Bentuk Dan Ukuran Tubuh Manusia
Bentuk Dan Ukuran Tubuh Manusia |
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang pembuatan Skripsi dengan topik Penelitian Bentuk Dan Ukuran Tubuh Manusia, tujuan yang diharapkan, serta ruang lingkup yang membatasi aplikasi yang dibuat. Selain itu juga akan dijabarkan metodologi yang digunakan serta sistematika pembahasan untuk setiap bab yang ada dalam buku Skripsi ini.
1.1. Latar Belakang
Cepat dan tepat merupakan suatu target yang harus ada pada dekade tahun ini. Hal itu dikarenakan segala kebutuhan dan tuntutan di jaman yang modern ini membutuhkan hal tersebut.
Penjahit merupakan salah satu profesi yang cukup menjadi idaman pada tahun-tahun ini. Penjahit yang baik adalah penjahit yang dapat memberikan kepuasan bagi pelanggannya. Dan tentunya penjahit yang memberikan kepuasan jumlahnya lebih sedikit dari pada yang kurang memberikan kepuasan. Hal itu dikarenakan banyak penjahit yang kurang mengerti arti cepat dan tepat dalam dunianya.
Membuat patroon merupakan salah satu keahlian yang dimiliki oleh penjahit. Patroon digunakan untuk membuat pola yang akan ditempelkan pada kain sebelum proses pemotongan kain. Supaya mempermudah dalam pengukuran yang berulang-ulang pada orang yang sama, maka sebaiknya digunakan patroon.
Pembuatan patroon tidaklah mudah bagi sebagian penjahit. Karena tidak semua pengukuran menjadikan patroon yang sama persis dengan pengukuran yang dilakukan. Karena disana terdapat garis potong dan garis jahit, maka patroon lebih mudah untuk pemotongannya ke dalam kain. Maka disini, peneliti membuat perancangan patroon untuk penjahit.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan Skripsi yang berjudul “Penelitian Bentuk dan Ukuran Tubuh Manusia dalam Pembuatan Patroon untuk Penjahit” ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur keberhasilan atas perancangan desain patroon yang sesuai untuk tiap-tiap orang
2. Menganalisa keputusan pengukuran dan desain patroon
3. Menentukan pengukuran dan desain patroon
4. Membuat keputusan yang memuaskan yang dapat meningkatkan kinerja penjahit
5. Menampilkan berapa banyak kain yang dihabiskan menjadikan sebuah kemeja.
6. Menampilkan harga yang sesuai dengan desain patroon tersebut.
1.3. Hipotesa
Penerapan hasil penelitian perancangan patroon untuk penjahit ini diharapkan mampu memberikan kepuasan pada konsumen sampai dengan 95%. Pengujian data akan dilaksanakan dengan menguji pada beberapa kasus tentang pembuatan patroon yang susuai dengan konsumen kepada penjahit.
1.4. Ruang Lingkup
Kendala utama yang dihadapi oleh seorang penjahit adalah kepuasan pelanggan. Sedangkan masih banyak penjahit yang belum memberikan kepuasan pada pelanggan.
Membuat patroon sangatlah mudah bagi sebagian penjahit. Tetapi membuatnya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Hal itu dikarenakan proses pengukurannya dan diperlukan ketelitian dalam membuatnya. Salah sedikit saja, maka pakaian yang dihasilkan menjadi tidak nyaman untuk dikenakan.
Patroon yang baik adalah patroon yang dapat memberikan ukuran secara spesifik dan dapat memberikan ukuran yang sesuai dengan bentuk tubuh.
Berikut batasan masalah penelitian bentuk dan ukuran tubuh manusia adalah:
1. Perancangan patroon untuk 5 model kemeja pria, yaitu
a. Kemeja lengan panjang,
b. Kemeja lengan pendek,
c. Kemeja safari,
d. Kemeja takwa, dan
e. Kemeja shanghai.
2. Output yang dihasilkan dengan skala 1 : 1. Sehingga outputnya adalah hasil yang sesuai dengan patroon yang akan ditempelkan ke kain.
3. Pembuatan software desain patroon menggunakan Visual Studio 2010 dengan menggunakan aspek grafika computer sehingga memudahkan kita dalam menggambar pola patroon.
4. Garis lengkungnya menggunakan Bezier dan Spline sehingga kita menggambar garis lengkung dengan beberapa titik (point) yang terhubung menjadi satu kesatuan.
