, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II

KAJIAN PUSTAKA


Pada bab ini akan dijelaskan tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang mempunyai judul “PENELITIAN BENTUK DAN UKURAN TUBUH MANUSIA DALAM PEMBUATAN PATROON UNTUK PENJAHIT”.

2.1.    Deskripsi Penelitian
Penelitian adalah kegiatan taat kaidah dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. (KEPMENDIKBUD  No. 212/U/1999)

Penelitian adalah:
1.    Pemeriksaan yang teliti
2.    Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hiposkripsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Kamus besar Bahasa Indonesia (2001)

Woody (dalam Danim, 2002):
Penelitian merupakan metode untuk menemukan kebenaran, disamping itu juga merupakan suatu pemikiran kritis.

Pearson (dalam Whitney, 1960):
Penelitian adalah pencarian atas  sesuatu secara sistematik dan dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Burnd dan Grove (1993): 
Research is diligent systematic inquiry or investigation to validate  and refine existing knowledge and generate new knowledge.

Penny (1975):
Penelitian adalah pemikiran yang sistematik mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

Hillway (1956):
“a method of study by which, through the careful and  exhaustive of  all ascertainable evidence bearing upon a definable problem, we reach a solution to the problem.”

Kerlinger (1986):
Penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis , terkendali, empiris, dan kritis mengenai fenomnena-fenomena alam yang dibimbing oleh teori dan hipopskripsi mengenai hubungan-hubungan yang diduga ada di antara fenomena-fenomena tersebut.

Jenis-jenis penelitian:
Kline (1980):
1.    Perdasarkan Tujuan:
1.1. Penelitian Dasar
1.2. Penelitian Terapan
1.3. Penelitian Evaluasi
2.     Berdasatkan Metode:
2.1. Penelitian Historis
2.2. Penelitian Deskriptif
2.3. Penelitian Perkembangan
2.4. Penelitian Kasus atau Studi Lapangan
2.5. Penelitian Korelasional
2.6. Penelitian Tindakan
2.7. Penelitian Komparatif
2.8. Penelitian Eksperimental
2.9. Penelitian Kualitatif
3.     Berdasarkan tingkat penjelasan:
3.1. Penjelasan deskriptif
3.2. Penjelasan Asosiatif
3.3. Penjelasan Kausalitas.

Danim (2002):
Ada dua jenis metode penelitian, yaitu:
1.     Metode penelitian kuantitatif
2.     Metode penelitian kualitatif

Tipe penelitian kuantitatif:    Tipe Penelitian Kualitatif:
1.    Penelitian Deskriptif    1.     Penelitian Fenomenologi
2.    Penelitian Perkembangan    2.     Penelitian Grounded
3.    Penelitian Tindakan    3.     Penelitian Etnografi
4.    Penelitian Perbandingan-Kausal    4.     Penelitian Historis
5.    Penelitian Korelasional    5.     Penelitian Kasus
6.    Penelitian Eksperimental Semu    6.     Penelitian Fisolofis
7.    Penelitian Eksperimental    7.     Penelitian Kritik Sosial

Uma Sekaran (1992): Karakteristik utama penelitian ilmiah:
1.    Tujuan Penelitian: jelas, pasti, dan terarah
2.    Keseriusan Penelitian: ketelitian, kehati-hatian, kepastian
3.    Dapat Diuji: hiposkripsi yang dapat diuji dengan metode statistik tertentu
4.    Dapat direplikasi: temuan penelitian akan sama kalau diulang pada kondisi yang sama
5.    Presisi dan keyakinan: presisi mencerminkan derajat kepastian dari temuan penelitian terhadap kejadian yg dipelajari.  Keyakinan menunjukkan kemungkinan dari kebenaran estimasi yang dilakukan.
6.    Obyektivitas:  kesimpulan penelitian harus didasarkan pada  data yang aktual
7.    Berlaku Umum: dapat-tidaknya hasil penelitian diterapkan pada berbagai keadaan.
8.    Efisien: kerangka penelitian  yang melibatkan sedikit variabel yg dapat menjelaskan suatu kejadian

