Aceh Tata Rias Pengantin
Aceh Barat
Aceh Barat Tradisional
Aceh Barat Modifikasi
Aceh Barat (Aneuk Jamee) Tradisional
Aceh Barat (Aneuk Jamee) Modifikasi
Aceh Barat Daya Tradisional
Aceh Selatan
Aceh Selatan Tradisional
Aceh Selatan (Tapak Tuan) Tradisional
Aceh Selatan (Tapak Tuan) Modifikasi
Aceh Tengah
Aceh Tengah (Gayo) Modifikasi
Aceh Tengah (Gaya Takengon) Tradisional
Aceh Tengah (Gaya Takengon) Modifikasi
Aceh Tenggara
Aceh Tenggara (Gayo Alas) Tradisional
Aceh Tenggara (Gayo Alas) Modifikasi
Gayo Lues (Blangkejeren) Tradisional
Sekelumit Sejarah Aceh
Tata Rias dan Busana Pengantin Aceh
Step by step Merias Wajah
Busana dan Perlengkapan Dara Baro
Step by Step Sanggul Cak Ceng
Busana dan Perlengkapan Linto Baro
Upacara Adat Pengantin Gaya Aceh
Aceh Besar (Aceh Rayeuk)
Aceh Besar (Aceh Rayeuk) Tradisional
Aceh Besar (Aceh Rayeuk) Modifikasi 1
Aceh Besar (Aceh Rayeuk) Modifikasi 2
Aceh Besar (Aceh Rayeuk) Modifikasi 3
Busana Ija Dua Blah Haih
Aceh Utara
Aceh Timur
Aceh Tamiang
Ada keindahan yang sakral dalam sebuah peristiwa pernikahan. Tradisi upacara
pernikahan, busana, dan tata riasnya terasa sungguh agung dan unik, mengandung
nilai budaya luhur.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki aneka variasi budaya yang
diwariskan oleh nenek moyang. Keragaman budaya ini bagaikan butiran-butiran
permata yang tak ternilai harganya, terserak di seluruh tanah air. Sebagai generasi
kini, kita berkewajiban melestarikan budaya bangsa yang adiluhung ini.
Sayangnya, sejalan dengan derasnya arus budaya luar, tradisi dan budaya lokal
kini semakin terkikis. Generasi muda beranggapan bahwa segala sesuatu yang
datang dari luar lebih baik dibandingkan dengan budaya dalam negeri sehingga
terjadi pergeseran nilai budaya. Supaya kebudayaan ini tak lalu punah dan tak
dapat dikenal lagi oleh generasi penerus, informasi ini harus segera dibagi.
Salah satu daerah dengan tata rias pengantin yang unik adalah Aceh. Buku ini
mengangkat dan melestarikan tata rias dan upacara pernikahan adat Aceh sebagai
pedoman bagi para calon mempelai dan para ahli yang ingin mempelajari tata
rias daerah ini. Buku ini juga memaparkan berbagai perhiasan khas Aceh yang
memiliki keistimewaan dan mampu memancarkan sinar dari watak masyarakatnya.
Alangkah disayangkan bila kerajinan seni tempa emas dan perak Aceh yang
langka ini akan lenyap.
Siapa yang tak berdecak kagum melihat keindahan pakaian adat Gayo
yang kaya dengan aneka warna? Siapa yang tak tersenyum melihat
lenggak-lenggok para penari Gayo dengan pakaian tradisionalnya
yang menyiratkan kehidupan warga di wilayah itu yang sangat dekat
dengan alam? Siapa yang tak bangga melihat pakaian tradisional
berbagai suku di Aceh yang sarat dengan pernik-pernik yang cantik?
Sebagai wanita asli Aceh yang lahir dan dibesarkan di daerah
ini, saya tahu persis betapa kayanya adat dan budaya Aceh. Sejak
kecil, saya melihat sendiri bagaimana para orang tua di desa begitu
fanatik menerapkan adat dan budaya itu ke dalam kehidupan seharihari.
Setiap kegiatan adat selalu diwarnai dengan pakaian adat tertentu, dan setiap komunitas pasti
memiliki ciri khas dan pakaian adatnya sendiri.
Rasa bangga saya terhadap budaya Aceh semakin terasa tatkala saya melihat begitu banyak
generasi muda Gayo yang mengenakan pakaian adat tradisionalnya pada acara-acara resmi. Para
wisatawan yang datang ke Aceh pun kerap mencari pakaian tradisional ini sebagai suvenir tanda mata
berkunjung ke Aceh. Inilah bukti, kalau kita bangga dan menghargai adat dan budaya sendiri, orang
lain pun pasti akan memberikan penghargaan yang sama.