5. Image yang dihasilkan harus vector image bukan bitmap. Sehingga resolusi gambar tidak mempengaruhi pada waktu proses resize. Namun harus dapat diexport ke JPG
6. Penerapan legend pengukuran pada setiap patroonnya. Sehingga jelas ukuran tiap sisi pada patroon tersebut.
7. Aspek simetris digunakan sepenuhnya dalam perancangan patroon tersebut. Sehingga kita tidak membuat bentuk sepenuhnya dan tentunya menghemat kertas untuk patroon.
Bentuk tubuh manusia yang berpengaruh didalam pengukuran kemeja tersebut, adalah:
1. Panjang badan depan (dari baku kebawah)
2. Panjang badan belakang (dari pundak kebawah)
3. Lebar bahu
4. Lebar pundak
5. Panjang tangan
6. Lebar dada
7. Lingkaran dada atas
8. Lingkaran perut
9. Lingkaran pantat
10. Lingkaran lengan atas
11. Lingkaran siku lengan (untuk lengan pendek)
12. Lingkaran pergelangan tangan (untuk lengan panjang)
13. Lingkaran leher
Contoh patroon terdapat pada lampiran dengan skala 1 : 5 sehingga tampilannya cukup untuk 1 lembar HVS.
Cara mengukurnya adalah sebagai berikut:
1. Besar badan (diukur bagian badan yang terbesar dan mengukurnya pas dari depan)
2. Lebar punggung (diukur ujung bahu kanan sampai ujung bahu kiri, mengukurnya dari belakang)
3. Panjang lengan (diukur dari ujung bahu turun sampai pergelangan tangan ditambah 2 ½ cm.
4. Besar leher (Diukur leher bagian bawah, mengukurnya dari depan)
5. Panjang sosok (diukur dari tulang tekuk leher belakang ke bawah sampai pinggang)
6. Panjang kemeja (diukur dari bahu menempel leher yang tertinggi ke bawah menurut permintaan)
Cara memotong patron adalah sebagai berikut:
1. Letakkan pola badan depan pada lipatan kain
2. Letakkan pola badan belakang dan lengan pada sisi kain yang lain
3. Gunting bahan tepat pada pola (tidak usah diberi kelebihan ukuran)
Alat untuk membuat pola
• Buku pola (buku kostum)
• Boneka pengepas (boneka jahit)
• Pita ukuran (meteran)
• Kertas
• Pensil (warna hitam, merah, biru)
• Penghapus
• Penggaris (penggaris siku, penggaris lengkung, penggaris lurus)
• Pita ukur
• Rader
• Kapur jahit
• Karbon jahit
• Jarum pentul
• Gunting
Cara membuat patroon ada 3 (tiga) cara yaitu:
1. Mendapat ukuran terlebih dahulu dengan cara:
a. Mengukur atau mengambil langsung ukuran pelanggan dengan mengukurnya secara tepat dan akurat
b. Sudah disediakan ukuran yang bersifat standar internasional oleh penjahit
2. Membuat pola dengan metode yang dikuasai yaitu: metode Eropa, Jepang, atau Amerika
3. Membuat pola dengan metode gabungan seperti Eropa digabungkan dengan Jepang.
Maka dalam penelitian ini dipakai:
1. Mendapat ukurannya secara langsung sesuai ukuran pelanggan
2. Metode yang digunakan adalah metode Amerika
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap, antara lain:
1. Studi Pustaka, dengan cara mempelajari perancangan patron
Dalam hal ini peneliti harus mengetahui berbagai bentuk dan ukuran tubuh manusia melalui suatu pengukuran. Karena hanya dengan melakukan proses pengukuranlah spesifikasi tubuh manusia dapat tergambar dalam suatu patroon.
2. Mengumpulkan dan mencari tahu teknik pembuatan patroon yang sesuai dengan ukuran.
Setelah tahap studi pustaka, peneliti diharuskan mengetahui teknik pembuatan patron, karena pada tahap ini seorang peneliti harus memiliki banyak pengetahuan tentang hal tersebut. Yang perlu diketahui oleh peneliti adalah teknik dasar pembuatannya sehingga mudah jika menuju teknik pengembangannya.
