MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KOMPETENSI TATA BUSANA
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KOMPETENSI TATA BUSANA |
Model mengajar atau pembelajaran harus mengandung suatu rasional yang
didasarkan pada teori, berisi serangkaian langkah strategi yang dilakukan guru maupun
siswa, didukung dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran dan metode untuk
mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Model mengajar menurut Joyce dan Weil (2000 :
13) merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan dalam menentukan tujuan dan
materi pembelajaran dan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
atau dalam bentuk pembelajaran lainnya. Beberapa model pembelajaran yang dapat
digunakan pada pembelajaran Tata Busana yaitu
a. Model Pembelajaran Individual
Pembelajaran secara individual tampak pada perilaku atau kegiatan guru waktu
mengajar yang menitik beratkan pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar pada
masing-masing siswa secara individual. Susunan suatu tujuan belajar yang didesain
untuk belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan
karakteristik siswa. Bentuk belajar mandiri ini diantaranya menggunakan modul dan
tidak tergantung pada orang lain. Untuk tujuan belajar meningkatkan kemampuan
kognitif dan psikomotorik lebih banyak ditempuh dengan belajar mandiri. Pada model
pembelajaran individual, guru memberikan bantuan kepada masing-masing siswa. Pada
pendekatan pembelajaran ini guru memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
masing-masing individu siswa, untuk belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
siswa. Masing-masing siswa mendapatkan paket belajar secara individual yang sesuai
dengan tujuan belajarnya secara individual juga.
Dalam pembelajaran individual masing-masing siswa :
- Menyusun program belajarnya sendiri.
- Memiliki keleuasaan untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri.
- Mempunyai kedudukan yang bersifat sentral, yang menjadi pusat pelayanan dalam
pembelajaran.
Posisi guru dalam model pembelajaran individual:
- Membantu siswa, membelajarkan siswa.
- Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan
daya dukung yang dimiliki siswa.
- Guru membicarakan mengenai pelaksanaan belajar siswa.
- Mengemukakan kriteria keberhasilan belajar.
- Menentukan alokasi waktu maupun kondisi belajar yang tepat bagi siswa secara
individual.
- Penasehat atau pembimbing belajar.
- Membantu siswa untuk mengadakan penilaian belajar dan kemajuan yang telah
dicapainya.
- Memonitor dan mengatur kegiatan belajar dari awal sampai akhir sesuai jadwal
yang disepakati.
Model Pembelajaran individual ini menggunakan pendekatan yang terbuka antara
guru dan siswa, yang menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi
hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar (Sagala Syaiful 2008 :
185)
b. Model Pembelajaran Klasikal
Pembelajaran klasikal memberi arti bahwa guru melakukan dua kegiatan sekaligus
yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran. Istilah klasikal bisa diartikan
sebagai secara klasik yang menyatakan bahwa kondisi yang sudah lama terjadi, bisa
juga diartikan sebagai bersifat kelas. Jadi pembelajaran klasikal berarti pembelajaran
konvensional yang biasa dilakukan di kelas selama ini, yaitu pembelajaran yang
memandang siswa berkemampuan tidak berbeda sehingga mereka mendapat pelajaran
secara bersama, dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus. Model yang
digunakan adalah pembelajaran langsung (direct learning). Pembelajaran klasikal tidak
berarti jelek, tergantung proses kegiatan yang dilaksanakan, yaitu apakah semua siswa
berartisipasi secara aktif terlibat dalam pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau
hanya mendengar dan mencatat. Pembelajaran klasikal akan lebih efektif jika
menggunakan metode tanya jawab, agar partisipasi dan aktivitas siswa tinggi. Pada
umumnya siswa akan belajar (berpikir-bekerja) secara individu, sehingga mereka dapat
melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri. Dengan teknik ini, indikator dari
pendekatan kontekstual tetap diperhatikan.
c. Model Pembelajaran Koperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib, sehingga mengembangkan pengetahuan,
sikap, nilai serta keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan
memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung
jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena
koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan
dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran
koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja
kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
d. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Model pembelajaran kontekstual (CTL) adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu peserta didik memahami makna yang ada pada bahan ajar yang
mereka pelajari dengan menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehariharinya
baik pribadi, sosial maupun kultural secara riil dan otentik. Sistem instruksional
dalam CTL mencakup aktivitas membuat hubungan yang bermakna, melahirkan
kegiatan yang signifikan, belajar mandiri terstruktur-teratur, kolaborasi, berpikir kritis
dan kreatif, mencapai standar tinggi, dan menggunakan penilaian otentik.
