KETRAMPILAN PEMBUATAN BAJU KURUNG PADA SISWA-SISWI
SEKOLAH MADRASAH ALIAH NEGERI I WATES KULON PROGO
KETRAMPILAN PEMBUATAN BAJU KURUNG PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MADRASAH ALIAH NEGERI I WATES KULON PROGO YOGYAKARTA |
YOGYAKARTA
Abstrak
Tujuan kegiatan PPM di MAN I Wates ini untuk memberikan pengatahuandan keterampilan dalam pembuatan baju kurung dengan pola dasar
Pendekatan yang digunakan adalah metode demonstrasi aktif dan pemberian
tugas individual untuk lebih efektifnya materi yang bersifat teori diberikan secara
klasikal dan materi praktek dilakukan bimbingan/tutorial secara individual. Sebagai
khalayak sasaran adalah siswa-siswi MAN I Wates yang telah mengikuti program
PPM I dan II (pria dan wanita).
Hasil pengabdian kepada masyarakat ini berupa baju kurung dari bahan katun
polos warna krem yang dibuat oleh masing-masing peserta (20 siswa-siswi MAN I
Wates). Secara keseluruhan hasil pembuatan baju kurung ini berhasil baik terbukti
dengan 75 % siswa memperoleh nilai A, 15 % siswa memperoleh nilai B dan 10 %
memperoleh nilai C, pelaksanaanya lancar sesuai dengan rencana, semangat siswa,
siswi dan guru pendampingnya sangat tinggi. Harapannya kerja sama dengan UNY
masih terus terjalin dengan baik dan berkelanjutan.
A. PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan kegiatan lanjutan(tahap 3), yang mana kegiatan tahap pertama dan kedua telah diberikan ketrampilan
membuat rok panjang dan kerudung muslimah. Pada tahap ke-3 ini akan diberikan
ketrampilan membuat baju kurung. Dengan ketrampilan ini diharapkan siswa-siswi
MAN I Wates akan memperoleh ketrampilan pembuatan busana muslimah secara
utuh.
Pemberian ketrampilan kepada siswa-siswi MAN I Wates merupakan salah
satu bentuk usaha dalam rangka memberikan bekal kecakapan hidup. Kecakapan
hidup dibidang ketrampilan sangat perlu dikuasai oleh para siswa-siswi MAN I
Wates untuk lebih menyempurnakan kecakapan-kecakapan yang telah dibekalkan di
sekolah dan juga dapat dipergunakan untuk mengisi waktu luang yang dimiliki
sebaik-baiknya. Salah satu ketrampilan yang dapat membekali siswa-siswi MAN I
Wates untuk mengisi waktu luangnya adalah pembuatan baju kurung, yang mana
baju kurung merupakan salah satu bentuk dasar busana muslimah. Dengan
menguasai pembuatan baju kurung yang sederhana ini diharapkan dapat sebagai
dasar untuk dapat membuat baju kurung yang lebih bervariasi. Baju kurung dapat
dibuat dengan berbagai sistim pembuatan pola. Dalam kegiatan ini dipilih sistim
pembuatan dengan pola dasar So’en, karena pola dasar ini sederhana, mudah
dipelajari dan enak dipakai. Dengan demikian diharapkan bagi siswi yang baru
mengenal pembuatan baju kurung dapat dengan mudah dan termotivasi untuk
membuat baju kurung dengan baik dan benar.
Busana muslimah tidak hanya dipakai sebagai seragam pada sekolah yayasan
agama islam saja, tetapi telah diperbolehkan dipakai pada siswi-siswi yang sekolah
pada sekolah umum/negeri. Oleh karena itu ketrampilan membuat busana muslimah
akan membuka peluang usaha tersendiri. Ketrampilan membuat busana muslimah
dapat digunakan sebagai bekal berwira-usaha bagi siswa-siswi MAN I Wates,
disamping dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri akan busana muslimah.
Faktor-faktor yang mendukung program ini adalah tersedianya fasilitas mesin
jahit serta kemauan keras dari siswa-siswi MAN I Wates yang terlihat pada program
pertama dan kedua.
2. Tinjauan Pustaka
Pada perkembangan saat ini busana muslimah telah ikut menyemarakkan
dunia fashion Indonesia. Disain dan bisnis busana muslimah makin berkembang
seiring dengan kebutuhan masyarakat, terbukti dari banyaknya pengunjung di pusatpusat
penjualan busana muslim.
Busana muslimah bersifat universal, dapat dipakai oleh wanita muslim
dimanapun ia berada tanpa membedakan suku bangsa maupun letak geografisnya,
karena busana muslimah merupakan busana sepanjang jaman. Mengenakan busana
muslimah tidak hanya untuk memenuhi syariat agama, tetapi sekaligus juga
menampilkan kesan anggun, santun, dan serasi.
