, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

PERBEDAAN HASIL JAHITAN BLUS ANTARA

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
PERBEDAAN HASIL JAHITAN BLUS ANTARA

PERBEDAAN HASIL JAHITAN BLUS ANTARA

POLA LEEUW VAN REES DENGAN POLA M.H WANCIK
UNTUK WANITA BERTUBUH GEMUK


Kebutuhan manusia akan busana
tercermin melalui pesatnya dunia industri
khususnya dibidang busana. Pakaian atau
busana tidak hanya sebagai penutup tubuh akan
tetapi, sudah menjadi suatu bentuk kreatifitas
yang membutuhkan daya cipta, rasa, karsa dan
karya. Peningkatan kebutuhan pakaian bagi
manusia sejalan dengan ragamnya aktifitas
yang memerlukan busana khusus untuk
berbagai kesempatan, bahkan untuk menunjang
penampilan setiap harinya seperti pada wanita
karier.


Pembuatan pakaian tidak lepas dari
pengaruh ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang terus berkembang sehingga membuat
suatu perubahan di dunia industri. Perubahan
tersebut dapat dilihat dari banyaknya sektor
industri busana yang menghasilkan berbagai
macam produk yang beredar dipasaran.
Perubahan-perubahan yang demikian
membutuhkan sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia yang dimaksud
diantaranya adalah tenaga professional dalam
bidang gaya, selera dan teknik pembuatan
pakaian.


Sehingga dapat bersaing dengan dunia
industri busana. Dalam pembuatan pakaian hal
yang terpenting yang perlu diketahui salah
satunya adalah pola dasar. Hampir seluruh
masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai
penjahit pakaian sudah kenal dengan pola dasar,
dan diperlukan kemampuan mengembangkan teknik pembuatan busana yang lebih
praktis dan dapat memenuhi selera
konsumen/pelanggan. Idealnya setiap orang
menginginkan busana kelihatan lebih menarik
dan cantik.Namun hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor salah satu diantaranya adalah
bentuk tubuh.


Tubuh yang ideal atau proporsional lebih

mudah mendapatkannya.Sebaliknya bagi orang
yang kurang proporsional seperti bentuk tubuh
gemuk perlu perhatian khusus seperti model,
corak, dan sistem pola yang digunakan.
Menurut Poespo (2004 : 40) “ tiap-tiap
orang bentuk badannya berbeda, baik dalam
fostur, maupun proporsi antara tinggi badan dan
berat badan. Adanya perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan
pengaruh makanan serta lingkungan hidup kita”
Salah satu contoh bentuk tubuh.


Sesuai dengan pendapat diatas masalah
yang sering terjadi pada saat menjahit pakaian
adalah bagi orang-orang yang memiliki bentuk
tubuh gemuk. Pada umumnya jika melihat
wanita bertubuh gemuk terlihat kurang menarik
dalam hal berbusana, sering terlihat lipatanlipatan
tubuh pada bagian perut, dada, panggul
dan lengan.Hal ini didukung oleh pendapat
Muliawan (2003) busana pada bentuk tubuh
gemuk, sering terlihat kerutan, tarikan, lipatan,
atau sempit yang semestinya tidak ada.Fungsi
busana bukan hanya sekedar sebagai penutup
dan pelindung tubuh.Seharusnya berbusana
dapat juga menutupi kekurangan-kekurangan
pada bentuk tubuh agar terlihat menarik.
Berdasarkan pendapat pratiwi (2005:8)
Dalam proses pembuatan busana, khususnya
pada pembuatan pola dan pecah pola, orang
dengan bentuk tubuh diluar normal (terutama
gemuk) dan orang dengan bentuk tubuh
menyimpang atau displastis memerlukan
perlakuan khusus. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan dan pemilihan pola dasar yang
sesuai dengan bentuk tubuh.


Dalam pembuatan pakaian ada banyak

macam pola dasar yang dapat digunakan
diantaranya adalah pola dengan sistem
Meyneke, Dressmaking, Leeuw Van Ress,
Chartman, Soen, Wancik dan lain-lain.
Beberapa sistem tersebut memiliki cara
tersendiri dalam teknik pembuatannya dan
membutuhkan beberapakali percobaan untuk
mendapatkan pola manakah yang sesuai dengan
bentuk tubuh. Maka disini peneliti memilih
menggunakan pola dasar sistem Leeuw Van
Rees dengan pola dasar sistem Wancik.Dimana,
kedua pola tersebut pernah diteliti sebelumnya
pada pembuatan pola rok suai.