Kebanggaan saya tidak hanya berhenti pada pakaian adat Gayo, tapi menyeluruh ke seluruh
penjuru Aceh. Lihat saja pakaian tradisional dari pesisir timur yang sarat dengan pernik-pernik yang
mempunyai makna tersendiri. Baje meukasab, pakaian jas dengan leher tertutup, memperlihatkan
rasa percaya diri para pria Aceh. Pakaian ini semakin menarik ketika dipadu dengan sulaman
keemasan yang menghiasi kerah baju. Jas ini dilengkapi dengan celana panjang, yang disebut cekak
musang. Lalu, ada pula kain sarung (ija kamgugap) yang dilipat di pinggang, serta sebilah siwah
berkepala emas atau perak yang diselipkan di ikat pinggang. Semua itu menambah kesan gagah para
pria Aceh.
Pakaian wanitanya tak kalah indahnya! Banyak wanita Aceh mengenakan baju kurung berlengan
panjang hingga sepinggul. Kerah bajunya sangat unik, menyerupai kerah baju khas China yang
dilengkapi dengan celana cekak musang dan sarung (ija pinggang) bercorak yang dilipat hingga lutut.
Tak hanya corak pakaiannya saja yang indah, pernik-pernik yang menghiasi pakaian adat wanita
Aceh juga sangat unik. Sebut saja, keureusang (kersang), yaitu sejenis bros atau perhiasan yang disematkan di baju wanita. Perhiasan ini memang tergolong barang mewah sehingga biasanya, yang
memakainya adalah orang-orang tertentu saja, sebagai perhiasan pakaian harian.
Ada banyak lagi pernak pernik pakaian adat Aceh yang memiliki arti dan makna tertentu, seperti
patam dhö, peuniti berhias pinto Aceh, simplah, subang Aceh, dan sebagainya.
Bila kita menengok ke wilayah selatan Aceh, aneka pakaian tradisional juga tidak kalah semaraknya.
Pada acara pernikahan, terkadang pakaian yang dipakai pengantin bisa mencapai hingga tujuh
jenis. Semuanya memiliki arti dan suasana tersendiri.
Begitu banyaknya jenis pakaian tradisional Aceh yang terserak membuat kita tidak mudah untuk
memahami secara lengkap semua jenis pakaian tradisional itu. Saya percaya, masyarakat di Simeulue,
Pulau Banyak, serta kawasan pedalaman Aceh lainnya, juga memiliki aneka ragam pakaian tradisional
yang menjadi khas daerah itu.
Sekelumit Sejarah Aceh
Aceh merupakan sebuah provinsi yang terletak paling
barat di Indonesia. Daerah ini berbatasan dengan
Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di
sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan
Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
Karena letaknya yang strategis, pada masa penjelajah
Barat menemukan jalan ke dunia Timur, Aceh adalah
negeri pertama yang mereka lintasi untuk memasuki
kawasan Nusantara.
Kebudayaan Aceh berkembang di sepanjang daerah
p e s i s i r Aceh, meliputi Aceh Besar, Aceh Ut a r a
(Pidie), Aceh Timur (Langsa), Aceh Selatan (Blang
Pidie), Aceh Barat (Meulaboh), dan Aceh Tengah
(Gayo ) . Wi l ayah perairan pantai timur dimulai dari
daerah Maye-maye, Aceh Tamiang, Kuala Idi dan
Kuala Bekah, Aceh Timur, Kawasan Pase Geudong,
Aceh Utara, Peudada Bireuen, Trieng Gadeng, Pidie
Jaya, Batee, Pide, Krueng Raya, hingga Aceh Besar.
Wilayah pantai barat meliputi Ujung Pancu dan Aceh
Pulot Jeumpa di Aceh Besar, Lamno dan Calang,
Aceh Jaya, Aceh Barat, Ujung Serangga, Abdya,
Bakongan hingga Aceh Singgkil. Di sinilah tata rias
pengantin dan upacara perkawinan Aceh saling
membaur dan berkaitan satu sama lain.
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu Aceh,
Gayo, Aneuk Jamee, Singk i l, Alas, Tamiang, K luet,
Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon, dan Nias.
Akibat latar belakang warisan yang berbeda, setiap
suku di Aceh memiliki sistem budaya yang berbeda.
Bila diamati, dalam masyarakat Aceh terdapat lebih
dari tujuh sisem budaya yang merupakan milik
kelompok-kelompok etnis yang ada. Ketujuh sistem
budaya ini adalah sistem budaya Aceh, budaya Gayo,
budaya Alas, budaya Aneuk Jamee, budaya Kluet,
budaya Taming, dan budaya Simeulu.
Suku Aceh
Tata Rias Pengantin dan upacara adat perkawinan
Aceh mulai berkembang di istana Aceh masa
lampau. Di masa lalu, Aceh adalah sebuah kerajaan
Islam yang sangat besar. Ketika sultan pertamanya,
Sultan Ali Mughayat Syah berkuasa, Aceh mulai
d i k enal oleh dunia. Keberhasilannya memuku l
mundur bangsa Portugis saat terjadi sengketa di
Selat Malaka membuatnya disegani.
Dalam sejarahnya yang panjang (1496-1903),
Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan
begitu megah dan menakjubkan, terutama karena
Tata Rias & Busana Pengantin Aceh Tradisional & Modifikasi
0 komentar:
Post a Comment