Busana muslimah adalah busana yang dikenakan wanita muslimah dengan
menutup seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan. Menurut Nasaruddin
(1983: 15) model busana muslimah boleh bervariasi namun harus memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut: a) Menutup seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan (aurat), b) Merupakan busana rangkap dan tidak tipis, c) Lebar dan
tidak sempit, d) Tidak menyerupai busana laki-laki, e) Tidak menyerupai busana
wanita kafir, f) Tidak merupakan pakaian yang menyolok mata atau aneh dan
menarik perhatian (sederhana).
Pembuatan busana muslimah sama dengan pembuatan busana wanita lainnya
selalu didahului dengan pendalaman mode, pemilihan bahan, dan pembuatan pola.
Sesudah itu pola diletakkan pada kain dengan menggunakan jarum pentul. Lalu kain
dipotong sesuai dengan pola diberi kampuh 2 cm. Kain yang telah dipotong diberi
tanda jahitan atau rader. Peletakan pola dan pemotongan kain disesuaikan dengan
model dan motif kain. Proses berikutnya bahan yang telah dipotong dan diberi tanda
jahitan kemudian dijelujur, kemudian dipassen. Sesudah tidak ada perbaikan lagi lalu
masuk pada tahap penjahitan. Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut :
kain dijahit tepat pada garis pola sampai selesai sesuai dengan urutan menjahitnya.
Setelah penjahitan, masuk pada tahap penyelesaian yaitu menyelesaikan tiras atau
kampuh sesuai dengan teknologi menjahit. Setelah itu masuk pada tahap
penyempurnaan yaitu penyeterikaan dan pengepakan. Cara pembuatan pola baju
kurung dapat dibaca pada lembar kerja di bagian lampiran.
3. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana memilih mode baju kurung yang sesuai dengan kriteria
busana muslimah ?
b. Sistim pola dasar apa yang lebih cocok untuk membuat baju kurung yang
sederhana, mudah, dan enak dipakai ?
c. Bagaimana cara mengambil ukuran untuk membuat baju kurung ?
d. Bagaimana langkah kerja membuat baju kurung yang benar dan baik ?
e. Bagaimana membuat baju kurung dengan langkah yang benar dan baik ?
f. Bagaimana mengubah pola dasar baju kurung sesuai dengan mode yang
dipilih?
Dari masalah-masalah yang dapat diidentifikasi di atas, supaya lebih
terfokus dalam pelatihannya maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut:
a. Bagaimana melatih membuat pola baju kurung sesuai dengan mode yang
dipilih dengan pola dasar So’en pada siswi MAN I Wates ?
b. Bagaimana membuat baju kurung dengan langkah yang benar dan baik ?
4. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dalam pembuatan baju kurung dengan pola dasar sistim So’en
dengan langkah-langkah yang benar dan baik.
5. Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Siswa-siswi MAN I Wates: kegiatan ini diharapkan dapat menambah
wawasan pengetahuan, dan ketrampilan dalam pembuatan baju kurung,
sebagai alternative untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang
sangat positif, kreatif, dan produktif. Selain itu juga dapat sebagai bekal
berwira-usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
b. Pelaksana: dapat menjalin kerjasama dengan MAN I Wates dan lembaga
terkait.
B. METODE KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Pendekatan
Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini pendekatan yang
digunakan adalah demonstrasi aktif, pelatihan, dan pemberian tugas
individual. Metode belajar mengajarnya dengan pendekatan klasikal untuk
teori pola baju kurung dan bimbingan individual untuk praktek pembuatan
pola dan pembuatan baju kurung.
2. Langkah-Langkah Kegiatan
Untuk mencapai tujuan yang lebih efektif maka langkah-langkah
kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Klasikal:
1) Pemberian teori tentang sketsa mode baju kurung.
2) Cara pengambilan ukuran perorangan yang benar dan baik/pas, dan
cara penyesuaiannya dengan ukuran standar.
3) Langka-langkah menjahit dan teknik-teknik menjahit yang
digunakan.
b. Kegiatan Praktek (Tutorial/Bimbingan Individual)
1) Pengambilan ukuran perorangan dengan cara saling mengukur antara
dua siswi.
2) Merancang bahan sebelum dipotong, dievaluasi dulu.
3) Memotong bahan secara individual.
4) Menjahit dan mengepas satu per satu dan dievaluasi oleh seluruh
Tim PPM.
5) Mengemas hasil jahitan.
3. Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah siswa-siswi MAN I Wates Kulonprogo yang
telah mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada tahap pertama
tahun dan tahap kedua. Peserta kegiatan ini terdiri dari 20 siswi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Dalam kegiatan PPM ini hasil yang dicapai ada dua hal. Pertama
pembuatan pola baju kurung dengan sistim pembuatan pola dasar So’en
dengan ukuran masing-masing. Hasil pembuatan pola ini dievaluasi tentang:
a) Ketepatan ukuran, b) Bentuk bagian-bagian pola badan. Hasil evaluasi
untuk pembuatan pola ini menunjukkan 17 dari 20 siswi (85 %) memperoleh
nilai A dan 2 orang (10 %) memperoleh nilai B dan 1 orang (5 %)
memperoleh nilai C.
Hasil kedua adalah baju kurung dari bahan katun polos berwarna krem
yang dibuat dengan pola standar ukuran S, M, L. Hasil pembuatan baju
kurung ini dinilai tentang: a) Kerapihan jahitan, b) Ketepatan ukuran (pas di
badan), c) Penampilan keseluruhan. Hasil evaluasi praktek ini adalah sebagai
berikut: 15 dari 20 orang (75 %) memperoleh nilai A, dan 3 orang (15 %)
memperoleh nilai B, dan 2 orang (10 %) memperoleh nilai C.
2. Pembahasan
Untuk membuat suatu busana perlu menguasai beberapa hal dan
keterampilan antara lain: pemahaman gambar mode, teknik pengambilan
ukuran, sikap cermat dalam pengukuran, teknik pembuatan pola dasar sesuai
dengan sistim pembuatan pola yang dipilih, cara mengubah pola sesuai
dengan mode, meletakkan pola pada kain, teknik menggunting, teknik
menyambung bagian satu dengan bagian lainnya, teknik finishing yang benar
dan pengepakkan yang baik. Oleh karena itu bagi seorang pemula hal ini
harus betul-betul diperhatikan dan mendapat perhatian dan bimbingan yang
intensif. Sehubungan dengan hal di atas apabila dalam kegiatan PPM ini
dalam pembuatan pola ada 5 % yang masih memperoleh nilai C hal ini karena
dalam membentuk bagian-bagian badan pada gambar pola belum
bagus/sesuai dengan bentuk anatomi tubuh manusia dan ketepatan ukurannya
masih kurang. Hal ini di permasalahkan karena untuk membuat busana yang
enak dipakai hal-hal tersebut di atas sangat perlu diperhatikan. Selain itu dari
evaluasi hasil jahitan dan penampilan secara keseluruhan ada 10 % yang
memperoleh nilai C, hal ini bukan berarti baju kurung yang dibuat tidak bias
dipakai akan tetapi kerapihan jahitan dan penyelesaian terakhir belum
sempurna. Hal ini karena belum bias mengelola waktu dengan cepat dan tepat
sehingga masih perlu banyak latihan.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pelatihan pembuatan pola baju kurung sesuai dengan mode yang dipilih
dengan pola dasar sistim So’en sesuai dengan ukuran masing-masing
dapat berhasil dengan baik terbukti 85 % peserta memperoleh nilai A.
b. Untuk membuat baju kurung sesuai dengan mode yang dipilih melalui
tiga tahapan yakni tahapan persiapan yang diawali dari pengambilan
ukuran, pembuatan pola, dan meletakkan pola pada bahan. Lalu tahap
kedua adalah pelaksanaan penyambungan bagian-bagian badan
(menjahit), penyelesaian dan pengepasan I dan II, penyeterikaan, dan
pengepakan. Tahap ketiga adalah tahap evaluasi. Hasil pembuatan ini
dapat digolongkan berhasil baik, terbukti 75 % peserta memperoleh nilai
A dan 15 % peserta memperoleh nilai B.
Dengan demikian secara keseluruhan pelatihan ini dapat digolongan
berhasil baik dan pelaksanaannya berjalan lancar sesuai dengan yang telah
direncanakan.
2. Saran
Bagi MAN I Wates, untuk mendorong siswi-siswi untuk terus berlatih
menjahit secara berkesinambungan, perlu ada pembimbing tetap yang sesuai
dengan profesi dan keterampilan menjahit yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Husein Shahab. 2001. Jilbab Menurut Al Qur’an dan As Sunah. Mizan Jakarta.
Muhammad Ibnu Muhammad Ali. 2000. Hijab: Risalah tentang Aurat. Pustaka Sufi
Jakarta.
Nasaruddin. 1983. Jilbab dan Hijab: Busana Wanita Islam Menurut Al Qur’an
dan Sunnah Nabi. CV Toha Putra, Semarang.
Porie. 1993. Konstruksi Pola Busana Wanita. IKIP Jakarta.
Widjiningsih, dkk. 1994. Konstruksi Pola Busana. FPTK, IKIP Yogyakarta.
PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS
MAN I WATES KULONPROGO
MELALUI KETRAMPILAN PEMBUATAN BAJU KURUNG
PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MADRASAH ALIAH NEGERI I
WATES KULONPROGO YOGYAKARTA
0 komentar:
Post a Comment