PEMANFAATAN PERIKLANAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI BUSANA |
PEMANFAATAN PERIKLANAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI BUSANA
Memasarkan dan mempromosikan produksi busana tidak diperlukan
media iklan, apabila hasil penjualan yang diinginkan biasa-biasa saja.
Produksi busana akan laku dengan sendirinya jika kualitas memadai,
jaringan pemasaran luas, relasi terjalin rapi, harga yang murah dan
promosi seperlunya serta produksi busana laku terjual. Akan tetapi, jika
ingin produksi busana lebih mapan, mantap, terjamin dalam jangka
panjang dapat bertahan di dunia pemasaran, bagaimanapun juga media
iklan melalui media massa dan media komunikasi massa diperlukan untuk
mengikat hati pelanggan, meraih pelanggan baru, untuk melipat gandakan
laba.
Dalam pelaksanaannya pemanfaatan iklan diperlukan, terutama
dipergunakan untuk tujuan ekonomi seperti ungkapan ”Perorangan
maupun kelompok semakin sering menggunakan komunikasi massa untuk
tujuan ekonomi, misalnya untuk jual beli barang, pelayanan (servis) kepada
publik, jual beli gagasan atau jasa” (Kustadi Suhandang, 2005 : 20).
Dengan periklanan dapat mempromosikan barang termasuk produksi
busana kepada costumer yang memerlukan dan meminatinya.
Dalam periklanan, terkait dengan seorang fashion director yang seyogianya
mempunyai kemampuan untuk memperlihatkan bagaimana bekerja
dengan efektif, sehingga para consumer yakin bahwa busana yang
dipilihnya adalah yang terbaik sesuai keperluan dan seleranya.
Pada pelaksanaannya iklan juga harus diperbaharui dalam setiap
periode tertentu agar tidak jenuh bagi para pembaca, pendengar, dan atau
pirsawan. Untuk itu, maka setiap perusahaan produksi busana harus
memiliki staf personal yang menangani publikasi dan promosi, termasuk
penanganan periklanan, promosi busana. Tim personal tersebut harus
membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi periklanan. Tim ini
harus memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan survey selera
masyarakat, survey perkembangan daya beli masyarakat, survey
kepuasan masyarakat pada produk. Tim ini pun perlu mengadakan
pemantauan pasar, dan hasil pemantauan harus menjadi acuan untuk
pengembangan iklan dalam memacu pengembangan usaha.
Untuk itu tim iklan harus memiliki pola perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pengembangan iklan. Tim ini juga harus memiliki sejumlah
orang sebagai tim kreatif iklan. Pola tersebut menyangkut hal-hal jenis
iklan, komposisi iklan, kelebihan dan kekurangan iklan, dan kendala iklan.
Tim kreatif perlu mengetahui tentang kategori periklanan retail, khususnya
untuk periklanan busana, yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori
seperti yang dikemukakan oleh Susan Goschie (1986 : 145 – 146) ”Retail
advertising can be devided into three categories : promotional advertising,
fashion item or category advertising, and institutional advertising”.
Promotional advertising yaitu mempromosikan penjualan barang
yang akan didagangkan, termasuk berbagai barang bidang busana. Tipe
periklanan ini berusaha untuk membawa costumer ke toko untuk memperoleh
busana, aksesoris yang spesifik, dengan uang yang sesedikit
mungkin dan memperoleh barang yang cukup banyak. Fashion item atau
category adverstising dimaksudkan untuk menjual barang-barang secara
spesifik, harga tetap dengan barang-barang yang terpilih atau dengan
kualitas tinggi. Tipe periklanan ini dengan memperlihatkan foto busananya
atau didemonstrasikan sehingga costumer akan memiliki interpretrasi
pada busana tersebut dan membelinya. Cooperative advertising yaitu
periklanan yang dilakukan dengan usaha kerjasama, misalnya antara
yang memiliki toko atau penjual dengan lembaga usaha produksi atau
produsen, misalnya lembaga produksi busana dan penjual bersama-sama
melakukan promosi dengan iklan atas dana bersama.
Dalam pemanfaatan iklan untuk peningkatan produksi busana,
tentu perlu dirancang bentuk iklan, jenis iklan yang mana yang tepat dipilih
yang sesuai dengan sasaran jangkauan pembeli dari tingkat sosial
ekonomi yang dimaksud yang juga terkait dengan selera konsumen.
Pilihan jenis iklan yang tepat, tepat waktu, produksi busana sesuai trend
mode dan selera konsumen sasaran, penataan iklan menarik konsumen,
dan sesuai dana yang tersedia, maka peluang peningkatan produksi dan
penjualan cenderung melaju setiap saat.
Untuk keberlangsungan perusahaan busana dan perusahaan iklan
harus memiliki hubungan yang saling menguntungkan atau simbiose
mutualism, yaitu perusahaan busana memerlukan perusahaan iklan dan
sebaliknya perusahaan iklan memerlukan perusahaan busana. Busana
dibutuhkan masyarakat sebagai kebutuhan primer, sekunder, dan tertier.
Dalam pada itu iklan merupakan kebutuhan nyata untuk pengembangan
suatu usaha. Oleh karena itu kedua bidang usaha tersebut harus ada
kerja sama formal dan informal untuk pengembangan usaha melalui iklan.
Busana sebagai kebutuhan manusia dapat diperoleh dengan
membuat sendiri atau membuat melalui jasa orang lain dan membeli
busana jadi. Cara orang memperoleh busana yang sesuai keperluan dan
selera, bersifat individual atau massa terbatas, seperti melihat pajangan di
etalase, ditampilkan dalam mode show, dan pameran. Untuk mengatasi
persoalan ini para ahli publisitas mencoba mempromosikan produksi
busana ke dalam bentuk perikalanan, yang dapat ditempuh dengan dua
cara, yaitu melalui media massa dan media komunikasi massa.
Iklan yang tepat, yang menarik minat costumer, perlu didukung
dengan perencanaan iklan yang cermat dan produksi busana yang sesuai
keperluan dan selera masyarakat. Untuk itu diperlukan tim iklan yang
memiliki pola perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan.
Pengembangan iklan, khususnya untuk promosi busana diperlukan pada
setiap periode agar tidak jenuh bagi para pembaca, pendengar, dan
pirsawan. Tim iklan perlu memiliki kemampuan yang tinggi untuk survey
selera masyarakat, daya beli masyarakat, harga, dan kepuasan
masyarakat pada produk.
DAFTAR PUSTAKA
Arifah A. Riyanto. 2003. Teori Busana. Bandung : YAPEMDO.
Artini Kusmiati R, Sri Pudjiastuti, Pamudji Suptandar. 1999. Disain
Komunikasi Visual. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Frings, Gini Stephen. 1987. Fashion From Concept to Consumer. New
Jersey : Printice-hall., Englewood Cliffs.
Gibson, Rowan. (Ed). Dengan Pengantar Heide dan Alwin Toffler. 1998.
Rethingking The Future (Memikirkan Kembali Bisnis, Prinsip,
Persaingan, Kontrol dan Kompleksitas, Kepemimpinan, Pasar dan
Dunia). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goschie, Susan. 1986. Fashion Direction And Coordinate. USA :
Macmillan, Inc.
Haryokoesoemo, F. 1977. Kursus Lengkap Tentang Reklame. Bandung :
Vicanata.
Kustadi Suhandang. 2005. Periklanan, Manajemen, Kiat dan Strategi.
Bandung : Penerbit Nuansa.
0 komentar:
Post a Comment