Kualitas Bahan Jas |
Kualitas Bahan Jas
Poeradisastra (2003:36) menjelaskan bahwa kualitas sebuah jas ditentukan oleh dua hal utama, yaitu potongan dan bahan jas. Wyllie (1987:41) menyatakan bahwa, “The pattern for a suit or coat must meet four requirements. It should be a becoming style, the correct size and body type, accurately drafted, and compatible with the fabric” (Pola jas yang baik seharusnya memenuhi empat kriteria, yaitu sesuai dengan desain jas, ukuran dan bentuk badan, lekukan badan atau kupnat, dan jenis bahan).
Kriteria potongan jas yang bagus saat dikenakan, yaitu (1) bagian bahu tidak tampak merosot ke arah lengan atau tertarik ke atas, (2) sambungan bahu dan lengan licin tanpa kerutan, (3) bagian belakang kerah menempel pada kerah kemeja dan bagian depan menempel pada dada, (4) seluruh jahitan pada bagian jas rapi tanpa kerutan, dan (5) apabila bahan jas bermotif maka motif tidak boleh terputus oleh jahitan (Poeradisastra, 2003:36).
Kualitas jas yang dilihat dari bahannya berhubungan dengan tampilan permukaan bahan yang dapat diamati dengan dilihat dan diraba. Pemilihan bahan jas harus sesuai dengan kualitas bahan jas yang diinginkan. Wyllie (1987:34) menyatakan bahwa, “Fabric for tailoring must be resilient ... Fabric without this life will not mold and shape well when tailored, nor shed wrinkles when worn” (Bahan tailoring seharusnya lentur agar mudah dibentuk dan tidak mudah kusut ketika dikenakan). Kualitas bahan jas juga sangat dipengaruhi oleh proses pengepresan. Poeradisastra (2003:38) menyatakan bahwa, “Permukaan bahan jas harus tampak licin tanpa kerutan”. Poespo (2009:25,28) menguatkan pendapat yang dikatakan oleh Poeradisastra, bahwa pada saat proses pengepressan dapat menyebabkan bahan jas berubah warna, timbul gelembung-gelembung dan titik-titik noda pada permukaan bahan yang dilapisi lapisan dalam.
Karakteristik Bahan Utama Jas
Bahan utama yang bertekstur dan bermotif selain dapat menambah bagus daya tarik jas, juga memiliki keuntungan lain, yaitu dapat menutupi kesalahan-kesalahan jahitan dan menyamarkan konstruksi bahan pembentuk di bawah bahan utama (Poespo, 2009:17). Selain tekstur dan motif, karakteristik utama pada bahan yang dapat mempermudah proses pembuatan, yaitu sebagai berikut.(1) Konstruksi berat bahan sedang
Wyllie (1987:34-35) menyatakan bahwa, “Fabrics that are too heavy for the garment and style do not handle well and may result in a clumsy-looking garment .... For the conventional skirt and jacket, medium to light-weight suit fabrics are often used” (Bahan yang terlalu berat akan susah dijahit dan menghasilkan jas yang nampak kaku, maka bahan yang sebaiknya digunakan adalah bahan dengan berat sedang). Hal yang dikatakan oleh Wyllie senada dengan yang disarankan oleh Poespo (2009:17), bahwa jika memilih bahan utama untuk jas tailoring terutama bila terdapat pengepressan lapisan dalam sebaiknya menggunakan bahan utama dengan berat sedang. Menurut Badan Standardisasi Nasional dalam Arifah (2006:16) konstruksi berat kain dibagi menjadi empat kriteria, yaitu (1) ringan, dengan berat bahan kurang dari 60 g/m²; (2) sedang, yaitu berat 61-140 g/m², (3) setengah berat, yaitu berat 141-220 g/m²; (4) berat, yaitu berat lebih dari 220 g/m².
(2) Bahan mudah disetrika dan dipres
Selama proses pembuatan bahan utama akan sering disetrika dan dipress agar hasil akhir jas halus dan rapi, maka bahan yang digunakan sebaiknya tidak mudah mengkilat dan tidak mudah terlihat bekas lipatan akibat temperatur tinggi (Wyllie, 1987:36).
