, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Siyono, Tim Kreatif Pembuatan Desain Baju Berbahan Daun Kering dalam Karnaval Desa Punten

 

Siyono, Tim Kreatif Pembuatan Desain Baju Berbahan Daun Kering dalam Karnaval Desa Punten

baju jahit, batik, belajar, guru, indonesia, jahit, jogja, kaos, kebaya, konveksi, kursus, kursus menjahit, les, mesin jahit, obras, private, sekolah, terbaik, usaha, yogyakarta
  Siyono, Tim Kreatif Pembuatan Desain Baju Berbahan Daun Kering dalam Karnaval Desa Punten


kreasi baju dari daun daunan - Sempat Menyesal Karena Usai Karnaval Langsung Dibakar

Siyono dan warga harus mencari daun kering hingga ke Pujon untuk hiasan baju karnaval. Kerja keras itu semata-mata agar saat karnaval bisa mempertontonkan kreasi yang berbeda dari tahun ke tahun.

ARIS SYAIFUL ANWAR

Siyono sedang sibuk membetulkan pipa air bersama warga RT 1 RW 5 Dusun Banyuning Desa Punten, kemarin (2/9). Tetapi ia bersedia berhenti sejenak karena ingin menceritakan kepada Jawa Pos Radar Batu pembuatan baju berbahan daun kering yang digunakan saat karnaval memeringati 70 tahun Kemerdekaan RI, beberapa waktu lalu.

Dia harus bercerita karena baju dari daun kering hasil kreasinya itu sudah tidak ada. Sebab langsung dibakar seusai karnaval. ”Setelah selesai karnaval, daun kering dibakar, tidak ada yang disimpan,” kata bapak berusia 42 tahun ini.Siyono,-Karnaval-Desa-Punte

Sebelum karnaval, dia mempersiapkan semua keperluan dan peralatan. Persiapan itu memakan waktu dua minggu. Selama satu minggu untuk mencari bahan baku, satu minggu lagi dibutuhkan untuk merangkai bahan baku menjadi kostum karnaval.

Siyono yang juga ketua RT 1 Dusun Banyuning Desa Punten ini membentuk tim kreatif yang beranggotakan tujuh orang dari RT 1. Mereka bertugas membuat desain, mencari bahan, merangkai hingga finishing. Mereka membuat 20 buah baju daun kering.

Bahan yang dibutuhkan adalah rangka baju dari kawat. Lalu jerami untuk menempelkan berbagai daun kering. Siyono juga menggunakan anyaman tikar yang didesain untuk bagian dada dan rok. Alat yang dipakai mulai gunting, pisau dan lem.

Siyono mengaku desain baju tidak ada yang meniru buku atau internet. Menurutnya murni ide dari Siyono dan tujuh anggota tim kreatif RT 1. ”Ide daun kering muncul begitu saja saat cangkruk dengan warga,” kata bapak dua anak ini.

Untuk menambah kesan unik dan langka, daun kering yang digunakan pun bukan daun yang mudah diketemukan. Misalnya daun pohon bendo, daun otok, dan cemara. Daun pohon bendo berbentuk lebar dan besar. Untuk mencari daun pohon bendo, Siyono dan warga harus masuk hutan. Dia mencari sampai ke Pujon. Menurutnya, hal itulah yang membuat sulit dalam pengerjaan baju kreasi.

”Saya harus mencari sampai ke Pujon, itu pun harus masuk ke alas (hutan),” kata Siyono yang juga seorang petani apel ini.

Ranting pohon bendo cukup tebal, sekitar 8 hingga 20 milimeter. Daunnya berbentuk bundar dan kaku, panjangnya antara 20 sampai 40 sentimeter dengan lebar 15 hingga 25 sentimeter.

”Kalau kering, daun pohon Bendo berwarna coklat keemasan, itu yang membuat kami tertarik untuk bahan baju kreasi,” kata Siyono yang menjadi ketua RT selama 12 tahun ini.

Daun pohon otok, tidak berukuran lebar. Namun kecil di tangkai yang memanjang. Cemara sebagai tambahan hiasan baju. Siyono melengkapinya dengan ranting-ranting yang sudah kering. Hal itulah yang ingin ditonjolkan dalam membuat baju kreasi yang berbeda dengan yang lain.

Siyono mengatakan setelah bahan terkumpul, tim kreatif mulai menyusun bahan menjadi baju. Sementara rangka juga disiapkan. Rangka dari kawat dibuat menyerupai tali tas ransel. Jerami di bagian tengahnya untuk menancapkan tangkai daun pohon Bendo dan Otok.

”Kami mengerjakan di halaman rumah sehabis isya hingga jam 1 malam,” kata pria lulusan SMPN 2 Batu ini.

Saat dipakai di jalan,  tidak menemukan kendala. Hanya saja ada beberapa penonton yang ingin menyulut baju tersebut dengan korek api. Walau hanya guyonan, itu membuat ancaman tersendiri bagi tim kreatif baju daun kering.

Lepas dari keisengan penonton, banyak penonton yang berfoto dengan baju tersebut. Bahkan saat di panggung kehormatan mendapat apresiasi dari Kepala Desa Punten Hernanto Sasmito.

Saat usai karnaval, Siyono dan warga langsung membakar baju itu. Sebab tidak ada tempat untuk menyimpannya. Oleh karena itu langsung dibakar beramai-ramai.

Siyono akhirnya mengaku kecewa karena telah membakar baju yang telah dibuat dalam waktu dua minggu itu. Sebab keesokan harinya setelah karnaval, pihak desa meminta Siyono untuk mewakili Desa Punten tampil di tingkat Kota Batu. Namun berhubung baju sudah dibakar, sehingga tidak jadi tampil.

Tim dari RT 1 RW 5 Dusun Banyuning dalam 4 kali karnaval menampilkan hal yang berbeda. Itu dilakukan agar mempunyai daya tarik, tidak monoton. Pada tahun 2012 menampilkan kreasi baju dari kain dan botol mineral bekas. Pada 2013 membuat baju dari sampah plastik dan kain. Sementara tahun 2014 dari daun tebu dan cemara.

Untuk menghasilkan baju kreasi itu, Siyono mengaku menghabiskan dana sekitar Rp 4,5 juta. Dana itu dikumpulkan dari warga dengan cara urunan mulai Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu. (*/yos)

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  kreasi baju dari daun daunan

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang [Kewirausahaan] Makalah Pemanfaatan Sampah Kardus 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : http://radarmalang.co.id/siyono-tim-kreatif-pembuatan-desain-baju-berbahan-daun-kering-dalam-karnaval-desa-punten-17704.htm

0 komentar:

Post a Comment