Berani Mencoba, Berani Berbeda! |
Berani Mencoba, Berani Berbeda!
Dokumentasi 28 Tahundi Pentas Dakwah Busana Muslimah
Ada joke yang kerap kita dengar, bahwa seorang dukun biasanya tidak pernah
populer di kampungnya sendiri. Ini maksudnya tentu bukan soal kredibilitas
sang “dukun” yang sering menjadi bulan-bulanan atau tumpuan cercaan,
namun lebih dari sekadar sindiran atas sikap manusia yang “take it for granted“,
miskin apresiasi, atas karunia yang dicurahkan Allah kepada manusia. Kita jarang
ingat untuk senantiasa bersyukur atas segala apa yang kita miliki, termasuk
keberadaan anggota keluarga atau sahabat di sekitar kita. Begitu jarangnya
berkunjung kesadaran kita untuk melihat apalagi menghargai kelebihan yang
mereka punyai.
Belasan tahun bergaul, menjalani hidup bersama-sama dan saling berbagi dalam
banyak hal, terutama mengurus begitu banyak pekerjaan dan keinginan kami,
saya, pun kawan-kawan yang lain merasakan, sosok Rufaidah dalam keseharian
seakan tenggelam dalam kebersahajaan yang ditampilkan. Persis ketika
ia hadir di mana-mana secara fisik, tentu tak ada yang merespons dengan decak
kagum dengan serta merta, sebagaimana yang dipertontonkan anak muda ketika
menyaksikan “bintang“ pujaannya ketika lewat di hadapan mereka.
Padahal kalau dicoba menghimpun memori atas segala kreativitas dan talenta yang
pernah ditorehkan Ibu 3 anak yang terkenal irit bicara ini, barulah kita sadar, bahwa
seorang Rufaidah ternyata telah membawa peradaban baru di negeri ini.
Ketika busana muslimah menjadi simbol busana “orang pinggiran“, dengan
segala kepopularitasan yang disandangnya sebagai Putri Remaja Indonesia tahun
1980, dengan leher tegak, berani memelopori era baru. Dia menjadikan busana
muslimah sebagai tren wanita modern dan beradab. Selain itu, patut pula ditoleh
konsep diri yang kokoh, religius, santun, rendah hati namun penuh percaya diri,
mandiri, istiqomah, kerja keras, sederhana, dan sikap hemat sebagai sederetan
pilar karakter yang tertancap kuat di diri , yang senantiasa didakwahkannya
lewat sebuah perbuatan dan keteladanan, bukan kata-kata.
Di samping sebagai apresiasi dan ekspresi rasa syukur terhadap anugerah Allah,
kehadiran buku ini mudah-mudahan jauh dari tujuan-tujuan pemujaan apalagi
pemberhalaan terhadap sebuah sosok ciptaan Yang Maha Kuasa, karena sejak awal
hanya diniatkan untuk sesuatu yang teramat sederhana, yakni sebagai dokumentasi
perjalanan dakwah seorang , yang mudah-mudahan mampu menjadi mata
air tak berbingkai, sumber inspirasi pembaca.
0 komentar:
Post a Comment