringkali yang menjadi masalah
adalah karyawan yang bekerja tidak sesuai
dengan ilmu yang ditekuninya selama
kuliah. Perusahaan acapkali meremehkan
kemampuannya.
“Jika Anda berada pada situasi tersebut,
mulailah tunjukkan kerja keras untukmendalami bidang baru itu. Karena Anda
akan bersaing dengan orang-orang yang
mungkin bekerja sesuai dengan jurusan
kuliahnya,” paparnya.
“Tunjukkan kualitas. Jangan pernah
berhenti belajar, jika berhenti itu adalah
tanda dari kemunduran.”
Handi tak menampik, jika perlu waktu
untuk beradaptasi dengan bidang yang
akan digelutinya.
“Awalnya akan mengalami kesulitan
dengan teknis pekerjaan. Tapi dia harus
mengejar ketinggalan, memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan,” ungkapnya.
Berani belajar dan bekerja keras untuk
mengejar ketinggalan memang bukan
perkara yang mudah. Karena pada saat
bekerja persaingan pun sudah terjadi,
kualitas setiap pegawai tetap dicermati
perusahaan.
“Yang diperlukan adalah ketekunan dan
kemauan keras untuk belejar, menguasai
pekerjaan dan menjadi yang terbaik,”
tegas penulis buku Go Global, Guide to a
Successful International Career ini.
“Sebenarnya yang benar adalah
bekerja sesuai dengan jurusan kuliah.
Tentukan passion sedari dini, saat Anda
akan menempuh kuliah sehingga bisa
meminimalisir terjadinya salah jurusan,”
ungkapnya.
Investasi Ilmu
Handi merupakan satu dari sekian
orang yang berani melompat lebih jauh.
Mengambil pekerjaan yang tak sesuai
dengan ilmu yang ditekuninya.
Namun, berbekal keyakinan dan
“Bahkan seorang CEO
pun pasti membutuhkan
berbagai macam bidang
dan ilmu. Karena
pengetahuan yang luas
akan membantu dalam
mengambil keputusan
dan menentukan arah
perusahaan.”
semangat belajar, lulusan akuntasi yang
kini menjadi talent expert ini justru berhasil
menuai kesuksesan.
“Ilmu dan pengalaman yang diperoleh
adalah investasi yang berharga dan tidak
pernah sia-sia. Hanya kadang membutuhkan
waktu kapan ilmu tersebut akan dipakai,”
katanya.
Seperti yang dirasakan Handi, bekal
pengetahuan finance yang diperoleh selama
di bangku kuliah menjadi bekal tersendiri
bagi dirinya yang kini berada di tampuk
pimpinan sebuah perusahaan.
“Ilmu finance sangat berguna bagi saya
untuk menyusun budget maupun mengertikondisi bisnis dan perusahaan secara
keseluruhan,” ujarnya.
“Bahkan seorang CEO pun pasti
membutuhkan berbagai macam bidang dan
ilmu. Karena pengetahuan yang luas akan
membantu dalam mengambil keputusan
dan menentukan arah perusahaan.
0 komentar:
Post a Comment