3. Analisa dan perancangan, dimana pada tahap ini akan dilakukan software perancangan patroon
Pada tahap ini, peneliti akan menganalisa tentang apa saja yang harus ada dalam software patroon tersebut. Kemudian peneliti dapat merancang software patroon sesuai analisa yang sudah dikembangkan.
4. Pembuatan laporan
Pada tahap ini, peneliti akan membuat laporan dari hasil penelitian tentang bentuk dan ukuran tubuh manusia.
1.6. Sistematika Pembahasan
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai bab-bab yang ada dalam pembahasan skripsi ini. Jumlah bab yang ada adalah sebanyak enam bab. Pembahasan yang dilakukan adalah pada garis besar pembahasan dari setiap bab tersebut seperti, yang disebutkan berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, tujuan pembuatan aplikasi Pembuatan Patroon untuk penjahit, ruang lingkup, batasan-batasan masalah serta metodologi yang digunakan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu Penelitian Bentuk dan Ukuran Tubuh Manusia dalam Pembuatan Patroon untuk Penjahit.
BAB III ANALISA APLIKASI PATROON
Pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi sistem pada aplikasi yang dibuat. Deskripsi sistem akan menjelaskan sistem yang dibuat dan hubungannya antara pengukuran dengan aplikasi.
BAB IV DESAIN DAN IMPLEMENTASI
Pada bab ini dijelaskan mengenai desain dan implementasi yang telah dibuat untuk aplikasi tersebut, meliputi desain arsitektural, desain database dan juga interface hingga coding dari sistem yang sudah dibuat.
BAB V USER MANUAL
Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah panduan dalam menjalankan aplikasi yang telah dibuat.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan mengenai laporan selama pembuatan aplikasi tersebut, termasuk beberapa kesulitan yang muncul selama proses pembuatan dan bagaimana cara penyelesaiannya. Selain itu akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari peneliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang mempunyai judul “PENELITIAN BENTUK DAN UKURAN TUBUH MANUSIA DALAM PEMBUATAN PATROON UNTUK PENJAHIT”.
2.1. Deskripsi Penelitian
Penelitian adalah kegiatan taat kaidah dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. (KEPMENDIKBUD No. 212/U/1999)
Penelitian adalah:
1. Pemeriksaan yang teliti
2. Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hiposkripsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Kamus besar Bahasa Indonesia (2001)
Woody (dalam Danim, 2002):
Penelitian merupakan metode untuk menemukan kebenaran, disamping itu juga merupakan suatu pemikiran kritis.
Pearson (dalam Whitney, 1960):
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematik dan dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Burnd dan Grove (1993):
Research is diligent systematic inquiry or investigation to validate and refine existing knowledge and generate new knowledge.
Penny (1975):
Penelitian adalah pemikiran yang sistematik mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
Hillway (1956):
“a method of study by which, through the careful and exhaustive of all ascertainable evidence bearing upon a definable problem, we reach a solution to the problem.”
Kerlinger (1986):
Penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis , terkendali, empiris, dan kritis mengenai fenomnena-fenomena alam yang dibimbing oleh teori dan hipopskripsi mengenai hubungan-hubungan yang diduga ada di antara fenomena-fenomena tersebut.
Jenis-jenis penelitian:
Kline (1980):
