ART
ART |
trianakurniawati.blogspot.com - SENI RUPA
Aneka Kegiatan
Berkarya Seni Rupa
Jenis kegiatan dalam Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK atau
Kertakes) sangat beragam. Untuk itu marilah kita pelajari beberapa variasi
kegiatan yang semestinya kegiatan ini diujicoba oleh para guru sebelum
memberikannya kepada anak-anak Sekolah Dasar. Dengan mencoba berbagai
jenis kegiatan ini, para guru akan menemukan keunikan, kekhasan, dan hal-hal
yang perlu disampaikan dalam tuntutan berkarya. Sehingga kegiatan pendidikan
kesenian menjadi lebih menggairahkan anak, dan guru tidak kerepotan mencari
materi kegiatan. Tetapi tetap saja kreativitas guru dituntut lebih berkembang
dalam melakukan strategi pembelajaran yang ersifat membangun kreativitas
siswa.
Untuk membantu para guru dan calon guru menentukan dan memilih
kegiatan seni rupa, berikut ini dijelaskan secara garis besar beberapa jenis
kegiatan atau materi praktik pendidikan senirupa.
A. Berkarya Seni Rupa Dwimatra
(dua dimensi)
1. Membatik Sederhana
Bahan dan alat yang diperlukan: lilin, krayon, pewarna, kertas, kuas
sederhana, tempat air/pewarna, dan koran bekas.
Prosedur pengerjaannya:
(a) Membuat kuas sederhana dari kapas dengan lidi atau tusuk sate sebagai tangkainya. Kuas itu dibuat dengan cara melilitkan sejumlah kapas pada salah satu ujung lidi atau tusuk sate, besarnya kurang lebih sebesar ibu jari orang dewasa. Supaya tidak lepas, ujung lilitan kapas diikat dengan tali atau benang. Buat 3 buah kuas.
(b) Menyiapkan pewarna. Pewarna yang dapat digunakan pada kegiatan membatik sederhana ini ada yang tergolong pada pewarna buatan dan pewarna alam. Yang termasuk pewarna buatan di antaranya: cat air, ontan/sepuhan (berbentuk serbuk), pewarna kue cair. Kunyit, daun suji, buah ganola, gambir adalah sebagian dari bahan pewarna alam. Bila sudah ditentukan pewarna mana yang akan digunakan,buatlah larutan nya pada tempat pewarna yang sudah disediakan. Usahakan larutan pewarna tersebut tidak terlalu encer. Siapkan beberapa macam warna, hal ini akan diperlukan bila akan membuat gambar yang memiliki banyak warna atau membuat campuran warna.
(c) Membuat gambar. Buatlah gambar dengan lilin di atas kertas yang sudah disediakan. Kertas yang digunakan diantaranya: kertas gambar, kertas hvs, stensil. Tentu saja gambar tidak akan kelihatan.
(d) Memunculkan gambar. Letakkan kertas yang sudah digambari di atas kertas koran. Pulaslah kertas tersebut dengan kuas sederhana yang terlebih dahulu dicelupkan pada larutan pewarna. Pemulasan dapat hanya dengan satu warna, bisa pula beberapa warna bergantung pada pilihan. Bila pada saat menggambar menggunakan lilin penerangan yang berwarna putih, maka garis-garis gambar akan berwarna putih. Apabila dikehendaki garis-garis gambar berwarna, pada saat menggambari kertas harus menggunakan krayon berwarna.
2. Tarikan Benang
Bahan dan alat yang diperlukan: benang kasur, pewarna, kertas
HVS/gambar, koran bekas (alas meja), tempat pewarna(wadah air kecil).
Prosedur pengerjaan:
(a) Siapkan adonan pewarna seperti pada proses batik sederhana.