John W Best (1982): Sebelas karakteristik penelitian:
1.    Penelitian dirancang dan diarahkan untuk mencari jawaban atas suatu permasalahan
2.    Kerja penelitian dititik-beratkan pada pengembangan cara-cara membuat generalisasi, prinsip dan teori-teori
3.    Penelitian didasarkan atas  pengalaman hasil observasi atau kejadian empiris
4.    Penelitian memerlukan  observasi dan deskripsi yang akurat
5.    Penelitian bertujuan untuk menemukan data yg baru dari sumber primer , bukan sekedar data yg sudah ada sebelumnya
6.    Penelitian memerlukan rancangan yg teliti dan hati-hati melalui prosedur yg tepat dg menggunakan analisis yang rasional
7.    Penelitian memerlukan keahlian
8.    Penelitian menekankan pada logika dan obyektivitas yg tinggi
9.    Penelitian menuntut kesabaran  dan tidak dilakukan dg tergesa-gesa
10.    Kerja penelitian memerlukan pencatatan dan pelaporan yang hati-hati  dan teliti
11.    Kerja penelitian kadang-kadang memerlukan keberanian
Nazir (1988):  Kriteria Penelitian Ilmiah:
1.    Berdasarkan pada fakta yang nyata, bukan kira-kira
2.    Bebas dari prasangka, berdasarkan pada alasan dan bukti yang lengkap dengan metode pembuktian yang obyektif
3.    Menggunakan Analisis, solusi permasalahan dicari dengan analisis yang logis.
4.    Menggunakan hiposkripsi, untuk menuntun  jalan pikiran peneliti dalam mencapai hasil penelitiannya,
5.    Menggunakan ukuran yang obyektif, dengan alat ukur yang obyektif pula
6.    Menggunakan teknik kuantifikasi, untuk data yang masih memungkinkan dikuantifikasikan

2.2.    Deskripsi Bentuk dan Ukuran Tubuh Manusia
Untuk mendeskripsikan bentuk dan ukuran tubuh manusia kita perlu mengenal antropometri. Karena antropometri adalah studi ilmiah terhadap bentuk dan ukuran badan manusia.

Antropometri  banyak digunakan dalam studi tentang variasi manusia. Teknik antropometri adalah mengukur dimensi badan dan menentukan morfologi badan. Dimensi yang diukur misalnya panjang, lebar, dan lingkar. Kelebihan antropometri adalah biayanya murah dan penerapannya mudah, sedangkan kelemahannya adalah tingkat subjektivitasnya tinggi.

Sejarah singkat
Sudah sejak lama manusia tertarik pada ukuran-ukuran badan. Jika kita diam di suatu keramaian dan mengamati orang yang berlalu-lalang di situ akan terlihat variasi manusia berdasarkan morfologinya: gemuk, kurus, tinggi, pendek, berkaki panjang, berdada bidang, bermuka bulat, bermuka tirus, berdagu runcing, berhidung mancung ataupun pesek. Meskipun sudah sejak zaman kuno ukuruan-ukuran badan menarik perhatian, baru pada abad ke-19 morfologi manusia menjadi studi kuantitatif formal. Sebelum ditemukannya mikroskop yang membantu memahami variasi manusia di tingkat seluler morfologi menjadi alat utama untuk mengklasifikasikan fenomena alam.

Catatan tertua tentang ukuran manusia berasal dari Sumeria, berangka tahun 3500 SM. Beberpa teks dari masa tersebut menyebutkan hubungan antara kesehatan, status sosial, dengan bentuk badan. Pengetahuan orang Sumeria sangat akurat karena ternyata ini bersesuaian dengan pandangan biologis modern saat ini tentang penyebab variasi bentuk dan ukuran badan manusia. Penelitian telah membuktkan bahwa orang yang dibesarkan di lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya dengan gizi dan tingkat kesehatan yang baik secara umum cenderung lebih tinggi dan lingkar lengan & tungkainya lebih besar daripada orang yang tumbuh di lingkungan sosial budaya yang lebih rendah.