Komponen dalam CTL terdiri atas, pertama; konstruktivisme yaitu mengarahkan
peserta didik menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru secara mandiri
yang didasarkan pada pengetahuan tertentu, kemudian menghubungkannya dengan
konteks yang nyata terjadi. Kedua Bertanya, mengondisikan peserta didik untuk
berpikir kritis dan membuka dialog terbuka antara murid dengan murid, guru dengan
murid, murid dengan narasumber dan lingkungan. Ketiga, inkuiri, siklus proses dalam
membangun pengetahuan/konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, pengumpulan dan analisis data, menemukan simpulan, kemudian membangun
teori atau konsep.
Komponen keempat adalah komunitas belajar, berfungsi sebagai wadah komunikasi
untuk berbagi pengalaman dan gagasan kemudian menguji dan mengasahnya. Kelima
Pemodelan, menemukan dan membangun model yang dapat diaplikasikan dalam
konteks kehidupan masyarakat.
Keenam refleksi, melihat kembali atau merunut suatu kejadian, kegiatan dan
pengalaman teridentifikasi kelemahan, kekurangan, keterbatasan sebagai bahan
perbaikan dan penyempurnaan. Ketujuh, penilaian otentik, penilaian yang nyata dan
menyeluruh terhadap seluruh aspek pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku, dan
kepribadian dengan memperhatikan proses dan hasil belajar.
e. Model Pembelajaran Sinektik
Sinektik merupakan model pembelajaran yang termasuk pada rumpun model
pribadi. Model pribadi merupakan model mengajar yang berorientasi pada
perkembangan diri individu, yang menitikberatkan pada psikologi individual dan
pengembangan kreativitas. Kretifitas merupakan kegiatan sehari-hari, yang berlangsung
seumur hidup, model ini dikembangkan dengan maksud untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah (problem solving), ekspresi kretif, empati, insting
dalam hubungan sosial. Ide-ide yang bermakna dapat meningkatkan aktivitas kretif
melalui bantuan daya fikir yang lebih kaya.
Proses kreatif bukan hal yang misterius, tetapi dapat diuraikan dan mungkin dapat
dimanfaatkan untuk melatih individu guna meningkatkan kretifitas mereka. Dalam
pembelajaran sinektik siswa didorong untuk menciptakan sesuatu yang baru, strategi
ini dirancang untuk mengenal keanehan, akan membantu para siswa memahami
masalah, ide atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas proses
kreatif.
f. Model Pembelajaran Bekerja Langsung (Learning By Doing)
Model pembelajaran pengalaman (learning by doing) adalah proses pendidikan yang
menggunakan pengalaman sebagai media sekaligus sumber pembelajaran. Dalam
model ini peserta didik diarahkan untuk mengalami sesuatu dan secara aktif berusaha
menggali pemahaman, kemudian menemukan makna dan nilai dari pengalaman
tersebut. Pengalaman dapat bersumber dari keadaan dan peristiwa sebenarnya atau
simulasi dari kondisi nyata. Dari pengalaman itu peserta didik mendapat pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan dorongan untuk melakukan aksi.
Pendekatan pembelajaran bekerja langsung (learning by doing) dalam aktifitas
kegiatan pembelajaran seyogianya melibatkan minat, tujuan, perilaku dan belajar
mengalami pada situasi yang sesungguhnya. Pendekatan pembelajaran ini lebih
mengembangkan hasil yang nyata dan kecakapan, karena memiliki fungsi sebagai
berikut :
a. Mengenalkan beberapa realita dalam pengajaran; (1) mengembangkan materi
pembelajaran dari realitas sekitar, tidak hanya dari apa yang ada di buku, (2)
mengundang praktisi ke dalam kelas untuk menambah wawasan siswa dalam rangka
melengkapi penjelasan guru baik secara teori maupun praktek.
b. Melaksanakan serangkaian pengajaran langsungdengan melibatkan siswa untuk
memecahkan masalah dengan bimbingan guru; (1) memperhatikan kebebasan
akademik guna mengembangkan prinsip berdasarkan sikap saling menghormati dan
memperhatikan satu sama lain (guru dan murid, murid dan murid lainnya). (2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berpartisipasi dalam
merencanakan kegiatan, melakukan proses dan pengambilan keputusan.
Aktifitas pembelajaran learning by doing merupakan pendekatan interaktif edukatif
yang sangat efektif, karena peserta didik melakukan demonstrasi dan eksperimen
dengan mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil uji coba.
0 komentar:
Post a Comment