, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Faktor Psikologis Bisa Ganggu Saluran Cerna

Faktor Psikologis Bisa Ganggu Saluran Cerna

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Faktor Psikologis Bisa Ganggu Saluran Cerna

Timbulnya gangguan pada saluran

cerna cukup sering dikeluhkan dan
menjadi masalah kesehatan dalam
masyarakat. Penyakit-penyakit yang
timbul pada saluran cerna, selain disebabkan
oleh adanya faktor organik
(kelainan struktur saluran cerna,
infeksi) ternyata 40-60 % merupakan
sindrom fungsional.


Penderita sindrom fungsional dapat
mengalami gangguan pencernaan
walaupun penyebab dan mekanisme
terjadinya gangguan tersebut secara
pasti belum diketahui secara pasti,
namun gangguan tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor psikologis.
Sindrom fungsional pada gangguan
saluran cerna tersebut, antara lain
adalah : gastritis (upper abdominal
syndrome), sindrom fungsional
hipogastrium (lower abdominal syndrome),
dan aerofagi.


Gastritis (Upper Abdiminal Synsrome).
Gangguan pencernaan bagian
atas yang secara umum dikenal
sebagai penyakit maag merupakan
gangguan saluran cerna yang cukup
sering dikeluhkan. Selain disebabkan
oleh faktor organik seperti adanya
luka/peradangan pada saluran cerna
bagian atas (lambung), gangguan
ini juga dihubungkan dengan faktor
psikologis mendasarinya.
Gangguan ini ditandai antara lain
oleh adanya rasa sakit dan atau rasa
penuh di daerah epigastrium (ulu
hati), kanan atau kiri di bawah lengkung
iga.


Rasa sakit bersifat membakar atau

samar-samar, tidak jarang menjalar,
intensitasnya sedang, menghebat
karena makanan atau langsung setelah
makan, tidak ada hubungannya
dengan kejadian tertentu.
Gejala-gejala lain yang timbul antara
lain gangguan menelan, eruktasi
(bersendawa), pirosis (merasa terbakar
dan rasa asam atau pahit), mual
dan muntah, kembung (meteorismus),
dan lain-lain.


Penderita gastritis biasanya menunjukkan
perubahan yang cukup mencolok
yaitu sikap depresi. Seringkali
penderita menyalahkan lingkungan
atau makanannya, tetapi ternyata
dengan diet (makanan) juga tidak
mengurangi rasa sakitnya.
Mereka memiliki angan-angan untuk
dirawat, dimanja, dan untuk memiliki
objek yang diinginkan sehingga
mereka sulit menemukan kepuasan
yang dibutuhkannya.
Keseimbangan yang rapuh yang
mudah menjadi runtuh dapat terlihat
ketika penderita mengalami keluhan
pada saluran cernanya dan jelas
terlihat adanya ketergantungan pada
objek yang memanjakannya.
Tetapi penderita merasa takut tergantung
pada orang yang menguasainya
dan ketergantungan ini dirasakannya
sebagai suatu penghinaan.


Rasa takut ketergantungan, dan

terhina mengakibatkan sikap agresif
terhadap mereka, yang dapat memberikan
kepuasan. Timbulnya depresi
pada penderita gastritis dikarena
mereka mengelakkan agresi yang
timbul agar tidak kehilangan obyek
yang memanjanya, dan ini menimbulkan
rasa bersalah (guild) yang dirasakan
dirinya sebagai sesuatu yang
sangat buruk.
Drom Fungsional Hipogastrium (Lower
Andominal Syndrom). Gangguan
pencernaan yang mengenai saluran
cerna bagian bawah ini juga dikenal
sebagai spastic colon, irritable colon,
colitis nervosa, dan obstipasi spastic.
Tidak ditemukannya penyebab spesifik
(infeksi, peradangan atau gangguan
anatomis) dari hasil pemeriksaan
pada saluran cerna bagian bawah,
walaupun penderitanya tetap mengeluhkan
kelainan pada pencernaannya,
merupakan salah satu petunjuk
kecurigaan adanya sindrom fungsional
hipogastrium.


Penderita penyakit ini akan mengeluhkan
rasa sakit pada perut, biasanya
di bawah pusat, diare atau obstipasi
(sembelit). Bila terjadi obstipasi,
feses penderita dapat keluar berbentuk
seperti potlot atau tahi kambing
(obstipasi spastik).
Faktor psikologis yang berperan
pada penderitanya yaitu adanya
harapan-harapan untuk meminta lebih
banyak lagi dari orang lain karena
mereka telah memberi banyak pada
orang tersebut.


Angan-angan utama untuk dimanja
telah berhasil diubahnya menjadi
mekanisme-mekanisme pengelak,
sehingga tidak timbul reaksi terhadap
angan-angan pemanjaan yang tak
dirasa puas. Mereka secara sadar
yakin dapat memberi banyak kepada
orang lain namun secara tidak sadar
mereka meminta/mengharapkan
lebih banyak lagi.


Penderita gangguan ini pada puncak
intelektualitasnya dapat secara terus
terang mengakui bahwa dengan
prestasi yang mereka miliki, mereka
dapat meminta lebih banyak. Secara
tidak sadar mereka merasa bahwa
mereka telah memberi terlampau
banyak.


Pertahanan diri mereka akan runtuh

dan dapat mengakibatkan timbulnya
gangguan saluran cerna tersebut bila
mereka merasa tidak dapat membayar
atau ketika meraka merasa dirinya
kurang dibayar.


Aerofagi. Gejala yang timbul dari
gangguan saluran cerna ini adalah
berupa rasa sakit perut dan perut
dirasakan penuh dan membengkak,
hal ini dibuktikan dengan bersendawa
(belching) yang keras bertubi-
tubi.


Terutama ditemukan pada mereka
yang bergantian menelan dan
mengeluarkan udara. Bila tidak dapat
bersendawa, maka perut akan terasa
kembung (meteorismus) dan kentut
(flatus) yang tidak berbau.
Gejala-gejala tersebut juga sering
disebut sebagai sindrom Roemheld
yang terdiri dari rasa sakit di daerah
jantung yang disebabkan oleh diafragma
yang tertekan ke atas oleh
lambung yang membengkak karena
terisi oleh udara (meteorismus).


Penatalaksanaan sindrom fungsional

saluran cerna ini memerlukan kerjasama
yang baik dari penderita dan
dokter yang merawatnya serta jika
diperlukan dapat meminta bantuan
dari seorang psikiater.


Karena penyebab yang mendasari
gangguan ini adalah faktor psikologis
(setelah hasil pemeriksaan oleh
dokter tidak ditemukan adanya penyebab
organik yang mendasarinya)
dari penderitanya.


Maka selain memberikan pengobatan

yang dapat mengurangi gejala
yang dialami penderitanya maka
psikoterapi juga dibutuhkan untuk
menghilangkan atau setidaknya mengurangi
gangguan ini.


Yang terlebih penting adalah peran

serta dari penderita untuk mengatasi
masalah yang dialaminya dengan
petunjuk dan bantuan dari dokter dan
psikiaternya.

0 komentar:

Post a Comment