1. Perdasarkan Tujuan:
1.1. Penelitian Dasar
1.2. Penelitian Terapan
1.3. Penelitian Evaluasi
2. Berdasatkan Metode:
2.1. Penelitian Historis
2.2. Penelitian Deskriptif
2.3. Penelitian Perkembangan
2.4. Penelitian Kasus atau Studi Lapangan
2.5. Penelitian Korelasional
2.6. Penelitian Tindakan
2.7. Penelitian Komparatif
2.8. Penelitian Eksperimental
2.9. Penelitian Kualitatif
3. Berdasarkan tingkat penjelasan:
3.1. Penjelasan deskriptif
3.2. Penjelasan Asosiatif
3.3. Penjelasan Kausalitas.
Danim (2002):
Ada dua jenis metode penelitian, yaitu:
1. Metode penelitian kuantitatif
2. Metode penelitian kualitatif
Tipe penelitian kuantitatif: Tipe Penelitian Kualitatif:
1. Penelitian Deskriptif 1. Penelitian Fenomenologi
2. Penelitian Perkembangan 2. Penelitian Grounded
3. Penelitian Tindakan 3. Penelitian Etnografi
4. Penelitian Perbandingan-Kausal 4. Penelitian Historis
5. Penelitian Korelasional 5. Penelitian Kasus
6. Penelitian Eksperimental Semu 6. Penelitian Fisolofis
7. Penelitian Eksperimental 7. Penelitian Kritik Sosial
Uma Sekaran (1992): Karakteristik utama penelitian ilmiah:
1. Tujuan Penelitian: jelas, pasti, dan terarah
2. Keseriusan Penelitian: ketelitian, kehati-hatian, kepastian
3. Dapat Diuji: hiposkripsi yang dapat diuji dengan metode statistik tertentu
4. Dapat direplikasi: temuan penelitian akan sama kalau diulang pada kondisi yang sama
5. Presisi dan keyakinan: presisi mencerminkan derajat kepastian dari temuan penelitian terhadap kejadian yg dipelajari. Keyakinan menunjukkan kemungkinan dari kebenaran estimasi yang dilakukan.
6. Obyektivitas: kesimpulan penelitian harus didasarkan pada data yang aktual
7. Berlaku Umum: dapat-tidaknya hasil penelitian diterapkan pada berbagai keadaan.
8. Efisien: kerangka penelitian yang melibatkan sedikit variabel yg dapat menjelaskan suatu kejadian
John W Best (1982): Sebelas karakteristik penelitian:
1. Penelitian dirancang dan diarahkan untuk mencari jawaban atas suatu permasalahan
2. Kerja penelitian dititik-beratkan pada pengembangan cara-cara membuat generalisasi, prinsip dan teori-teori
3. Penelitian didasarkan atas pengalaman hasil observasi atau kejadian empiris
4. Penelitian memerlukan observasi dan deskripsi yang akurat
5. Penelitian bertujuan untuk menemukan data yg baru dari sumber primer , bukan sekedar data yg sudah ada sebelumnya
6. Penelitian memerlukan rancangan yg teliti dan hati-hati melalui prosedur yg tepat dg menggunakan analisis yang rasional
7. Penelitian memerlukan keahlian
8. Penelitian menekankan pada logika dan obyektivitas yg tinggi
9. Penelitian menuntut kesabaran dan tidak dilakukan dg tergesa-gesa
10. Kerja penelitian memerlukan pencatatan dan pelaporan yang hati-hati dan teliti
11. Kerja penelitian kadang-kadang memerlukan keberanian
Nazir (1988): Kriteria Penelitian Ilmiah:
1. Berdasarkan pada fakta yang nyata, bukan kira-kira
2. Bebas dari prasangka, berdasarkan pada alasan dan bukti yang lengkap dengan metode pembuktian yang obyektif
3. Menggunakan Analisis, solusi permasalahan dicari dengan analisis yang logis.
4. Menggunakan hiposkripsi, untuk menuntun jalan pikiran peneliti dalam mencapai hasil penelitiannya,
5. Menggunakan ukuran yang obyektif, dengan alat ukur yang obyektif pula
6. Menggunakan teknik kuantifikasi, untuk data yang masih memungkinkan dikuantifikasikan
2.2. Deskripsi Bentuk dan Ukuran Tubuh Manusia
Untuk mendeskripsikan bentuk dan ukuran tubuh manusia kita perlu mengenal antropometri. Karena antropometri adalah studi ilmiah terhadap bentuk dan ukuran badan manusia.
Antropometri banyak digunakan dalam studi tentang variasi manusia. Teknik antropometri adalah mengukur dimensi badan dan menentukan morfologi badan. Dimensi yang diukur misalnya panjang, lebar, dan lingkar. Kelebihan antropometri adalah biayanya murah dan penerapannya mudah, sedangkan kelemahannya adalah tingkat subjektivitasnya tinggi.
Sejarah singkat
Sudah sejak lama manusia tertarik pada ukuran-ukuran badan. Jika kita diam di suatu keramaian dan mengamati orang yang berlalu-lalang di situ akan terlihat variasi manusia berdasarkan morfologinya: gemuk, kurus, tinggi, pendek, berkaki panjang, berdada bidang, bermuka bulat, bermuka tirus, berdagu runcing, berhidung mancung ataupun pesek. Meskipun sudah sejak zaman kuno ukuruan-ukuran badan menarik perhatian, baru pada abad ke-19 morfologi manusia menjadi studi kuantitatif formal. Sebelum ditemukannya mikroskop yang membantu memahami variasi manusia di tingkat seluler morfologi menjadi alat utama untuk mengklasifikasikan fenomena alam.
