, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Mengajarkan Anak Mengendalikan Emosi

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Mengajarkan Anak Mengendalikan Emosi

Mengajarkan Anak Mengendalikan Emosi



Dalam sebuah hadis disebutkan
bahwa, dengan puasa kita
belajar mengendalikan hawa
nafsu serta mengendalikan setan
yang menipu dan menjebak kita.
Saat berpuasa, kita membelenggu
setan, membuka pintu surga dan menutup
pintu neraka.



Seorang peneliti dari Univesitas

Pennsylvania, Amerika Serikat, Cynthia
Stifter Ph D menyebutkan, dua
ciri pengendalian diri pada anak.
Pertama, kemampuan untuk mengendalikan
dorongan-dorongan melakukan
sesuatu dan mengendalikan
keinginan akan sesuatu. Kedua, kemampuan
anak mematuhi norma sosial
tanpa pengawasan. Kedua hal itu
dilakukan karena adanya kerelaan.


Dalam penelitiannya, Stifter mengungkap
bahwa kemampuan mengendalikan
diri pada anak membentuk
fleksibilitas dalam beradaptasi
dengan berbagai situasi. Pengendalian
diri, yang termasuk di dalamnya
menunda kepuasan, berkaitan dengan
prestasi belajar anak di sekolah
dan pergaulan.


Konsultan pendidikan dari Amerika

dan penulis buku Building Moral Intelligence:
The Seven Essential Virtues
That Teach Kids to Do the Right
Thing, Dr Michele Borba mengatakan,
pengendalian diri merupakan
salah satu aspek kecerdasan moral.
Disamping aspek lain seperti menolong
orang lain dan berempati.
“Dalam penelitian saya lebih dari
duapuluh tahun ini, anak-anak muda
yang melakukan kejahatan sangat
kurang cerdas dalam hal moralitas,”
ujar Borba.


Stifter menambahkan, keterampilan

mengendalikan diri berkembang
melalui tiga fase. Fase pertama, yaitu
sampai anak berusia sekitar 18 bulan,
disebut fase kontrol. Anak-anak
usia itu perilakunya masih dikendalikan
dari luar, oleh orang dewasa di
sekitarnya.
Fase kedua, disebut fase pengendalian
diri (self control), ditandai
dengan kesadaran anak melakukan
kewajiban tanpa pengawasan. Fase
ketiga atau yang terakhir, adalah
kemampuan anak menyesuaikan
dan mengatur diri dalam berbagai
kondisi.



Dia menuturkan, pengendalian diri

dapat dilatihkan pada anak-anak
sejak usia bawah lima tahun (balita).
Misalnya, anak usia empat tahun
dapat dilatih memahami isi pembicaraan
orang lain. Saat dia menginginkan
sesuatu, ajak anak berpikir
apakah keinginannya itu hanya keinginan
sesaat, ataukah kebutuhan
jangka panjang.

0 komentar:

Post a Comment