DEPRESIASI |
DEPRESIASI
Depresiasi secara umum diartikan dengan sejumlah ongkos yang harus disediakan (dicadangkan) perusahaan pada setiap periode waktu tertentu untuk melakukan penggantian mesin, alat, atau fasilitas-fasilitas lain yang termasuk harta tetap (kecuali tanah) setelah umur ekonomis dari mesin, alat, atau fasilitas-fasilitas tersebut telah terlampaui (Arman Hakim, 2006: 175).Depresiasi dalam akuntansi mempunyai beberapa pengertian, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai pasar. Kesepakatan harga antara penjaual dan pembeli terhadap suatu barang dimana penjual bermaksud untuk menjual dan pembeli untuk membeli.
2. Nilai pakai. Nilai ini berkaitan dengan pemilikan atas suatu barang atau peralatan. Barang atau peralatan yang mempunyai nilai pakai tertentu bagi pemiliknya sebagai sebuah unit pelaksana kegiatan.
3. Nilai layak. Nilai ini biasanya disebabkan oleh ketidakcocokan akan harga barang tertentu sehingga terjadi tawar-menawar antar penjual dan pembeli yang akhirnya harga barang terakhir dianggap layak untuk melaksanakan penjualan dan pembelian.
4. Nilai baku. Nilai atas suatu pemilikan yang (book value) dihitung pada saat pembelian dan pada saat tertentu setelah dipakai (sebelum tercapai umur ekonomisnya).
5. Nilai sisa. Nilai atas suatu pemilikan pada saat umur ekonomis tercapai.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penghitungan nilai depresiasi suatu barang, yaitu harga beli, nilai sisa, dan umur ekonomis. Metode yang dapat digunakan untuk menghitung ongkos depresiasi antara lain: metode garis lurus, metode jumlah angka tahun pemakaian, dan metode keseimbangan menurun.
Metode garis lurus (straight line balance) merupakan metode penghitungan depresiasi yang paling sederhana dan mudah dimengerti sehingga banyak digunakan. Pada metode ini ongkos depresiasi merupakan suatu harga yang konstan sehingga nilai buku (book value) akan berkurang secara linier selama periode depresiasi tersebut. Adapun rumus depresiasi dengan metode garis lurus adalah:
Dt =
BVt = P-t.Dt
d =
keterangan: t = tahun ke- (t=1,2,...,n)
Dt = nilai depresiasi tahunan
P = investasi awal (harga beli awal)
SV = salvage value (nilai sisa)
n = umur ekonomis aset tetap
BVt = book value (nilai buku)
d = tingkat depresiasi
Contoh:
Apabila diketahui nilai investasi awal mesin bordir adalah Rp5.000.000,00 dengan nilai sisa Rp1.000.000,00 setelah 5 tahun. Hitunglah nilai depresiasi tahunan dan nilai buku!
Dt = = /tahun (selama 5 tahun)
BVt = P-t.Dt (t=1,2,3,4,5)
BV1=5.000.000-1(800.000) = 4.200.000
BV2=5.000.000-2(800.000) = 3.400.000
BV3=5.000.000-3(800.000) = 2.600.000
BV4=5.000.000-4(800.000) = 1.800.000
BV5=5.000.000-5(800.000) = 1.000.000 (nilai siasa aset mesin bordir)
Ongkos depresiasi merupakan suatu ongkos yang tidak keluar daru saku perusahaan secara riil. Oleh karena itu, depresiasi ini harus dikelola dengan baik sehingga dapat digunakan untuk mengurangi pajak penghasilan. Dalam struktur biaya, ongkos depresiasi dimasukkan dalam komponen biaya operasi.
PENENTUAN HARGA POKOK OPERASI
Semua sistem yang digunakan untuk mendapatkan biaya menufaktur maupun operasi pada sistem jasa merupakan bagian/gabungan dari 2 tipe umum, yaitu biaya job order dan sistem biaya operasi.Pada sistem job order, setiap pekerjaan dapat diidenifikasikan secara terpisah pada seluruh operasi dengan pemberian nomor masing-masing untuk setiap pekerjaan sehingga biaya-biaya diakumulasikan oleh pekerjaan-pekerjaan yang terpisah. Metode ini digunakan pada pasar tradisional dan produk yang dibuat untuk tujuan disimpan.
Pada sistem biaya proses, biaya-biaya diakumulasikan oleh departemen-depatemen atau proses-proses pada periode waktu tertentu. Biaya per unit untuk tiap-tiap departemen atau proses didapat dengan cara membagi total biaya pada waktu yang ditetapkan dengan jumlah unit yang diproduksi selam waktu tersebut. Metode ini sering diaplikasikan pada industri dengan tipe continuous process yang membuat produk tunggal atau beberapa produk dan banyak tipe yang berada operasi-operasi produksi.
Dalam penentuan harga pokok produksi dipengaruhi beberapa elemen biaya, diantaranya tiga elemen pokok biaya yang terdapat pada industri/usaha.
1. Biaya bahan baku (material cost), yang terdiri dari biaya bahan baku langsung (direct material cost) dan biaya tidak langsung (indirect material cost).
2. Biaya tenaga kerja (labour cost) yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) dan biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labour cost).
3. Biaya overhead usaha (indirect manufacturing expense).
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya semua bahan yang secara fisik dapat diidentifikasikan sebagai bagian dari produk dan biasanya merupakan bagian terbesar dari bahan pembentuk harga pokok
produksi. Sebagai contoh dalam industri garmen, maka biaya bahan baku langsung adalah biaya pengadaan kain. Sementara itu, kancing baju, zipper termasuk ke dalam biaya bahan baku tidak langsung.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan semua biaya yang berkaitan gaji dan upah seluruh pekerja yang secara praktis dapat diidentiifikasikan dengan kegiatan produksi (pengolahan dari bahan baku menjadi output). Contohnya adalah upah bagi operator bagian pattern maker, cutting, dan sewing. Sementara itu, tenaga keamanan, kebersihan, maupun perawatan (maintenance) termasuk dalam biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya overhead usaha meliputi semua biaya produksi selain komponen biaya utama (yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung) yang digunakan untuk menunjang atau memperlancar proses produksi dan dibebankan pada pabrik. Contohnya adalah biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya maintenance, biaya depresiasi, dan lainnya.
Komponen-komponen biaya tersebutlah yang menjadi dasar untuk membuat perhitungan harga pokok produksi. Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mencari Harga Pokok Produksi (HPP) adalah sebagai berikut:
HPP = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung
HPP = Biaya Variabel + Biaya Tetap
HPP = Biaya Prima + Biaya Overhead Usaha
Biaya Prima adalah Biaya Bahan Baku Langsung + Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Harga pokok produksi ini akan menjadi dasar dalam menentukan harga jual produk. Pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual adalah sebagai berikut
Harga Jual = HPP + Laba (yang diinginkan produsen) + Pajak
Harga Jual = HPP x Persentase Mark-up (yaitu 100% + % laba)
0 komentar:
Post a Comment