Filsuf Yunani kuno Plato dan Aristoteles (± 350 SM) beranggapan bahwa manusia hidup (living people) dan kebudayaannya adalah cerminan tidak sempurnanya tipe ideal fisik manusia dan sistem sosial budaya. Mereka memandang variasi bentuk dan ukuran badan di berbagai kebudayaan adalah konsekuensi atas adanya derajat ketidaksempurnaan dalam berbagai masyarakat yang berbeda. Orang Athena beranggapan bahwa mereka memiliki sosok badan yang paling mendekati ideal, masyarakat di luar Athena dianggap kurang sempurna. Meskipun demikian, orang Yunani kuno tidak mempercayai konsep “ras” yang membagi umat manusia secara fundamental berdasarkan morfologinya; orang Yunani kuno menerima perbedaan dan mengakui kesatuan umat manusia.

Antropometri modern
Istilah “antropometri” pertama kali dikemukakan oleh Johann Sigismund Elsholtz (1623-1688). Elsholtz menciptakan antropometer, sebuah alat untuk mengukur tinggi dan panjang bagian-bagian badan seperti lengan dan tungkai. Elsholtz sangat tertarik dan ingin menguji pernyataan dokter Yunani kuno Hippokrates yang menyebutkan bahwa ukuran badan yang berbeda-beda ada hubungannya dengan berbagai penyakit yang berbeda pula.

Pada tahun 1881 antropolog Prancis bernama Paul Topinard (1830-1911) menggunakan antropometri untuk studi mengenai “ras” manusia untuk melihat perbedaan antarmanusa dan menetapkan hubungan mereka satu sama lain (Topinard, 1881, h. 212).

Cabang antropometri yang digunakan dalam penelitian rasial adalah kraniologi (studi tentang tengkorak). Seorang dokter Belanda Petrus Camper (1722-1789) dan para pengikutnya mengukur berbagai sudut tulang muka untuk menentukan ras dan seks berdasarkan tengkorak.

Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840), antropolog berkebangsaan Jerman, mengidentifikasi lima “ras” berdasarkan pengamatan visual terhadap bentuk dan ukuran tengkorak. Salah satu “ras” tersebut diberi nama “ras Kaukasia” yang didapat berdasarkan pengamatannya atas tengkorak dari Pegunungan Kaukasus di wilayah Georgia (Rusia). Blumenbach meyakini bahwa orang-orang Georgia yang masih hidup adalah yang paling dekat dengan bentuk original tipe Kaukasia primordial, dan orang Kaukasia Eropa berada di urutan kedua.

Di Amerika Serikat, Samuel George Morton (1799-1851) memperbaiki metode dan peralatan kraniometri. Dia menciptakan alat untuk menghitung dua belas jenis pengukuran pada tengkorak. Menurutnya pengukuran lebih akurat dibandingkan metode visual yang dilakukan oleh Blumenbach. Berlawanan dengan Morton.

Antropolog Swedia Anders Adolf Retzius (1796-1860) mereduksi pengukuran-pengukuran Morton menjadi dua (panjang dan lebar), dan dia menerapkan hal ini pada kepala manusia hidup juga. Dengan demikian dia dapat menghitung sebuah rasio sederhana: panjang kepala dibagi dengan lebarnya yang disebut indeks kepala (cephalic index). Salah satu aliran ahli  kraniometri berpendapat bahwa ras yang “inferior” ditandai dengan kepala bulat, atau rasionya lebih besar daripada 0,80. Orang Eropa utara, yang dianggap ras “superior” memiliki kepala relatif panjang dan sempit dengan rasio kurang daripada 0,75.

Ahli kraniometri lain, seperti Paul  Broca (1824-1880) tidak sependapat dengan pernyataan yang dianggapnya fantasi tersebut. Broca menunjukkan bahwa semua kelompok manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, memiliki semua tipe indeks tengkorak. Untuk menggantikan indeks kepala (sebagai satu-satunya indikator – penerj.), Broca menyebutkan bahwa ukuran dan bentuk otak bervariasi di setiap “ras”, jenis kelamin (seks) dan antara individu yang berkecerdasan tinggi dan rendah. Seiring dengan berjalannya waktu, pernyataan ini terbukti salah tetapi keyakinan bahwa bentuk kepala dan ukuran otak merupakan penentu “ras”  dan kecerdasan masih berlaku hingga abad kedua puluh.