Catatan tertua tentang ukuran manusia berasal dari Sumeria, berangka tahun 3500 SM. Beberpa teks dari masa tersebut menyebutkan hubungan antara kesehatan, status sosial, dengan bentuk badan. Pengetahuan orang Sumeria sangat akurat karena ternyata ini bersesuaian dengan pandangan biologis modern saat ini tentang penyebab variasi bentuk dan ukuran badan manusia. Penelitian telah membuktkan bahwa orang yang dibesarkan di lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya dengan gizi dan tingkat kesehatan yang baik secara umum cenderung lebih tinggi dan lingkar lengan & tungkainya lebih besar daripada orang yang tumbuh di lingkungan sosial budaya yang lebih rendah.
Filsuf Yunani kuno Plato dan Aristoteles (± 350 SM) beranggapan bahwa manusia hidup (living people) dan kebudayaannya adalah cerminan tidak sempurnanya tipe ideal fisik manusia dan sistem sosial budaya. Mereka memandang variasi bentuk dan ukuran badan di berbagai kebudayaan adalah konsekuensi atas adanya derajat ketidaksempurnaan dalam berbagai masyarakat yang berbeda. Orang Athena beranggapan bahwa mereka memiliki sosok badan yang paling mendekati ideal, masyarakat di luar Athena dianggap kurang sempurna. Meskipun demikian, orang Yunani kuno tidak mempercayai konsep “ras” yang membagi umat manusia secara fundamental berdasarkan morfologinya; orang Yunani kuno menerima perbedaan dan mengakui kesatuan umat manusia.
Antropometri modern
Istilah “antropometri” pertama kali dikemukakan oleh Johann Sigismund Elsholtz (1623-1688). Elsholtz menciptakan antropometer, sebuah alat untuk mengukur tinggi dan panjang bagian-bagian badan seperti lengan dan tungkai. Elsholtz sangat tertarik dan ingin menguji pernyataan dokter Yunani kuno Hippokrates yang menyebutkan bahwa ukuran badan yang berbeda-beda ada hubungannya dengan berbagai penyakit yang berbeda pula.
Pada tahun 1881 antropolog Prancis bernama Paul Topinard (1830-1911) menggunakan antropometri untuk studi mengenai “ras” manusia untuk melihat perbedaan antarmanusa dan menetapkan hubungan mereka satu sama lain (Topinard, 1881, h. 212).
Cabang antropometri yang digunakan dalam penelitian rasial adalah kraniologi (studi tentang tengkorak). Seorang dokter Belanda Petrus Camper (1722-1789) dan para pengikutnya mengukur berbagai sudut tulang muka untuk menentukan ras dan seks berdasarkan tengkorak.
Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840), antropolog berkebangsaan Jerman, mengidentifikasi lima “ras” berdasarkan pengamatan visual terhadap bentuk dan ukuran tengkorak. Salah satu “ras” tersebut diberi nama “ras Kaukasia” yang didapat berdasarkan pengamatannya atas tengkorak dari Pegunungan Kaukasus di wilayah Georgia (Rusia). Blumenbach meyakini bahwa orang-orang Georgia yang masih hidup adalah yang paling dekat dengan bentuk original tipe Kaukasia primordial, dan orang Kaukasia Eropa berada di urutan kedua.
Di Amerika Serikat, Samuel George Morton (1799-1851) memperbaiki metode dan peralatan kraniometri. Dia menciptakan alat untuk menghitung dua belas jenis pengukuran pada tengkorak. Menurutnya pengukuran lebih akurat dibandingkan metode visual yang dilakukan oleh Blumenbach. Berlawanan dengan Morton.
Antropolog Swedia Anders Adolf Retzius (1796-1860) mereduksi pengukuran-pengukuran Morton menjadi dua (panjang dan lebar), dan dia menerapkan hal ini pada kepala manusia hidup juga. Dengan demikian dia dapat menghitung sebuah rasio sederhana: panjang kepala dibagi dengan lebarnya yang disebut indeks kepala (cephalic index). Salah satu aliran ahli kraniometri berpendapat bahwa ras yang “inferior” ditandai dengan kepala bulat, atau rasionya lebih besar daripada 0,80. Orang Eropa utara, yang dianggap ras “superior” memiliki kepala relatif panjang dan sempit dengan rasio kurang daripada 0,75.
