Korea Selatan; Melirik Masa Lalu Negeri Ginseng |
Korea Selatan; Melirik Masa Lalu Negeri Ginseng
Kemajuan pesat di bidang
teknologi dan ekonomi,
tak membuat bangsa Korea
lupa akan sejarahnya.
Selain membangun Seoul
World Cup Stadium yang
megah dan mewah, Korea
tetap melestarikan
bangunan bersejarah.
Setidaknya ada tujuh bangunan
bersejarah yang terawat baik.
Setidaknya terdapat empat
istana raja, yakni Changdeokgung
Palace, Changyeonggung Palace,
Deosugung Palace, dan Gyeongbokgung
Palace. Ada pula Namsangol
Hanok Maeul (perkampungan tradisional
Korea), Prehistoric Dwelling di
Amsa-dong (hunian prasejarah), dan
Istana Unhyeongung.
Beberapa museum berlokasi di
Seoul. Museum Nasional, didirikan
di Seoul pada 1945. Museum ini
memiliki koleksi arkeologi Korea,
kebudayaan, dan benda seni kuno.Cabang Museum Nasional berada di
delapan kota besar.
Seoul juga merupakan tempat bagi
National Museum of Modern Art, the
National Folklore Museum, dan the
War Memorial Museum. Di antara
bangunan bersejarah yang ada,
pantas untuk ditengok adalah Namsangol
Hanok Village, perkampungan
khusus yang hanya ditempati orangorang
kaya Korea masa lalu. Namsangol
Hanok Village ini dibangun
sekitar tahun 1.400.
Terletak di daerah Jung-gu, Seoul,
di belakang deretan gedung-gedung
tinggi modern, pengunjung harus
melewati pintu gerbang tinggi yang
terbuat dari kayu kokoh untuk memasuki
perkampungan ini. Sesaat
melewati pintu, pandangan langsung
tertuju ke Namsan (Gunung Selatan).
Di Namsan ini terdapat Namsan
Seoul Tower, menara tertinggi di Korea.
Sebenarnya, kalau dibandingkan
dengan di Indonesia, Namsan tidak
tepat disebut gunung. Ketinggiannya
saja cuma 262 meter. Lebih cocok
jika Namsan disebut bukit. Tapi, itulah
Korea.
Berjalan sekitar 50 langkah dari pintu
gerbang, lokasi Namsangol Hanok
Village terasa makin lega. Lima rumah
berbahan kayu dengan atap
berbentuk kotak persegi ciri khas
rumah tradisional Korea, tampak
mengelilingi area tersebut. Rumah ini
dibangun kembali dari rumah zaman
Dinasti Joseon.
Hamparan rumput hijau dan kolam
dengan air keperakan, menambah
sejuk suasana di perkampungan itu.
Burung-burung yang dibiarkan berkeliaran
pun menyapa pengunjung
dengan siulannya yang nyaring.
Rumah orang kaya Korea masa
silam, terbagi dalam empat bagian.
Bagian pertama yang berukuran
lebih besar, ditempati oleh kepala
keluarga. Sementara bagian kedua
yang lebih kecil, menjadi tempat bagi
istri dan anak-anak.
Orang Korea suka sekali makan kimchi,
terutama orang tua. Serasa takmakan bila tanpa kimchi. Karenanya,
di saat musim dingin, mereka menyimpan
kimchi. Bahan baku kimchi
yakni sayur-sayuran, tak mudah ditemui
saat musim dingin.
‘’Kebanyakan orang Korea memiliki
dua kulkas. Satu kulkas besar khusus
untuk menyimpan kimchi, dan
satunya lagi untuk bahan makanan
sehari-hari,’’ jelas pemandu wisata
asal Korea yang sudah mahir berbahasa
Indonesia.
Semua bagian rumah ini dikelilingi
pagar tinggi sekitar dua meter. Pagar
tinggi ini membuat anak-anak
tak bisa mengetahui suasana di luar
rumah. Tak kurang akal, untuk bisa
melihat kondisi di luar rumah, anakanak
main timbangan (neolttwigi).
Dengan timbangan itu, mereka dapat
melompat tinggi, sehingga mengetahui
apa yang terjadi di luar rumah.
Mainan anak-anak lainnya yang tersedia
di lapangan utama Namsangol
Hanok Village adalah yunnori -- permainan
tradisional terbuat dari kayu, dan tuho anak
panah.
Di akhir pekan, kompleks perumahan ini seringkali
menggelar pernikahan tradisional Korea
yang bertempat di rumah Bak Yeong Hyo.
Seremoni pernikahan tradisional ini banyak
digelar saat musim semi dan musim hujan,
bukan di musim dingin (November-Februari).
Taman tradisional yang layak dikunjungi adalah
Yongsan Family Park. Taman yang juga
berada di kota Seoul ini termasuk kompleks
bangunan yang punya akar sejarah perjuangan.
Tempat ini, pada tahun 1592, menjadi
pangkalan militer tentara Jepang ketika
menginvasi Korea atau yang dikenal sebagai
Imjinwoeran War.
Pasukan militer PBB dan Amerika Serikat
(AS) juga menjadikan kompleks ini sebagai
markas selama pecah Perang Korea pada
1950. Sejak saat itu, lokasi ini menjadi tempat
main golf tentara AS, hingga akhirnya
diambil-alih oleh Pemerintah Metropolitan
Seoul pada November 1992 untuk dijadikan
taman publik.
Secara historis, Korea sangat dipengaruhi
kebudayaan Cina. Sekaligus, menjadi
perantara masuknya kebudayaan Cina ke
Jepang. Korea mengadopsi banyak kesenian
Cina yang dipadu dengan inovasi, sehingga
membuat kebudayaan Korea berbeda.
Selama beberapa abad, karya logam, seni
pahat, lukisan, dan keramik tumbuh subur
di seluruh Semenanjung Korea. Ajaran Buddha
memberi sumbangan signifikan dalam
bidang seni. Konfusianisme menitikberatkan
akan pentingnya karya sastra, kaligrafi, serta
lukisan.
Masyarakat Korea mulai memasukkan budaya
Barat setelah Korea membuka diri padaakhir tahun 1800-an. Selama pemerintahan
kolonial Jepang (1910-1945), tradisi kebudayaan
lokal sangat dikucilkan.
Walau begitu, masyarakat Korea tetap berusaha
melestarikan kebudayaan mereka.
Masyarakat Korea memberi apresiasi tinggi
pada warisan kebudayaan mereka. Pemerintahmemberikan dukungan terhadap kesenian
tradisional dan kesenian modern, dengan
mengucurkan dana dan program pendidikan
serta menjadi sponsor bagi kompetisi pameran
nasional setiap tahunnya.
Orang Korea suka
sekali makan kimchi,terutama orang
tua. Serasa tak makan
bila tanpa kimchi.
Karenanya, di saat
musim dingin, mereka
menyimpan kimchi.
Bahan baku kimchi
yakni sayur-sayuran,
tak mudah ditemui
saat musim dingin.
0 komentar:
Post a Comment