, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Haruskah Berhenti Kerja Saat Hamil?

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Haruskah Berhenti Kerja Saat Hamil?

Haruskah Berhenti Kerja Saat Hamil?



Saat sedang sibuk berkarier, tiba-tiba Anda hamil. Haruskah berhenti dan fokus

pada kehamilan? Berbagai pertanyaan pun muncul, apakah pekerjaan saya ini
bisa membahayakan bayi saya? Haruskah saya berhenti bekerja saja? Inilah dua
hal yang bisa menjadi bahai pertimbangan sebelum memutuskan.


lebih baik dari anak yang ibunya bekerja.

Penelitian sudah membuktikan hal tersebut.
“Anak-anak yang ibunya bekerja di kantor
memiliki ikatan yang erat dengan ibu mereka,
mudah menyesuaikan diri secara sosial
maupun emosional. Bahkan, mereka juga
lebih mandiri,” papar Ellen Galinsky, dalam
bukunya, Ask the Children: What America’s
Children Really Think About Working Parents.


Selain itu, mereka juga memiliki perkembangan

fisik dan intelektual yang tidak kalah dengan
anak-anak yang ibunya di rumah. Terlepas dari bekerja
atau tidaknya si ibu, yang paling penting adalah
seberapa hangat, sensitif, dan bertanggung jawabnya
para ibu kepada anak mereka, serta seberapa puas si
ibu menghadapi peran dan situasinya sebagai orangtua.
Bila berhenti bekerja, belum tentu Anda bisa mendapatkan
kesempatan yang sama untuk bekerja kembali
nantinya. Seringkali, karier perempuan mengalami
penurunan jika mereka berhenti bekerja atau bekerja
paruh waktu sesudah melahirkan. Jadi, pikirkanlah dulu
secara masak-masak sebelum mengambil keputusan
untuk berhenti bekerja.


Apakah pekerjaan si ibu bisa membahayakan janin?



“Beberapa jenis pekerjaan mungkin bisa memicu terjadi
keguguran, berat lahir bayi yang rendah, kelahiran
prematur atau bayi lahir cacat,” jelas Elizabeth Whelan,
Ph.D.,ahli epidemiologi dari The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH).


Tapi, itu bisa dicegah dengan meminimalisir hal-hal
berikut. Pertama, zat-zat kimia seperti zat timbale.
Kedua, radiasi sinar X, yang biasanya bisa dialami oleh
pekerja kesehatan, peneliti di laboratorium.


Ketiga, Cytomegalovirus, hepatitis B, HIV, rubella, dan

cacar air yang bisa memengaruhi si janin maupun ibu.
Pekerjaan yang berisiko tinggi terkena misalnya guru
atau perawat anak. Perawat hewan atau dokter hewan
juga harus mewaspadai virus toksoplasmosis.



Ketiga, berdiri terlalu lama, mengangkat barang-barang

berat, dan tugas-tugas sejenis, cairan dry cleaning dan
bekerja malam dan kerja lembur. Tapi, apa pun pilihan
Anda: berhenti atau tidak berhenti bekerja, tidak ada
pilihan yang salah. Yang penting adalah Anda benarbenar
menyadari konsekuensinya dan bisa menikmati
pilihan yang sudah Anda putuskan.

0 komentar:

Post a Comment