Ahli kraniometri lain, seperti Paul Broca (1824-1880) tidak sependapat dengan pernyataan yang dianggapnya fantasi tersebut. Broca menunjukkan bahwa semua kelompok manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, memiliki semua tipe indeks tengkorak. Untuk menggantikan indeks kepala (sebagai satu-satunya indikator – penerj.), Broca menyebutkan bahwa ukuran dan bentuk otak bervariasi di setiap “ras”, jenis kelamin (seks) dan antara individu yang berkecerdasan tinggi dan rendah. Seiring dengan berjalannya waktu, pernyataan ini terbukti salah tetapi keyakinan bahwa bentuk kepala dan ukuran otak merupakan penentu “ras” dan kecerdasan masih berlaku hingga abad kedua puluh.
Gb.1. Satu Set Peralatan Antropometri
Pada awal abad ke-21 para ahli menyadari bahwa jumlah ras sosial sangat tidak terbatas, dan variasi genetis dan antropometris lebih banyak didapati pada individu-individu dalam satu “ras” dibandingkan dengan individu-individu dari “ras” yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman biokultural mengenai perkembangan manusia menggantikan antropometri yang sudah ketinggalan zaman. Antropometri baru sekarang digunakan untuk mengukur sejarah sosial, ekonomi, dan politik suatu masyarakat; tingkat kesehatan individu, dan kesejahteraan populasi manusia.
Sumber: www.encyclopedia.jrank.org
Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan tubuh.
Pengertian anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia berupa ukuran, bentuk dan kekuatan, serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran dalam anthropometri, pengukuran dibagi menjadi dua bagian antara lain:
1. Anthropometri statis, yaitu pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam.
2. Anthropometri dinamis, yaitu dimana dimensi tubuh yang diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.
Dimensi yang diukur pada anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh, agar hasilnya representatif maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi dimensi tubuh manusia sehingga semestinya seorang perancang harus memperhatikan faktor-faktor tersebut, yang antara lain adalah:
1. Umur, digolongkan pula atas beberapa kelompok:
a. Balita
b. Anak-anak
c. Remaja
d. Dewasa
e. Lanjut usia
2. Jenis kelamin
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita yang terletak pada rata-rata dan nilai perbedaan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
3. Suku bangsa
Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah penting terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan atau rekan kerjanya.
Untuk mengukur data anthropometri dinamis terdapat tiga kelas pengukuran yaitu sebagai berikut:
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas, contohnya mempelajari performansi kerja.
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.
3. Pengukuran variabilitas kerja.
2.3. Deskripsi Patroon
Patroon dalam bahasa belanda yang berarti pattern dalam bahasa inggris yang artinya desain pola dalam bahasa indonesia.
Pattern adalah Pola Desain atau Pola Rancangan yang mengacu kepada solusi umum yang dapat digunakan secara berulang kali untuk menyelesaikan masalah - masalah umum yang ditemukan dalam desain.
Pattern membantu kita menghasilkan karya dengan cepat dan indah.
Pelopor pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer Butterick dari Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 1863, Butterick dan istri menciptakan pola komersial dalam berbagai ukuran. Sebelum ada kertas pola dari Butterick, pola hanya tersedia dalam satu ukuran, dan penjahit harus membesarkan atau mengecilkan pola sesuai ukuran badan pemakai. (Butterick, 2009)
Pola kertas dari Butterick menjadi sangat populer pada tahun 1864. (Jill Codra, 2009)
Aenne Burda dan majalah mode Burda Moden memopulerkan pola siap pakai di Jerman. Sejak tahun 1952, Burda mulai menerbitkan pola pakaian. Setiap bulan Januari dan Juli, Burda menerbitkan katalog terpisah berisi pola siap pakai untuk lebih dari 600 model pakaian dewasa dan anak-anak. (Burda Fashion, 2009)
Selain berisi informasi langkah demi langkah yang mendetail tentang cara menjahit pakaian, pola-pola tersebut juga dirancang untuk dipahami mulai dari penjahit pemula hingga penjahit berpengalaman. (Burda Fashion, 2009)
Di Jepang, sistem So-En dari Bunka Fashion College dan sistem Dressmaking dari Dressmaker Jogakuin (sekarang Dressmaker Gakuin) mendominasi metode menggambar pola. Hingga tahun 2005, majalah So-En diterbitkan sebagai majalah yang memuat pola baju dan cara menjahit pakaian. Pesaingnya adalah majalah Dressmaking yang pertama kali terbit tahun 1949, namun berhenti terbit sejak Mei 1993.