(3) Bahan mudah dijahit
Pada saat menyambung bagian-bagian busana, seperti badan, lengan, dan kerah dengan setikan tangan maupun mesin bahan jas perlu dikerutkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak mudah dikerut akan membuat hasil kerutan terlihat pada permukaan bahan. Poespo (2009:17) menyatakan, bahwa “Bahan dengan tenunan rapat, bahan dengan setrikaan permanen, serta bahan dari jenis serat dengan persentase tinggi yang tidak meresap tidak bisa dikerut dengan baik”. Wyllie (1987:36) menambahkan, bahwa permukaan dengan tekstur yang terlalu bergelombang akan susah ditangani ketika menjahit komponen busana, seperti lubang saku dan lubang kancing.
Berbagai Jenis Bahan Utama Jas
Jenis bahan busana yang banyak digunakan sebagai bahan utama pembuatan jas, yaitu sebagai berikut.Kain Wol
Bahan utama yang paling diminati sebagai bahan pembuatan jas adalah wol. Wol merupakan serat alam dengan struktur serat protein yang terbuat dari bulu domba atau biri-biri, dimana kualitas wol tergantung dari jenis domba, baik dalam kekuatan, kilau, keriting, dan pegangan. Jenis domba merino merupakan yang terbaik untuk menghasilkan wol halus dan berkualitas diantara jenis domba lain (Syamwil, 2009:18).Serat wol yang tersusun dari serat staple dipintal secara konvensional dengan atau tanpa melalui proses penyisiran, menghasilkan struktur benang yang berbulu halus dan mekar. Pemintalan serat wol melalui proses blowing, carding, drawing, combing, roving, dan spinning (Syamwil, 2009:28,32).
Sifat Fisika Serat Wol
Sifat fisika serat wol menurut Lyle (1982:105), yaitu permukaan serat wol bersisik, wol bersifat higroskopis atau dapat menyerap air sangat banyak yang mencapai 30% dari berat serat, panjang serat staple, berwarna putih atau mendekati putih, kilau wol tergantung jenis bulu, kekuatan wol berkurang 10% hingga 20% ketika basah, elastis atau mulur hingga 30%, daya pegas tinggi atau dapat kembali ke bentuk semula sesaat setelah diremas atau dilipat, wol akan mengeras pada suhu 100° C dan terbakar pada suhu 204° C. Hartanto & Watanabe (1980:18) menambahkan bahwa wol akan memadat (felting) karena mengerut yang disebabkan oleh panas, lembab, dan tekanan.Sifat Kimia Serat Wol
Lyle (1982:105) menjelaskan sifat kimia serat wol, yaitu bersifat amfoter atau mudah rusak oleh asam dan alkali, penggunaan pemutih akan merubah warna menjadi kekuningan, tidak mudah diserang jamur dan bakteri namun tidak tahan serangga atau kutu yang membuat kain berlubang, melemah jika terkena sinar matahari.Konstruksi Anyaman Kain Tenun Wol
Serat wol yang telah berbentuk benang kemudian ditenun untuk dapat menjadi lembaran kain. Syamwil (2009) menyatakan kain tenun adalah bahan tekstil yang diperoleh dengan jalan menganyam benang-benang lusi dan pakan dalam posisi silang tegak lurus dengan berbagai variasi anyaman, menggunakan alat tenun bukan mesin ataupun mesin tenun. Anyaman dasar kain tenun wol ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.(1) Anyaman polos
Anyaman polos merupakan anyaman paling sederhana, dimana lusi dan pakan naik dan turun secara bergantian (Syamwil, 2009:41). Variasi kain dari anyaman polos terbuat dari modifikasi anyaman, ukuran benang, lintingan benang, warna dan testur benang yang berbeda, contohnya basket weave (Wyllie, 1987:34).
(2) Anyaman kepar
Anyaman kepar membentuk efek garis miring yang disebut garis kepar yang bagian baik kain terlihat alur serong ke arah kanan atau kiri (Syamwil, 2009:41). Variasi anyaman kepar bermacam-macam membentuk garis miring dengan berbagai tingkatan kemiringan, contohnya herringbone twill weave (Wyllie, 1987:34).
0 komentar:
Post a Comment