Pola dasar dengan pola dasar sitem
Leeuw Van Rees lebih sederhana dibandingkan
dengan pola sistem Wancik. Pola dengan sistem
M.H Wancik adalah sistem pola yang sudah
cukup lama digunakan dari pola sistem Leeuw
Van Rees. Hal ini dapat dilihat dari cara
pengukuran maupun teknik pembuatan polanya
yang berbeda. Dengan adanya perbandingan
kedua pola tersebut dapat membantu penjahit
dalam memilih pola mana yang cocok dengan
bentuk tubuh.
Dalam penelitian ini hipotesis yang akan
diuji adalah Perbedaan Hasil Jahitan Blus
Antara Pola Leeuw Van Rees Dengan Pola M.H
Wancik Untuk Wanita Bertubuh Gemuk.
Selanjutnya, menurut Djamarah (2000), hasil
adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individu
maupun kelompok. Hasil merupakan sesuatu
yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha
(pikiran). Sedangkan jahitan adalah cara
menjahit, hasil menjahit dan barang apa yang
dijahit.Hasil jahitan yang baik akan
berpengaruh terhadap mutu dan kualitas.
Poerwadarminta (2005).

Menurut Waswito (2010) mutu adalah
kualitas dalam pemenuhan kebutuhan terhadap
keinginan pelanggan sesuai dengan persyaratan
secara berkesinambungan. Jadi, hasil jahitan
adalah sesuatu yang diperoleh dengan
melakukan suatu usaha/ kerja yang telah
direncanakan dan menunjukkan baik tidaknya
kualitas suatu jahitan yang dikerjakan
seseorang.

Blus merupakan salah satu hasil jahitan

yang sering digunakan sebagai penutup tubuh.
Menurut Pratiwi (2005) Blus adalah pakaian
yang dikenakan pada bagian atas. Menurut
Ernawati (2008) Blus merupakan pakaian yang
dikenakan pada badan atas sampai batas
pinggang atau ke bawah hingga panggul sesuai
dengan yang diinginkan. blus adalah penutup
tubuh bagian atas yang panjangnya melewati
garis pinggang dan dapat digunakan sebagai
pasangan rok atau celana, baik secara
pemakaiannya dimasukkan kedalam atau diluar
rok ataupun celana.

Pembuatan blus tidak lepas dari
penggunaan pola. Tanpa pola, memang suatu
pakaian dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah
sebagus yang diharapkan. pola pakaian yang
berkualitas akan menghasilkan busana yang
enak dipakai, indah dipandang dan bernilai
tinggi sehingga akan tercipta kepuasan bagi
sipemakainya. Ernawati (2008)
Pratiwi mengemukakan (2005) Pattern
atau pola dalam bidang jahit menjahit adalah
suatu potongan kain atau kertas yang dipakai
sebagai contoh untuk membuat baju, pada saat
kain digunting. Jadi, pola dasar adalah
gambaran dari suatu bentuk ciplakan badan
yang dituangkan diatas kertas atau bahan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan sebelum
diubah bentuknya.

Hasil jahitan blus yang baik dalam arti

pas dan enak dipakai tidaklah diperoleh dengan
mudah, terutama untuk wanita bertubuh gemuk.
Menurut Pratiwi (2005:65) Penampilan dan
pemilihan blus yang tepat, mulai dari model,
bahan, ukuran maupun polanya akan menambah
keindahan dan percaya diri pemakainya. Setiap
manusia akan berusaha menjaga tubuhnya agar
tetap sehat dan menarik. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan memperhatikan
bentuk tubuh. Hal ini didukung oleh pendapat
Faris (2012), setiap orang jelas ingin
mendapatkan berat badan ideal.


Menurut Wijaya (2011:8) bentuk badan
yang ideal umumnya diukur dari berat badan
ideal. Gemuk merupakan salah satu kondisi
bentuk tubuh yang mengalami
ketidakseimbangan antara tinggi badan dengan
berat badan.

0 komentar:

Post a Comment