Waspadai, Gangguan Jiwa Mengintai |
Waspadai, Gangguan Jiwa Mengintai
Jangan memberi
label orang gila pada
mereka. Berilah
dukungan dan
support agar mereka
bisa kembali pada
masyarakat.
Penderita skizofrenia di Indonesia adalah
1:10 dari populasi. Hanya 20% saja yangmendapat perawatan.
Penderita skizofrenia di Indonesia adalah
1:10 dari populasi. Hanya 20% saja yang
mendapat perawatan.
uara-suara itu terus menghampiri
Gwen. Tak hanya 'usil' berbisik
di telinganya, namun sudah mulai
memerintahnya.
Parahnya, perintah dari Chantele, berikut
Gwen biasa menyapa suara 'gaib' itu mulai
membahayakan jiwanya. Seperti saat
memerintah mengambil benda tajam untuk
menyayatkan ke lengannya.
Semua terjadi tanpa disadari mahasiswi
salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta
itu. "Saya baru sadar ketika darah sudah
mengucur dari lengan dan merasa
kesakitan," katanya.
Keanehan yang dialami perempuan
berambut panjang ini terjadi saat usianya 16
tahun. Kala itu, Gwen harus kehilangan sang
mama selamanya.
Akibat goncangan berat itu, Gwen menjadi
pendiam dan sulit berkomunikasi dengan
orang sekitar. Dia kesulitan untuk konsentrasi
dengan apapun yang diucapkan lawan bicara.
Suara yang bisa diterima dan direkam oleh
otaknya hanyalah suara Chantal.Dia pun mulai
menarik diri dari lingkungan sosial.
"Saya tidak suka ketika orang yang
mengetahui penyakit saya, sikapnya berubah.
Memperlakukan saya istimewa, tidak seperti
biasanya. Membuat saya berpikir bahwa saya
memang orang gila," ungkap Gwen.
Menurut dr. Ayesha Devina, SpKJ, apa yang
dialami Gwen merupakan gangguan
jiwa psikotik.
Gangguan jiwa yang dipicu adanya tekanan
atau depresi. "Banyak penyebab seseorang
dikatakan depresi hingga membuatnya
mengalami gangguan kejiwaan," katanya.
Skizofrenia, Bipolar hingga
Kleptomania
Dr. Ayesha menambahkan selain psikotik, juga
terdapat gangguan jiwa neurotik. "Namunyang paling berat lebih pada gangguan
psikotik yakni skizofrenia dan bipolar," ujarnya.
Seperti yang dialami Skizofrenia merupakan
suatu gangguan kejiwaan kompleks di mana
seseorang mengalami kesulitan dalam proses
berpikir sehingga menimbulkan halusinasi,
delusi, gangguan berpikir dan bicara atau
perilaku yang tidak biasa.
Gejala ini dapat membuat orang dengan
skizofrenia mengalami kesulitan untuk
berinteraksi dengan orang lain dengan cara
menarik dari dari aktivitas sehari-hari dan
dunia luar.
"Penderita skizofrenia di Indonesia adalah
1:10 dari populasi. Hanya 20% saja yang
mendapat perawatan, sisanya belum tersentuh
perawatan medis," kata Githa Bahagiastri,
konselur psikologi sekaligus volunteer di
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia.
Sementara bipolar disorder atau dikenal
mood swing, merupakan gangguan jiwa yang
ditandai dengan perubahan mood yang cepat
pada si penderita. Terkadang tiba-tiba tertawa,
namun sontak berubah menangis.
"Saya tidak sadar dengan emosi yang naik
turun karena tidak merasakan perubahan.
Saudara yang tinggal satu rumah menyadari
hal tersebut. Dia bilang kalau emosi saya bisa
berubah dengan cepat. Kesedihan berubah
menjadi kesenangan dalam waktu sedetik,"
cerita Gwen.
Namun, Gita menambahkan, tidak semua
orang dengan mood swing memiliki gangguan
bipolar. Mereka yang mempunyai gejala
maniac atau gabungan maniac dan depresi lah
yang dikatakan menderita gangguan bipolar.
Maniac merupakan kondisi di mana
seseorang mengalami peningkatan mood
dengan gejala percaya diri meningkat dan
berlebihan. Bicara dalam tempo cepat, jarang
tidur, serta pikirannya loncat-loncat dengan
topik berbeda.
"Banyak keinginan atau tujuan yang
berprinsip pada kesenangan seperti
investasi bisnis atau seks," tambahnya.
Ketika depresi, penderita bipolar
akan merasa sedih terus menerus, hilang
minat atau kesenangan, kehilangan
minat untuk makan sampai mengalami
perubahan berat badan, sulit tidur,
gerakan melambat, mudah lelah, merasa
tidak berharga.
"Kurang berkonsentrasi, sering
memikirkan kematian dan bahkanmerencanakan bunuh diri, serta terkadang
muncul halusinasi yang berkaitan dengan
depresinya," tambah Githa.
Gangguan bipolar tanpa penanganan
bisa mengakibatkan bunuh diri. "Kebanyakan
hilangnya nyawa karena efek tidak langsung
dari gejala gangguan yang dialami,"
tambahnya.
Sementara gangguan jiwa neurotik meliputi
kleptomania, bulimia, anoreksia, maupun OCD
(Obbesive Compulsive Disorder).
