Teknik Perintangan Ikat Celup |
Teknik Perintangan Ikat Celup
Motif-motif pada kain yang dihasilkan dengan cara ikat celup ini, selain
tergantung dari cara pengikatannya, juga tergantung pada lamanya proses
pewarnaan kainnya. Dalam ikat celup, perintangan warna sebenarnya tidak
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan ikatan tali saja, tetapi juga dapat
dilakukan dengan beberapa cara lain, seperti menggunakan bundelan pada kain
atau menggunakan jahitan pada kain.
Adapun teknik perintangan yang digunakan dalam ikat celup:
1. Jumputan
Jumputan diperoleh dengan mencomot atau menjumput untuk
kemudian diikat dengan tali, lalu dicelup atau diwarnai kemudian tali
dilepas. Setelah kain dilepaskan ikatannya, maka pada bagian yang diikat
akan tetap berwarna putih. Kain jumputan juga sering disebut kain
“plangi”, karena pada hakekatnya kain pelangi merupakan kain jumputan
dengan cat warna dan ragam hias yang lebih bervariasi. (Nian, 1990:93)
Jumputan akan lebih bervariasi bila digabung dengan cara
pengikatan talinya, pengikatan dapat dilakukan dengan ikatan tunggal,
ganda maupun bersilang. Sehingga efek yang dihasilkan akan lebih unik.
2. Tritik/Teritik
Tritik didapat dengan cara menjelujur kain menurut corak yang
diinginkan. Teknik ini dilakukan dengan proses penjahitan terlebih dahulu
pada helai kain yang hendak di celup sesuai pola, setelah dijelujur benang
ditarik sehingga jelujuran tadi jadi rapat dan menjadi satu gumpalan kain.
Kemudian diberi warna (dicelup), lalu benang dicabut maka akan didapat
ragam hias berwarna putih menurut jelujuran tadi. (Nian, 1990:90)
3. Lipat
Teknik ini berupa lipatan-lipatan, setelah kain dicelup. Caranya
dengan melipat kainnya (kain diwiru) dan menekan kainnya dengan ikatan,
lalu kemudian dicelup zat warna. Setelah kain dicelup barulah ikatan
dilepaskan dan hasilnya kain yang dilipat dan terkena ikatan akan tetap
berwarna putih, sedangkan sisi kain yang tidak terkena ikatan akan
terwarna. (BBKB, 1988:14)
Efek lipatan yang unik akan didapat jika teknik ini digabung dengan
cara pengikatan dengan menambahkan bahan perintang lainnya diantara
kain yang dilipat. Selain itu efek lipatan juga dipengaruhi oleh ketebalan
kain yang dilipat dan cara melipatnya.
4. Bundelan (simpul)
Teknik bundel (simpul) ini akan menyebabkan bagian kain yang
dibundel akan sulit untuk dimasuki zat warna, sehingga pada bagian yang
dibundel atau disimpul akan timbul motif. Ada beberapa teknik bundel atau
simpul yang digunakan untuk mendapatkan berbagai efek bundelan.
Sebagai contoh menyimpul panjang dengan tiga simpulan dan menyimpul
persegi dengan sebuah simpul ditengah dan empat simpulan bagian sudut.
(Berkeley, 1974:44)
Efek yang diperoleh teknik ini hampir menyerupai efek marmer
tetapi lebih teratur sesuai dengan cara menyimpulkan kain dan jarak tiap
bundelan.
5. Remasan atau Smock
Remasan atau smock merupakan cara meremas kain dengan tidak
beraturan lalu diikat sehingga kain berbentuk seperti bola dan kemudian
dicelup. Cara remasan atau smock ini dapat memberikan tekstur seperti
marmer pada permukaan kainnya. (Berkeley, 1974:56)
Dari berbagai macam teknik yang telah di sebutkan diatas bahwa
ikat celup dalam proses pembuatan motifnya bisa dibuat dengan teknik
cabut warna., teknik ini merupakan pengembangan dari ikat celup yang
prosesnya menggunakan warna asli dari kain tersebut atau selembar kain
putih yang diwarna, diikat dan di lunturkan dengan menggunakan pemutih
tekstil, corak warna yang dihasilkan terdapat pada bagian kain yang diikat.
Cabut warna adalah proses pencabutan warna yang tidak di inginkan / di
hilangkan seingga membentuk motif. Cabut warna merupakan salah satu
hasil apresiasi manusia yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai
estetis, nilai jual pada kain dan akan manambah keragaman unsur garis,
bidang, warna pada kain ikat celup
0 komentar:
Post a Comment