Gb.1. Satu Set Peralatan Antropometri
Pada awal abad ke-21 para ahli menyadari bahwa jumlah ras sosial sangat tidak terbatas, dan variasi genetis dan antropometris lebih banyak didapati pada individu-individu dalam satu “ras” dibandingkan dengan individu-individu dari “ras” yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman biokultural mengenai perkembangan manusia menggantikan antropometri yang sudah ketinggalan zaman. Antropometri baru sekarang digunakan untuk mengukur sejarah sosial, ekonomi, dan politik suatu masyarakat; tingkat kesehatan individu, dan kesejahteraan populasi manusia.
Sumber: www.encyclopedia.jrank.org

Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan tubuh.

Pengertian anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia berupa ukuran, bentuk dan kekuatan, serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran dalam anthropometri, pengukuran dibagi menjadi dua bagian antara lain:
1.    Anthropometri statis, yaitu pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam.
2.     Anthropometri dinamis, yaitu dimana dimensi tubuh yang diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.

Dimensi yang diukur pada anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh, agar hasilnya representatif maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi dimensi tubuh manusia sehingga semestinya seorang perancang harus memperhatikan faktor-faktor tersebut, yang antara lain adalah:
1.        Umur, digolongkan pula atas beberapa kelompok:
a.     Balita
b.   Anak-anak
c.    Remaja
d.   Dewasa
e.    Lanjut usia
2.      Jenis kelamin
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita yang terletak pada rata-rata dan nilai perbedaan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
3.      Suku bangsa
Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah penting terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain.
4.     Jenis pekerjaan atau latihan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan atau rekan kerjanya.



Untuk mengukur data anthropometri dinamis terdapat tiga kelas pengukuran yaitu sebagai berikut:
1.   Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas, contohnya mempelajari performansi kerja.
2.   Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.
3.   Pengukuran variabilitas kerja.

2.3.    Deskripsi Patroon
Patroon dalam bahasa belanda yang berarti pattern dalam bahasa inggris yang artinya desain pola dalam bahasa indonesia.
Pattern adalah Pola Desain atau Pola Rancangan yang mengacu kepada solusi umum yang dapat digunakan secara berulang kali untuk menyelesaikan masalah - masalah umum yang ditemukan dalam desain.
Pattern membantu kita menghasilkan karya dengan cepat dan indah.
Pelopor pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer Butterick dari Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 1863, Butterick dan istri menciptakan pola komersial dalam berbagai ukuran. Sebelum ada kertas pola dari Butterick, pola hanya tersedia dalam satu ukuran, dan penjahit harus membesarkan atau mengecilkan pola sesuai ukuran badan pemakai. (Butterick, 2009)
Pola kertas dari Butterick menjadi sangat populer pada tahun 1864. (Jill Codra, 2009)
Aenne Burda dan majalah mode Burda Moden memopulerkan pola siap pakai di Jerman. Sejak tahun 1952, Burda mulai menerbitkan pola pakaian. Setiap bulan Januari dan Juli, Burda menerbitkan katalog terpisah berisi pola siap pakai untuk lebih dari 600 model pakaian dewasa dan anak-anak. (Burda Fashion, 2009)
Selain berisi informasi langkah demi langkah yang mendetail tentang cara menjahit pakaian, pola-pola tersebut juga dirancang untuk dipahami mulai dari penjahit pemula hingga penjahit berpengalaman. (Burda Fashion, 2009)
Di Jepang, sistem So-En dari Bunka Fashion College dan sistem Dressmaking dari Dressmaker Jogakuin (sekarang Dressmaker Gakuin) mendominasi metode menggambar pola. Hingga tahun 2005, majalah So-En diterbitkan sebagai majalah yang memuat pola baju dan cara menjahit pakaian. Pesaingnya adalah majalah Dressmaking yang pertama kali terbit tahun 1949, namun berhenti terbit sejak Mei 1993.
Ketika bekerja pada sebuah penelitian serupa yang ditemukan bahwa dalam usia berapa pun ada beberapa angkatan kerja yang cenderung untuk membatasi atau menghambat perubahan dalam pola pakaian. (Kiran, 1999)
Mengamati bahwa karena perilaku pakaian bisa ditafsirkan dari banyak sudut melihat, pendekatan interdisipliner diperlukan untuk studi. (Horn, 1975)

