Proses Pembuatan Lurik |
Proses Pembuatan Lurik
Proses penenunan adalah salah satu teknik pembuatan kain yang dibuat
dengan menyilangkan benang–benang membujur menurut panjang kain (benang
lungsi) dengan isian benang melintang menurut lebar kain (benang pakan) secara
tegak lurus membentuk 90◦ (Goet Puspo,2009: 26). Benang adalah susunan serat
serat yang teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan jumlah antihan
tertentu yang diperoleh dari suatu pengolahan yang disebut pemintalan (Abdul
Latief Sulam, 2008 : 12). Serat-serat yang dipergunakan untuk membuat benang
dapat berasal dari serat alam maupun serat buatan. Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (disebut stapel) dan ada yang mempunyai panjang
tidak terbatas (disebut filamen). Lurik sendiri dibuat dari bahan dasar yaitu
benang yang ditenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin atau ATBM. Alat
tenun adalah alat untuk menganyam benang – benang yang letaknya membujur
(benang lungsi) dan benang yang pada alat ini melintang (benang pakan).
Proses awal pembuatan kain lurik sangat berbeda dengan proses
pembuatan kain batik. Kain batik dibuat dengan menggambar motif terlebih
dahulu pada kertas baru kemudian dipindahkan pada kain, namun pada lurik
proses awal pembuatan yaitu melakukan pewarnaan pada benang dengan
merendam benang dalam larutan pewarna. Proses perendaman ini sama saja
dengan proses pembuatan motif, karena pada lurik penentuan motif dimulai dari
awal proses pewarnaan benang. Setelah proses pewarnaan selesai dilanjutkan
dengan penjemuran benang. Benang yang sudah diwarna dan dijemur hingga
kering kemudian dilakukan proses kelos dan palet atau dapat disebut proses
memintal. Kegunaan proses ini untuk mempermudah dalam menata benang
setelah proses pewarnaan dan penjemuran. Pada proses ini benang dipintal
menjadi gulungan-gulungan kecil.
Proses penggulungan benang selesai dilanjutkan dengan proses sekir atau
proses penataan benang menjadi motif. Proses ini membutuhkan kesabaran,
ketelatenan dan keahlian yang luar biasa, karena proses ini merupakan proses
yang paling rumit dalam pembuatan lurik. Penenun harus menata benang satu
persatu sesuai dengan motif yang diinginkan pada alat sekir. Satu buah kain lurik
membutuhkan ± 2100 helai benang yang ditata untuk menghasilkan lurik selebar
70 cm. Setiap motif pada lurik memiliki rumus yang berbeda-beda, sedangkan
lurik sendiri memiliki berbagai macam jenis motif baik yang motif klasik maupun
motif kontemporer. Beberapa contoh motif lurik adalah sebagai berikut:
Lurik corak dam-daman Corak ketan ireng Corak dom kecer
Corak loro-pat Corak telu-telu Corak bribil
Proses selanjutnya adalah nyucuk yaitu memindahkan desain motif ke alat
tenun. Benang-benang yang sudah ditata membentuk motif di alat sekir kemudiandipindahkan pada alat tenun. Satu persatu benang dimasukan ke alat yang
menyerupai sisir dengan bantuan seseorang untuk menerima benang yang sudah
dimasukkan ke alat sisir tersebut. Benang-benang yang sudah dipasang pada alat
tenunan kemudian di lanjutkan dengan proses menenun menggunakan alat tenun
bukan mesin (ATBM). Proses menenun sendiri dilakukan dengan menselaraskan
antara gerakan kaki dengan tangan untuk memasukan benang pakan pada
rentangan benang lusi
ATBM dan ATM
ATBM adalah singkatan dari Alat Tenun Bukan Mesin dan ATMsingkatan dari Alat Tenun Mesin. Menurut perkembangannya alat tenun gendong
berkembang menjadi alat tenun tinjak, yang pada tahun 1927 oleh Tekstil Institute
Bandung (TIB, sekarang Balai Besar Tekstil Bandung), dikembangkan lagi
menjadi alat tenun tinjak dengan teropong layang-layang sekarang dikenal sebagai
ATBM. Perkembangan ini berlanjut dengan teknik yang lebih canggih dengan
diperkenalkannya ATM yang serba mekanis. Pada penelitian ini menggunakan
alat tenun ATBM, karena alat tenun ini yang masih bisa dengan mudah dijumpai,
dibanding alat tenun gendong dan alat tenun bendho yang tentunya sudah sangat
jarang ditemui saat ini. Selain itu hasil alat tenun ATBM lebih halus, lebar dan
efisien.
Pada proses tenun berlangsung 5 gerakan pokok tenun yang berlangsung
terus menerus, meliputi penguluran lungsi, pembukaan mulut lungsi, peluncuran
pakan, perapatan pakan dan penggulungan kain (Rodhia Syamwil, 2002:39). Kain
tenun sendiri memiliki variasi tenun silang atau anyaman yang banyak sekali, tapi
pada dasarnya ada 3 jenis tenun silang / anyaman, yaitu tenun silang polos, tenun
silang kepar, dan tenun silang satin.
Teknik Relaxing
Teknik adalah cara mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan seni
atau kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri.
(artikata.com. pengertian teknik. 3/9/2012. 11:00). Teknik merupakan metode
atau sistem mengerjakan sesuatu. Teknik atau rekayasa adalah penerapan ilmu
dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia.
Kain pada saat proses pertenunan mengalami peregangan-peregangan
yang sangat kuat, untuk mengembalikan pada keadaan semula perlu dilakukan
proses relaxing. Relaxing sendiri berarti relaksasi dalam hal ini yaitu proses
menghilangkan kanji yang terdapat pada kain dengan air dan suhu tertentu yang
bertujuan untuk: (1) Menurunkan tegangan kain sehingga elastisitas kain dapat
kembali; (2) Menghilangkan kotoran dan kanji yang menempel pada bahan; (3)
Mendapatkan shrinkage (mengkeret) dengan lebar sesuai yang diinginkan; (4)
Mendapatkan TPI yang sesuai; (5) Mengembalikan struktur benang agar didapat
pegangan kain yang lembut (Sunarto, 2008 : 60). Mengkeret kain atau shrinkage
seringkali terjadi pada kain terutama ckain katun, menurut Phyllis G.Tortora
(1982:329) menyatakan bahwa “a reduction in the length or width of fiber, yarn, or fabric is known as shrinkage.” Penyusutan setelah proses relaxing kain dapat
terlihat pada arah panjang dan lebar kain.
0 komentar:
Post a Comment