, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Mengatasi Kejenuhan Anak Bersekolah

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Mengatasi Kejenuhan Anak Bersekolah

Mengatasi Kejenuhan Anak Bersekolah


Ada banyak kemungkinan yang bisa
menjadi penyebab anak jenuh sekolah,
dan setiap ‘penyebab’ juga
punya cara yang berbeda untuk
mengatasinya. Seperti, jika ia punya
masalah dengan teman-temannya,
berilah pemahaman mengenai pertemanan
yang baik.


Jika ia jenuh sekolah karena jengkel

dengan teman-temannya, tanyakan
masalahnya. Mintalah ia untuk
berbaikan, atau meminta maaf jika
salah. Jangan lupa menjelaskan
letak kesalahannya. Ini juga berlaku
bagi kesalahan yang tak disengaja.
Jika Anda yang menjadi penyebabnya,
segeralah minta maaf pada anak,
sehingga dia terbiasa menghargai
perasaan orang lain.


Terkadang, anak kesulitan menghadapi

materi belajar sekolah yang
dirasa cukup berat. Untuk masalah
ini, Anda bisa berkonsultasi dengan
gurunya, dan membantu anak dalam
proses belajarnya.


Menurut Watson dan Lindgren dalam
bukunya Psychology of the Child and
the Adolescent, anak berada pada
tingkatan bermain kooperatif. Anda
bisa membantu anak untuk membina
dan menjaga hubungan dengan
teman-temannya, dan mengajarinya
cara berkerja sama dengan orang
lain.


Luangkan Waktu

Perhatikan waktu Anda bersama

anak. Sesibuk apapun Anda, misalnya
Anda bekerja, anak butuh
dorongan dan sentuhan seorang ibu.
Ia belum bisa sepenuhnya dilepaskan,
meski sudah bersekolah.


Motivasikanlah anak untuk menemukan
hal-hal baru yang menarik di sekolahnya.
Segala macam yang ada
lingkungan sekolah, mulai dari teman,
aturan, jajanan, taman sekolah,
guru, penjaga sekolah, dan lainnya
adalah hal yang baru bagi anak.
Nah, hal-hal baru tersebut dapat
menjadi pengetahuan yang menarik
dan bermanfaat untuknya. Jangan
jadikan lingkungan sekolahnya sebagai
ancaman, berikan citra positif
terhadap lingkungan sekolah bagi
anak.


Menurut penelitian yang dilakukan

Michael Yogman MD, asisten profesor
dan dokter anak di Tufts Medical
School di Boston, anak membutuhkan
sentuhan ibunya secara rutin
setiap hari.


Sentuhan ini akan membuat anak
tenang, percaya diri, dan merasa
dilindungi. Anak butuh kehadiran
ibu pada saat-saat tertentu. Pelukan
atau ciuman sebelum tidur, membacakan
cerita, atau bahkan membuat
pekerjaan rumah bersama ibu memberikan
nuansa rasa yang sulit digantikan
orang lain.


Jadi daripada berkata, “Dasar, anak
bodoh!” (menunjukkan bahwa orangtua
menolak anaknya), sebaiknya
orangtua berkata, “Jangan bolos
sekolah ya!”. Jangan menyuruh anak
pergi sekolah dengan mengatakan,”
Ibu ingin kamu berangkat sekarang!”
Ini bisa menciptakan konflik dengan
anak Anda.


Strategi yang lebih baik adalah langsung

menekankan peraturan secara
impersonal. Misalnya, Anda bisa
mengatakan, “Sekarang sudah jam
07.00 lho sayang. Waktu kamu untuk
berangkat.” Dengan cara ini, setiap
konflik atau perasaan marah yang
terjadi pada diri anak, hanya akan
terjadi antara anak dengan “jam”-
nya, bukan dengan orangtuanya.


Ajarkan disiplin. Sekolah membutuhkan
kedisiplinan. Selain di sekolah,
Anda juga bisa mengajarkan disiplin
di rumah. Kesibukan di rumah seperti
membereskan kamarnya sendiri,
meletakkan alat-alat permainan dan
alat sekolahnya sendiri, merupakan
aktivitas yang mengajarkan tata tertib
dan disiplin. Ini perlu dilakukan dengan
perjanjian antara orangtua dan
anggota keluarga lainnya.


Bisa juga energi anak yang besar

diarahkan untuk aktivitas lain di luar
rumah, seperti berenang atau mengikuti
kelompok permainan atau ketrampilan.
Buatkan jadwal kapan ia
harus berenang, melukis, bermain,
dan sebagainya. Dengan begitu anak
terbiasa untuk belajar bergaul dan
dispilin.


Perlu membuat aturan yang kosisten.
Misalnya, hari ini anak disuruh tidur
jam 20.00, begitu juga besok dan
seterusnya. Ketidakkonsistensian
bisa mengundang ketakpatuhan dan
hampir tak mungkin untuk mendisiplinkan
anak.


Anda harus memberikan pembenaran

kenapa aturan itu dibuat. Bila
anak mengerti pembenaran atas
suatu peraturan, ia cenderung mematuhi
daripada membangkangnya.


Ada banyak jika karena apa yang

ada dalam artikel ini hanya sebagai
contoh, karena setiap persoalan memiliki
karakter yang berbeda.

Prinsipnya adalah disiplin, luangkan

waktu dan perhatian untuk anak,
mendengar dan menghargai proses
belajarnya. Dengan semangat menyelesaikan
setiap masalah yang
muncul, mudah-mudahan Anda bisa
menemukan sendiri cara yang sesuai
untuk anak Anda.

0 komentar:

Post a Comment