Pengukuran menggunakan pemotongan patroon
Akurasi pengukuran adalah inputan utama didalam patroon dan pemotongan. Tanpa akurasi pengukuran, pemotongan akan tidak sesuai dengan statistik menuju kelayakan pemotongan. (Adu Gyamfii, 2006).
Standar pengukuran dapat dikembangkan dari statistic akurasi pengukuran ke populasi yang spesifik. Pengamatan tubuh menyediakan multidimensi data yang berpotensi menuju penyediaan standar pengukuran yang dapat dipercaya untuk pengembangan kategori ukuran standard dan patroon yang layak. (Aldrich, 2008; Ashdown, 2007)
Kumpulan standar menunjukkan kode ukuran dan cocok untuk mengukur tubuh untuk pakaian balita, anak-anak, wanita dan pria. Konsep patroon dapat dibuat untuk menghasilkan pakaian yang baik jika penjahit memiliki skill dan sangat teliti.
Pemotongan yang dilakukan dengan pengukuran kepada konsumen dan menggunakan patroon dapat menghasilkan kemeja yang berbeda, hal itu dikarenakan patroon hanya menggunakan standar yang sudah ada.
Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar:
•    Konstruksi datar (pola datar, bahasa Inggris: flat pattern-drafting).
Konstruksi datar adalah menggambar pola di atas kertas dengan memakai pengukuran-pengukuran yang akurat. Penggambar pola harus dapat membayangkan hasil akhir bila pola telah dipindahkan ke atas kain, dan selesai dijahit sebagai pakaian. Dalam menggambar pola dengan teknik konstruksi datar dikenal metode-metode yang diberi nama berdasarkan nama penciptanya, misalnya: Danckaerts, Cuppens Geurs, Meyneke, Dressmaking, dan So-En.
•    Konstruksi padat (pola draping, bahasa Inggris: blocks)
Pola dibuat dengan cara menyampirkan kain muslin atau belacu di boneka jahit atau langsung di atas badan pemakai. Kain disematkan dengan jarum pentol sambil diatur agar sesuai dengan bentuk tubuh boneka jahit. Kain di bagian kerung lengan, kerung leher, dan bagian pinggang digunting sesuai desain pakaian yang diingini. Bila dibuat dari kain, potongan-potongan pola sudah selesai dapat dijahit untuk dijadikan prototipe pakaian. Setelah pakaian selesai dijahit, boneka jahit kembali dipakai untuk mengepas pakaian dan melihat jatuhnya jahitan.

Pada patroon terdapat dua macam garis, yaitu:
1.    Solid line yaitu untuk garis potong
2.    Dotted line yaitu untuk gari jahit.

Ukuran standar nasional dewasa
    S    M    L
Lingkar badan    88    92    98
Lingkar pinggang     66    70    74
Lingkar pinggul    94    98    104