Ketika bekerja pada sebuah penelitian serupa yang ditemukan bahwa dalam usia berapa pun ada beberapa angkatan kerja yang cenderung untuk membatasi atau menghambat perubahan dalam pola pakaian. (Kiran, 1999)
Mengamati bahwa karena perilaku pakaian bisa ditafsirkan dari banyak sudut melihat, pendekatan interdisipliner diperlukan untuk studi. (Horn, 1975)
Pengukuran menggunakan pemotongan patroon
Akurasi pengukuran adalah inputan utama didalam patroon dan pemotongan. Tanpa akurasi pengukuran, pemotongan akan tidak sesuai dengan statistik menuju kelayakan pemotongan. (Adu Gyamfii, 2006).
Standar pengukuran dapat dikembangkan dari statistic akurasi pengukuran ke populasi yang spesifik. Pengamatan tubuh menyediakan multidimensi data yang berpotensi menuju penyediaan standar pengukuran yang dapat dipercaya untuk pengembangan kategori ukuran standard dan patroon yang layak. (Aldrich, 2008; Ashdown, 2007)
Kumpulan standar menunjukkan kode ukuran dan cocok untuk mengukur tubuh untuk pakaian balita, anak-anak, wanita dan pria. Konsep patroon dapat dibuat untuk menghasilkan pakaian yang baik jika penjahit memiliki skill dan sangat teliti.
Pemotongan yang dilakukan dengan pengukuran kepada konsumen dan menggunakan patroon dapat menghasilkan kemeja yang berbeda, hal itu dikarenakan patroon hanya menggunakan standar yang sudah ada.
Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar:
• Konstruksi datar (pola datar, bahasa Inggris: flat pattern-drafting).
Konstruksi datar adalah menggambar pola di atas kertas dengan memakai pengukuran-pengukuran yang akurat. Penggambar pola harus dapat membayangkan hasil akhir bila pola telah dipindahkan ke atas kain, dan selesai dijahit sebagai pakaian. Dalam menggambar pola dengan teknik konstruksi datar dikenal metode-metode yang diberi nama berdasarkan nama penciptanya, misalnya: Danckaerts, Cuppens Geurs, Meyneke, Dressmaking, dan So-En.
• Konstruksi padat (pola draping, bahasa Inggris: blocks)
Pola dibuat dengan cara menyampirkan kain muslin atau belacu di boneka jahit atau langsung di atas badan pemakai. Kain disematkan dengan jarum pentol sambil diatur agar sesuai dengan bentuk tubuh boneka jahit. Kain di bagian kerung lengan, kerung leher, dan bagian pinggang digunting sesuai desain pakaian yang diingini. Bila dibuat dari kain, potongan-potongan pola sudah selesai dapat dijahit untuk dijadikan prototipe pakaian. Setelah pakaian selesai dijahit, boneka jahit kembali dipakai untuk mengepas pakaian dan melihat jatuhnya jahitan.
Pada patroon terdapat dua macam garis, yaitu:
1. Solid line yaitu untuk garis potong
2. Dotted line yaitu untuk gari jahit.
Ukuran standar nasional dewasa
S M L
Lingkar badan 88 92 98
Lingkar pinggang 66 70 74
Lingkar pinggul 94 98 104
2.4. Deskripsi Penjahit
Penjahit atau tailor adalah orang yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti kemeja, celana, rok, atau jas, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Untuk melakukan pekerjaannya, penjahit dapat mengerjakannya baik dengan tangan maupun dengan mesin jahit.
(Penjahit Kartika, 2009)
Penjahit adalah pekerja terlatih yang merancang dan membuat berbagai pakaian untuk pelanggan yang berbeda. (Albandronk, 2012)
Apa yang penjahit lakukan?
