, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Toleransi Ukuran

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Toleransi Ukuran

Toleransi Ukuran





Toleransi memiliki pengertian sebagai batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan. Dapat juga diartikan sebagai
penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja (artikata.com.
pengertian toleransi.3/9/2012.11:00). Toleransi ukuran yang dimaksudkan adalah
penambahan ukuran yang dilakukan sesuai dengan karakteristik kain lurik.
Penambahan ukuran tersebut berdasarkan persentase mengkeret kain lurik setelah
pencucian. Proses penambahan ukuran toleransi dilakukan pada saat pembuatan
pola pada kertas pola. Pada percobaan awal peneliti dihasilkan bahwa pada
potongan kain lurik ukuran 20 x 20 cm dilakukan teknik relaxing, dengan
merendam kain dan sesekali mengucek pada air panas dengan suhu 100ºC
didapatkan hasil penyusutan kain arah lusi 7,10%, dan arah pakan 2,50%,
sedangkan pencucian dengan menggunakan air dingin dengan suhu 25°C
didapatkan hasil penyusutan kain arah lusi sebesar 6,40 % arah pakan 0,90% tabel
dapat dilihat pada halaman 53,dan 54. Penambahan ukuran untuk membuat pola
toleransi disesuaikan dengan arah panjang dan lebar pola. Berdasarkan persentase
mengkeret kain tersebut kemudian menghitung ukuran blus dengan cara ukuran
standar medium ditambah dengan besar persentase mengkeret kain, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel ukuran toleransi dingin dan toleransi panas
lampiran 2 halaman 74. Setelah ukuran didapat kemudian membuat pola blus dengan langkah yang sama dengan pola relaxing.

Mengkeret Kain

Menurut Wibowo Moerdoko (1973 : 344) mengkeret kain adalah
berkurangnya ukuran kain dari arah panjang atau lebar kain. Terdapat dua jenis
mengkeret kain, yang pertama mengkeret karena tegangan mekanis pada waktu
proses penenunan dan penyempurnaan (menyebabkan kain tertarik untuk
sementara dan waktu pencucian akan bersantai atau relaxtion kembali ke bentuk
semula), dan yang kedua mengkeret karena adanya kemampuan serat untuk
menggumpal (felting) dalam pencucian. Misalnya serat wool yang cenderung
mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah. Mengkeret kain dapat
digambarkan sebagai berikut:

Penghitungan mengkeret kain dilakukan dengan cara mengukur kain
sebelum dan sesudah pencucian. Cara menghitung penyusutan pada kain adalah
sebagai berikut:

Kain lurik merupakan salah satu kain tradisional khas Indonesia. Kain
tersebut terbuat dari tenunan benang dengan motif lorek yang berarti garis. Proses
pembuatan kain lurik ini berawal dari benang yang diwarna kemudian dikeringkan
lalu ditenun menggunakan ATBM. Proses penenunan memakan waktu yang tidak
sebentar, dibutuhkan ketelatenan dalam proses penenunan.

Lurik memiliki bahan dasar berupa benang dari serat kapas, karena terbuat
dari serat kapas lurik memiliki sifat higroskopis atau dapat menyerap air. Selain
higroskopis serat lurik juga sangat kuat. Saat proses pembuatan kain lurik terjadi
tarikan-tarikan benang yang membuat tekstur kain lurik tidak serapat kain yang
lainnya, oleh karena itu sebelum proses pemotongan sebaiknya kain lurik dicuci
terlebih dahulu atau yang biasa disebut proses relaxing. Hasil wawancara dari
beberapa penjahit menyatakan bahwa sebagian besar dari mereka tidak melakukan
proses relaxing terlebih dahulu. Hal ini dapat berakibat pada hasil akhir jahitan
menjadi tidak bagus.
Penelitian ini mencoba membuat blus lurik skala 1:2 dengan kedua cara
yaitu teknik relaxing dan toleransi ukuran pada pola blus. Teknik relaxing
merupakan proses pencucian sebelum pola dipotong dan dijahit, sedang toleransi
ukuran pada pola merupakan pemberian tambahan ukuran pada pola blus sesuai
dengan besarnya penyusutan kain lurik. Percobaan dilakukan untuk memberikan
alternatif lain dari proses pembuatan blus dengan bahan dasar kain lurik, dengan
membuat toleransi ukuran pada pola blus. Cara tersebut dapat mengurangi
banyaknya waktu yang terbuang untuk melakukan proses relaxing. Dalam proses
pembuatan blus terdapat hal-hal yang mempengaruhi adanya perbandingan
ketepatan ukuran hasil blus lurik diantaranya pembuatan pola, proses
pemotongan kain, dan proses menjahit. Hasil blus tersebut dapat diketahui apakah
alternatif pembuatan blus tanpa proses relaxing dengan memberikan toleransi
ukuran pada pola dapat menghasilkan blus lurik dengan ukuran yang tepat. Hasil
blus dapat diketahui mana yang lebih tepat ukurannya berdasarkan uji ketepatan
ukuran blus dengan menggunakan mistar atau metlin. Uraian tersebut diatas dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil ketepatan ukuran blus lurik antara
teknik relaxing dengan toleransi ukuran pada pola setelah pencucian.


Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Persiapan eksperimen dilakukan dengan mempersiapkan kain lurik ATBM
yang akan digunakan sebagai objek penelitian. Kain lurik tersebut harus
sama merek, warna, corak dan tempat pembuatannya. Sehingga perbedaan
dapat terlihat jelas.
(2) Eksperimen awal dilakukan untuk mengetahui persentase mengkeret kain
dengan menggunakan potongan kain lurik ATBM ukuran 20 x 20 cm yang
kemudian diberi tanda garis lurus pada arah lusi dan arah pakan. Kain
tersebut kemudian dicuci dengan air panas 100°C dan air dingin dengan
suhu 25ºC, lama perendaman ± 15 menit. Setelah itu kain dijemur di
tempat yang teduh.
(3) Potongan kain yang telah dijemur dan kering kemudian diambil ukurannya
dengan menggunakan penggaris. Lalu dihitung rata-rata penyusutan dan
persentase penyusutan.
(4) Kain lurik yang sudah dijemur akan mendapatkan hasil penyusutan dengan
cara : panjang kain awal – panjang kain setelah dicuci dan dikeringkan,
hasil berupa persentase penyusutan.
(4) Hasil mengkeret kain yang didapat kemudian dijadikan patokan untuk
membuat pola toleransi. Pola yang dibuat adalah pola toleransi sesuai hasil
mengkeret kain dingin, dan pola toleransi sesuai hasil mengkeret kain
panas.
(5) Pembuatan pola toleransi menggunakan ukuran medium (M) milik Porrie
Muliawan. Penambahan ukuran pada pola disesuaikan antara garis pola
dengan arah penyusutan kain. Misalkan untuk lingkar badan maka akan
ditambah dengan persentase penyusutan arah pakan, sedangkan untuk
panjang sisi akan ditambah dengan persentase penyusutan arah lusi.
(6) Setelah proses pembuatan pola blus dengan toleransi ukuran selesai.
Proses selanjutnya memotong kain sesuai pola dan menjahit. Blus yang
sebelumnya sudah mengalami proses relaxing baik panas maupun dingin
kemudian dipotong. Pola yang digunakan adalah pola standar medium
tanpa toleransi. Gambar dapat dilihat pada halaman 75.
(7) Proses selanjutnya yaitu menjahit blus, sebelumnya dilakukan pengesuman
untuk mendapatkan jahitan yang pas. Proses menjahit dengan jumlah
setikan yang sama dan dikerjakan oleh orang yang sama.
(8) Blus yang sudah jadi (baik blus relaxing panas/dingin, dan blus toleransi
panas/dingin) dicuci dingin terlebih dahulu kemudian dikeringkan dan
diukur. Setelah itu blus dicuci kembali dengan air panas, dijemur dan
diukur kembali. Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran adalah metlin
atau pita ukur dapat pula menggunakan penggaris, untuk mengukur bagian
badan, pinggang, panggul, dan lengan.
(9) Tahap selanjutnya hasil blus teknik relaxing dengan air panas dan air
dingin, dan blus toleransi ukuran yang sudah dicuci panas dan dingin di
bandingkan ukurannya apakah sesuai dengan ukuran standar medium yang
digunakan.
(10) Tahap selanjutnya menganalisis dan mengambil kesimpulan.

0 komentar:

Post a Comment