2.4.    Deskripsi Penjahit
Penjahit atau tailor adalah orang yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti kemeja, celana, rok, atau jas, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Untuk melakukan pekerjaannya, penjahit dapat mengerjakannya baik dengan tangan maupun dengan mesin jahit.
(Penjahit Kartika, 2009)
Penjahit adalah pekerja terlatih yang merancang dan membuat berbagai pakaian untuk pelanggan yang berbeda. (Albandronk, 2012)
Apa yang penjahit lakukan?
Penjahit membuat, mencocokkan, dan mengubah pakaian sesuai permintaan dan kebutuhan pelanggan. Mereka sering membuat pakaian untuk wanita termasuk gaun, gaun malam, dan blus. Mereka membantu pelanggan dengan desain, gaya, dan  kain dan mengambil pengukuran yang diperlukan. Beberapa kali mereka membuat pola sendiri dan lain waktu mereka menggunakan pola yang sudah dibuat. Penjahit sering mendapatkan pelanggan yang mencoba pakaian tersebut beberapa kali untuk memastikan itu dibuat dengan benar dan pas. Mereka juga melakukan perubahan dan perbaikan seperti hemming, memperbaiki ritsleting. Beberapa penjahit spesialis dalam jenis pakaian tertentu seperti gaun pengantin, gaun adat, pakaian, atau kebaya. Lainnya mengkhususkan diri pada aksesoris seperti tas. Penjahit Kebanyakan bekerja di department store, toko kecil, dan fasilitas binatu. Beberapa memiliki bisnis sendiri dan beberapa pekerjaan dari rumah.
Tusuk-Tusuk dalam Teknik jahit-menjahit
1.    Tusuk jelujur biasa
Dikerjakan dari kanan ke kiri, mengambil dan meninggalkan bahan dengan jarak yang tidak ditentukan.

Gb.2. Tusuk jelujur biasa
2.    Tusuk jelujur dengan jarak tertentu
3.    Tusuk jelujur renggang
Tusuk ini dibuat dengan sengkelit-sengkelit pada tusuk yang tinggal. Dengan singkat: satu kali dengan sengkelit, satu kali tanpa sengkelit. Benang dua helai. Tusuk ini dipakai untuk mengutip satu garis atau titik pada dua helai kain, sehingga dua helai kain dapat dipisahkan dan garis jelujur di antara kain dapat digunting.
4.    Tusuk tikam jejak atau tusuk balik
Tusuk ini dipakai sebagai pengganti tusuk-tusuk mesin untuk menghubungkan dua helai kain. Dikerjakan pula dari kanan ke kiri dengan tusuk sebesar 3 mm. setiap kali jarum dimasukkan, melampaui jarak 2 x 3 mm.

Gb.3. Tusuk Balik
5.    Tusuk tangkai
Ini kebalikan dari tusuk tikam jejak dan dipakai sebagai tusuk hias atau memberi tanda-tanda nama. Dikerjakan dari kiri ke kanan dengan perhatian jatuhnya tusuk-tusuk serong pada bagian luar kain dan searah.
6.    Tusuk piquer atau tusuk isi
Tusuk ini dipakai pada pekerjaan penjahit yaitu pekerjaan dengan kain rambut kuda dan bahan pelapis pada pakaian-pakaian mantel, dikerjakan dari atas ke bawah dan kebalikannya.
7.    Tusuk Flanel
Tusuk ini dipakai untuk melekatkan sesuatu pada bagian lain dengan cara yang lembut. Pada bagian luar terlihat hanya tusuk-tusuk datar. Dikerjakan dari kiri ke kanan.

Gb.4. Tusuk Flanel
8.    Tusuk veston
Tusuk ini dipakai untuk menyelesaikan tiras-tiras, supaya serat-serat tidak dapat keluar dari tepi guntingan. Dikerjakan dari kiri ke kanan. Menyambung benang-benang baru selalu keluar pada sengkelit terakhir.
 
Gb.5. Tusuk Veston
9.    Tusuk balut
Tusuk ini dapat dipakai untuk menyelesaikan tiras kampuh sebagai pengganti tusuk feston dengan letak tusuk-tusuk miring sekali dan mengambil bahan dari tiras 1 mm. Jarak dari tusuk-tusuk 3 mm atau 0,5 cm.

Cara mengukur baju lengan pendek atau panjang
1.    Besar badan
Diukur bagian badan yang terbesar dan mengukurnya pas dari depan
2.    Lebar punggung
Diukur ujung bahu kanan sampai ujung bahu kiri mengukurnya dari belakang
3.    Panjang lengan
Diukur dari ujung bahu turun sampai pergelangan tangan ditambah 2,5 cm
4.    Besar leher
Diukur leher bagian bawah mengukurnya dari depan
5.    Panjang sosok
Diukur dari tulang tekuk leher belakang ke bawah sampai pinggang
6.    Panjang kemeja
Diukur dari bahu menempel leher yang tertinggi ke bawah menurut permintaan

0 komentar:

Post a Comment