USAHA BUSANA DAN PERIKLANAN
USAHA BUSANA DAN PERIKLANAN |
Usaha busana dapat dikelompokkan ke dalam usaha besar, usaha kecil dan
menengah. Dampak adanya perdagangan bebas seperti antara lain dengan adanya
AFTA (Asean Free Trade Area) yang telah diberlakukan secara efektif 1 Januari 2003,
maka akan berimbas pada sektor usaha busana terutama pada usaha kecil dan
menengah. Kondisi adanya perdagangan bebas perlu mendorong usaha kecil
menengah untuk dapat berkompetisi dalam pemasaran produk atau jasa bidang
busana. Untuk dapat meningkatkan keunggulan kompetitif menurut Michael Porter
perusahaan ada beberapa faktor yang dapat diperhatikan, yaitu : (1) teknologi, (2)
tingkat entrepreneurship, (3) tingkat efisiensi/produktivitas, (4) kualitas yang baik, (5)
promosi yang meluas dan agresif, (6) pelayanan teknikal maupun non teknikal yang
baik, (7) tingkat keterampilan/pendidikan, dan etos kerja, (8) skala ekonomis, (9)
inovasi, (10) diferensiasi produk, (11) modal, sarana, dan prasarana, (12) jaringan
distribusi pemasaran di dalam dan luar negeri (Mila, proseding Seminar Internasional
Progran Studi Tata Busana, Jakarta, 31 Mei 2006).
Dari pendapat Michael Porter tersebut salah satu yang terpenting yaitu
promosi yang meluas dan agresif. Usaha busana tingkat usaha kecil dan menengahyang biasanya kurang melakukan promosi, perlu mendapat dorongan untuk berupaya
mempromosikan usahanya secara tepat dan efektif, baik secara sederhana maupun
dengan teknologi yang canggih. Publikasi atau promosi periklanan dapat ditempuh
dengan dua cara, yaitu media massa dan media komunikasi massa. Periklanan dalam
usaha busana dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bisnis kepada para
konsumen yang memerlukannya.
Periklanan busana yang dibuat atau dilakukan para pengusaha busana harus
mendorong tingkat pemasaran yang lebih luas, sehingga tingkat perdagangan lebih
tinggi atau menjangkau ke konsumen yang memerlukannya di berbagai area.
Periklanan busana dikemukakan oleh Susan Goschie (1986 : 142) ”Fashion
advertising must build traffic” dan selanjutnya diungkapkan ”Fashion advertising
builds traffic in three ways. First, the creative appeal of the advertisement … . Second
… by giving exposure to the latest fashion look. … Third, fashion advertising builds
sales traffic by reaching the right costumer”.
Jenis media komunikasi untuk usaha busana dapat memilih media komunikasi
massa cetak atau media komunikasi massa elektronik. Untuk media komunikasimassa cetak disebut juga media pers seperti surat kabar, tabloid, majalah, buletin, dan
jurnal. Media komunikasi massa elektronik termasuk di dalamnya radio siaran,
televisi siaran, film, dan internet. Pemilihan jenis media periklanan ini perlu
disesuaikan dengan luasnya usaha, visi dan misi lembaga usaha, besar kecilnya usaha,
agar ada keseimbangan antara besarnya usaha dengan jenis iklan dipilih sehingga
budget pengeluaran iklan tidak lebih besar dari keuntungan yang diraih, yang menurut
Gini Stephen Frings (1987 : 228) ”The largest part of the sales promotion budget in a
retail store is normally allocated to advertising (approximately 1 to 3 percent of
sales) …”. Jelas bahwa perkiraan budget untuk promosi hanya sekitar 1 sampai 3
persent dari penjualan.
Periklanan dengan media komunikasi massa cetak dan media komunikasi
massa elektronik ada kelebihan dan kekurangannya. Sehubungan dengan budgetpengeluaran promosi, maka harus dipikirkan, dipilih dengan cermat jenis periklanan
mana yang akan menjadi pilihan, sehingga perusahaan tidak rugi karena iklan yang
begitu gencar, canggih, dan membutuhkan biaya yang tinggi. Walaupun demikian
perusahaan tetap perlu mengadakan promosi yang sesuai dengan tingkat atau luasnya
usaha, agar semakin lama usaha itu dapat meluas, berkembang, dan meningkat
kuantitas pemasarannya.
0 komentar:
Post a Comment