Pengguna narkoba yang
terus menerus mengalami
halusinasi walaupun efek
dari narkoba tersebut
sudah tidak ada lagi,
memiliki kecenderungan
mengalami skizofrenia
Halusinasi & Introvert
Ada tiga macam penyebab gangguan jiwa.
Pertama adalah faktor biologis, yang diperoleh
karena diturunkan dari anggota keluarga.
"Pengguna narkoba yang terus menerus
mengalami halusinasi walaupun efek dari
narkoba tersebut sudah tidak ada lagi, memiliki
kecenderungan mengalami skizofrenia,"
ujar Githa.
Faktor kedua yang berperan adalah
psikolgis. Penderita skizofrenia memiliki
kerpibadian tertentu yang berperan, seperti
pemalu, pencemas, introvert.
"Lingkungan keluarga dapat menjadi
pemicu. Bagaimana pola asuh keluarga,apakah dia dibesarkan oleh lingkungan yang
otoriter atau tidak. Nah, semua itu sangat
bepengaruh," katanya.
Faktor terakhir adalah sosial, bagaimana
dia terlibat dalam aktivitas di lingkungan
sosial. Apakah dia dijauhi teman-temannya
di lingkungan atau tidak. Kalaupun misalnya
dijauhi, apakah itu untuk jangka panjang
atau pendek.
"Tiga faktor itu saling berpengaruh. Jika
seseorang memiliki kepribadian tertutup tapi
tidak memiliki halusinasi, dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang tidak memiliki
masalah, tentu saja dia tidak menderita
gangguan kejiwaan," tutur Dr. Ayesha.
Bisakah Sembuh?
“Saya malu karena harus minum obat serta
konsultasi ke psikiater. Apa yang dipikirkan
teman-teman? Mereka pasti berpikir jika saya
mulai gila,” ujar Gwen lirih.
Ya, obat dan terapi dengan psikiater dan
psikolog menjadi obat wajib yang musti
ditenggak oleh penderita gangguan jiwa.
Pasalnya, tidak sedikit mereka yang masih
mengalami kesulitan dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar.
“Sebelum datang ke psikolog, penderita
harus berkonsultasi terlebih dahulu ke pskiater,
di mana dia akan diberi obat tertentu seperti
obat anti cemas dan vitamin yang harus
diminum secara teratur,” tutur Githa.
Dibanding bipolar disorder dan skizofrenia,
gangguan jiwa neurotik cenderung lebih
mudah disembuhkan.
“Gangguan kejiwaan yang bersifat neurotik
lebih gampang disembuhkan, asal mereka
mempunyai kenginan kuat. Dengan psikoterapi
yang tepat dan teratur, penderita dapat
mempunyai kehidupan yang normal kembali,”
kata dr. Ayesha.
“Yang utama adalah dukungan dari
keluarga, baik support maupun emosional.Kalau kondisinya sudah membaik, mereka
dapat diajak komunikasi untuk membicarakan
bagaimana kehidupannya di masa depan,”
ucapnya.
“Jangan memberi label orang gila pada
mereka. Berilah dukungan dan support agar
mereka bisa kembali pada masyarakat,”
tegas Githa.
Fenomena Bunuh Diri
Beberapa kali Gwen melakukan percobaan
bunuh diri. Itu dilakukannya karena perintah
suara yang didengarnya. Gwen pernah menulis
di kertas dan lantai rumahnya dengan tulisan
bertinta merah. Ketika sadar, dia langsung
menangis karena tidak tahu apa yang terjadi
padanya.
Berdasarkan data badan kesehatan dunia
(WHO) pada 2010 lalu, kematian di Indonesia
akibat bunuh diri mencapai 1,6 hingga 1,8 per
100.000 jiwa.
Ya, bunuh diri telah menjadi masalah besar
bagi kesehatan masyarakat di negara maju
dan menjadi masalah yang terus meningkat
jumlahnya di negara berpenghasilan rendah
dan sedang. Setiap 40 detik, terdapat korban
bunuh diri di seluruh dunia. Karena itu,
pencegahan usaha bunuh diri menjadi
prioritas tinggi pada agenda kesehatan
masyarakat global.
Workshop yang diselenggarakan dalam
rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia
tahun 2014 lalu, dr. Eka Viora, SpKJ, Direktur
Bina Kesehatan Jiwa, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia mengungkapkan sulitnya
menjelaskan penyebab seseorang melakukan
bunuh diri.
"Padahal, ada orang dengan kondisi sama,
bahkan bisa lebih buruk dari pelaku bunuh diri,
tetapi dia tidak melakukannya. Tindakan bunuh
diri atau percobaan bunuh diri pada umumnya
dapat dicegah," ujarnya.
Beberapa individu dengan gejala seperti
sedih, cemas, perubahan suasana perasaan,
resah atau bingung, cepat marah, penurunan
minat terhadap aktivitas sehari-hari, perilaku
menyakiti diri sendiri harus diwaspadai.
"Bunuh diri bisa dicegah asalkan
masyarakat dapat melakukan tindakan yangakan menyelamatkan kehidupan. Untuk
mencegahnya dibutuhkan kerja sama yang erat
dari individu, keluarga, masyarakat, pemerintah
untuk bersama mengatasi masalahnya,"
jelas dr. Eka.
0 komentar:
Post a Comment