Penjahit membuat, mencocokkan, dan mengubah pakaian sesuai permintaan dan kebutuhan pelanggan. Mereka sering membuat pakaian untuk wanita termasuk gaun, gaun malam, dan blus. Mereka membantu pelanggan dengan desain, gaya, dan kain dan mengambil pengukuran yang diperlukan. Beberapa kali mereka membuat pola sendiri dan lain waktu mereka menggunakan pola yang sudah dibuat. Penjahit sering mendapatkan pelanggan yang mencoba pakaian tersebut beberapa kali untuk memastikan itu dibuat dengan benar dan pas. Mereka juga melakukan perubahan dan perbaikan seperti hemming, memperbaiki ritsleting. Beberapa penjahit spesialis dalam jenis pakaian tertentu seperti gaun pengantin, gaun adat, pakaian, atau kebaya. Lainnya mengkhususkan diri pada aksesoris seperti tas. Penjahit Kebanyakan bekerja di department store, toko kecil, dan fasilitas binatu. Beberapa memiliki bisnis sendiri dan beberapa pekerjaan dari rumah.
Tusuk-Tusuk dalam Teknik jahit-menjahit
1. Tusuk jelujur biasa
Dikerjakan dari kanan ke kiri, mengambil dan meninggalkan bahan dengan jarak yang tidak ditentukan.
Gb.2. Tusuk jelujur biasa
2. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu
3. Tusuk jelujur renggang
Tusuk ini dibuat dengan sengkelit-sengkelit pada tusuk yang tinggal. Dengan singkat: satu kali dengan sengkelit, satu kali tanpa sengkelit. Benang dua helai. Tusuk ini dipakai untuk mengutip satu garis atau titik pada dua helai kain, sehingga dua helai kain dapat dipisahkan dan garis jelujur di antara kain dapat digunting.
4. Tusuk tikam jejak atau tusuk balik
Tusuk ini dipakai sebagai pengganti tusuk-tusuk mesin untuk menghubungkan dua helai kain. Dikerjakan pula dari kanan ke kiri dengan tusuk sebesar 3 mm. setiap kali jarum dimasukkan, melampaui jarak 2 x 3 mm.
Gb.3. Tusuk Balik
5. Tusuk tangkai
Ini kebalikan dari tusuk tikam jejak dan dipakai sebagai tusuk hias atau memberi tanda-tanda nama. Dikerjakan dari kiri ke kanan dengan perhatian jatuhnya tusuk-tusuk serong pada bagian luar kain dan searah.
6. Tusuk piquer atau tusuk isi
Tusuk ini dipakai pada pekerjaan penjahit yaitu pekerjaan dengan kain rambut kuda dan bahan pelapis pada pakaian-pakaian mantel, dikerjakan dari atas ke bawah dan kebalikannya.
7. Tusuk Flanel
Tusuk ini dipakai untuk melekatkan sesuatu pada bagian lain dengan cara yang lembut. Pada bagian luar terlihat hanya tusuk-tusuk datar. Dikerjakan dari kiri ke kanan.
Gb.4. Tusuk Flanel
8. Tusuk veston
Tusuk ini dipakai untuk menyelesaikan tiras-tiras, supaya serat-serat tidak dapat keluar dari tepi guntingan. Dikerjakan dari kiri ke kanan. Menyambung benang-benang baru selalu keluar pada sengkelit terakhir.
Gb.5. Tusuk Veston
9. Tusuk balut
Tusuk ini dapat dipakai untuk menyelesaikan tiras kampuh sebagai pengganti tusuk feston dengan letak tusuk-tusuk miring sekali dan mengambil bahan dari tiras 1 mm. Jarak dari tusuk-tusuk 3 mm atau 0,5 cm.
Cara mengukur baju lengan pendek atau panjang
1. Besar badan
Diukur bagian badan yang terbesar dan mengukurnya pas dari depan
2. Lebar punggung
Diukur ujung bahu kanan sampai ujung bahu kiri mengukurnya dari belakang
3. Panjang lengan
Diukur dari ujung bahu turun sampai pergelangan tangan ditambah 2,5 cm
4. Besar leher
Diukur leher bagian bawah mengukurnya dari depan
5. Panjang sosok
Diukur dari tulang tekuk leher belakang ke bawah sampai pinggang
6. Panjang kemeja
Diukur dari bahu menempel leher yang tertinggi ke bawah menurut permintaan
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang berapa banyak bahan untuk membuat kemeja
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang PECINTA BUDAYA ‘’BAJU BATIK MODERN REMAJA’’ SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : www.primagama-sidoarjo.com/.../SCH5394a0521a1c9-Bab%201%20dan%202
0 komentar:
Post a Comment