(b) Ambil benang kasur sepanjang 40 – 45 cm. Celupkan sebagian besar benang tersebut pada larutan pewarna. Kalau larutan pewarna dirasakan terlalu banyak menempel pada benang, sebaiknya diperas dahulu. Pewarna yang terlalu banyak menempel pada benang akan mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.
(c) Letakkan benang tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas alas koran. Apakah letak benang mau diatur atau bebas bergantung pembuat. Ujung benang yang tidak terkena warna, harus ada di luar bidang kertas.
(d) Lipatlah kertas tadi di tengah-tengah sisi panjangnya.
(e) Sambil menekan kertas dengan salah satu telapak tangan, tariklah benang sampai keluar dari lipatan kertas. Arah tarikan bebas.
(f) Buka lipatan kertas. Gambar apa yang terjadi?
(g) Untuk menghasilkan beberapa bentuk dalam satu bidang gambar/ kertas, lakukan kegiatan yang sama seperti di atas. Dengan mengubah letak benang, akan diperoleh gambar baru.
Bila dikehendaki gambar berwarna (lebih dari satu warna), yang harus dilakukan adalah: menarik benang beberapa kali sesuai dengan jumlah benang yang dicelupkan pada warna yang berbeda, menarik satu kali tarikan seutas benang yang dicelupkan pada beberapa warna, menarik satu kali tarikan sejumlah benang yang sudah memiliki warna masing-masing.
3. Inkblot
Bahan yang diperlukan pada kegiatan ini hampir sama dengan kegiatan
tarikan benang. Malahan benangnya sendiri pada inkblot tidak diperlukan.
Prosedur pengerjaannya:
(a) Teteskan warna yang sudah disiapkan terlebih dahulu di atas kertas yang sudah dialasi koran bekas.
(b) Lipat kertas tersebut pada tengah-tengah sisi panjangnya.
(c) Kertas yang sudah dilipat digosok dengan pinggir telapak tangan serata mungkin terutama pada bagian yang ditetesi pewarna.
(d) Buka lipatan kertasnya! Gambar apa yang terjadi?
(e) Untuk menghasilkan gambar yang berwarna lebih dari satu, ulangi beberapa kali kegiatan seperti di atas, tentu saja warna yang diteteskan kemudian harus berbeda dengan warna sebelumnya. Dengan meneteskan -sekaligus- beberapa warna pada permukaan kertas, dan kemudian melipat serta menggosoknya akan dihasilkan pula gambar yang multi warna.
4. Menggambar dengan Tiupan
Bahan yang diperlukan sama seperti inkblot, tambahannya adalah
sebuah sedotan minuman.
Proses pengerjaannya:
(a) Teteskan cairan pewarna pada kertas yang sudah diletakkan di atas kertas koran.
(b) Tiuplah tetesan warna itu dengan menggunakan sedotan. Sambil meniup, sedotan itu digoyang-goyangkan sehingga tetesan warna akan menyebar ke berbagai arah. Usahakan tidak ada ujung tetesan yang masih menggenang. Tiup sampai habis.
(c) Dengan meneteskan beberapa warna berbeda dapat menghasilkan gambar yang beranekawarna.
5. Cetak Penampang, Daun-daunan, dan Umbi-umbian
Bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah,
daun-daunan, umbi-umbian, pisau, cutter, silet, alas pewarna, spon/busa, kapas,
koran bekas.
Proses pengerjaannya:
(a) Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah: pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.
(b) Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan bebas. Usahakan agar permukaan potongan rata. Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.
(c) Siapkan pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya. Bila acuan cetaknya masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan cairan acuan cetak. Akan tetapi bila acuan cetaknya tidak mengeluarkan cairan, kita perlu menyediakan pewarna yang sudah dicampur dengan air.Pewarna serbuk, cukup disebarkan pada alas warna yang bentuknya datar dan rata misalnya: kaca, formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung cairan digosok-gosokan pada serbuk warna yang ditaburkan di alas hingga rata, maka terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.
(d) Mencetakkan acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.
1) Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.
2) