Prinsip dasar cooperative learning |
Prinsip dasar cooperative learning
dapat dikembangkan menjadi beberapa variasi dari model tersebut. Macam-macam model
dalam pembelajaran kooperatif menurut Isjoni dalam bukunya
cooperative learning (2009), yakni:
1) Student Team-Achievement Division (STAD)
Student Team-Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar
kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi :
a) Tahap penyajian materi
b) Tahap kerja kelompok,
c) Tahap tes individu,
d) Tahap penghitungan skor pengembangan individu
e) Tahap pemberian penghargaan kelompok
2) Jigsaw
Cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu
cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal. Pelaksanaan pembelajaran dengan jigsaw
yakni adanya kelompok asal dan kelompok ahli dalam kegiatan
belajar mengajar. Setiap siswa dari masing-masing kelompok
yang memegang materi yang sama berkumpul dalam satu
kelompok baru yakni kelompok ahli. Masing-masing kelompok
ahli bertanggung jawab untuk sebuah materi atau pokok bahasan.
Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi
keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal
mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada temanteman
dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.
3) Teams-Games-Tournament (TGT)
Teams-Games-Tournament (TGT) adalah tipe cooperative
learning yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar dengan adanya permainan pada setiap meja turnamen.
Dalam permainan ini digunakan kartu yang berisi soal dan kunci
jawabannya. Setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya, dan masing-masing ditempatkan pada meja
turnamen. Cara memainkannya dengan membagikan kartu-kartu
soal, pemain mengambil kartu dan memberikannya kepada
pembaca soal. Kemudian soal dikerjakan secara mandiri oleh
pemain dan penantang hingga dapat menyelesaikan
permainannya.
4) Group Investigation (GI)
Group Investigation (GI) merupakan model cooperative
learning yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar
kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme
dan prinsip pembelajaran demokrasi. Keterlibatan siswa secara
aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai akhir
pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih
mempertajam gagasan. Dalam pembelajaran inilah kooperatif
memainkan peranannya dalam memberi kebebasan kepada
pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif,
dan produktif.
5) Rotating Trio Exchange
Pada model pembelajaran ini, jumlah siswa dalam kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Pada
setiap trio tersebut diberi pertanyaan yang sama untuk
didiskusikan. Setiap anggota trio diberi nomor, kemudian
berpindah searah jarum jam dan berlawanan jarum jam. Dan
setiap trio baru diberi pertanyaan baru untuk didiskusikan.
6) Group Resume
Model ini menjadikan interaksi antar siswa lebih baik,
dengan memberi penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang
bagus, dalam bakat dan kemampuannya di kelas. Setiap kelompok
membuat kesimpulan dan mempresentasikan data-data setiap
siswa dalam kelompok.
Model Pembelajaran Student Team Achievement Division
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Student Team
Achievement Division. Tujuan dari penggunaan model pembelajaran
ini adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai ketrampilan yang diajarkan oleh guru.
Model pembelajaran Student Team Achievement Division dapat
disebut sebagai model pembelajaran baru di dunia pendidikan
Indonesia. Tidak semua guru mengetahui dan mempunyai
kemampuan untuk menerapkan model ini. Model pembelajaran
Student Team Achievement Division merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang baik untuk dipakai para guru yang
baru mengenal bentuk pembelajaran kooperatif karena model ini
lebih sederhana dan lebih mudah diterapkan (Slavin, 2009: 143).
Pada proses pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division siswa dibagi menjadi kelompok- kelompok,
masing- masing beranggotakan 4-5 orang yang beragam dalam hal
kemampuan, jenis kelamin, dan suku (sharan, 2009:5-6). Kerja
kelompok dalam teknik Student Team Achievement Division bukan
hanya sekedar bekerja dalam kelompok seperti yang selama ini
digunakan pada model lain, tetapi dimaksudkan agar siswa lebih
cepat memahami materi melalui kerja kelompok. Jumlah siswa
dalam kelompok harus diperhatikan, yaitu tidak boleh kurang empat
atau lebih dari lima agar tidak ada anggota yang kurang aktif dalam
menyelesaikan tugas.
Langkah – langkah membagi siswa dalam kelompok :
Tiap kelompok harus terdiri dari 4 anggota jika memungkinkan.
Untuk menentukan berapa kelompok yang akan dibentuk,
jumlah siswa yang ada di kelas dibagi 4, hasil bagi tersebut
merupakan jumlah kelompok yang akan terbentuk dengan
anggota 4 orang.
Membagi siswa dalam kelompok
Dalam membagi siswa kedalam kelompok, seimbangkan
anggota kelompoknya agar a) tiap kelompok terdiri atas level
yang kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang dan tinggi,
dan b) level kinerjanya yang sedang dari semua kelompok yang
ada dikelas hendaknya setara. Gunakan daftar peringkat siswa
berdasarkan kinerjanya, bagikan huruf kelompok kepada
masing-masing siswa. Misalnya, dalam 9 kelompok yang ada
dikelasakan menggunakan huruf A sampai I. Mulailah dari atas
daftar dengan huruf A, lanjutkan huruf berikutnya kepada
peringkat menengah. Bila sudah sampai pada huruf kelompok
terakhir, lanjutkan penamaan huruf kelompok dengan arah yang
berlawanan.
1) Menyusun peringkat siswa
Buatlah urutan peringkat siswa didalam kelas dari yang tertinggi
sampai yang terendah kinerjanya.
2) Menentukan jumlah siswa dalam kelompok
Student Team Achievement Division dapat memberikan
keuntungan baik bagi siswa berkemampuan menengah, rendah,
maupun tinggi yang bekerja sama menyelesaikan tugas akademik.
Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi kelompok bawah
dengan memberi bantuan melalui bahasa yang mudah dipahami.
Dalam proses ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan
akademiknya karena sebagai tutor akan membutuhkan pemikiran
lebih mendalam tentang materi tertentu agar dapat menjelaskan
kepada anggota yang membutuhkan bantuannya serta dapat
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Siswa kelompok
menengah dan bawah bisa memperoleh bantuan untuk
menyelesaikan tugas serta memberikan ide atau masukan-masukan
untuk memecahkan tugas dalam kelompok.
Unsur kerja kelompok dalam Student Team Achievement
Division memberikan keuntungan yaitu siswa tidak terlalu
menggantungkan belajar pada guru, dapat menambah kepercayaan
diri untuk menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar
dari siswa sesama anggota kelompok. Keunggulan lain model
Student Team Achievement Division adalah adanya kerja sama dalam
kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung dari keberhasilan
individu karena setiap akhir siklus diadakan kuis individu untuk
menilai sejauh mana siswa telah memahami materi yang diberikan.
Poin peningkatan individu memungkinkan setiap siswa memperoleh
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan poin pada
kelompoknya. Setiap siswa akan berusaha untuk mendapatkan nilai
yang maksimum melalui belajar. Anggota kelompok harus saling
membantu dalam belajar agar semua dapat menyumbang poin
terbaik.
0 komentar:
Post a Comment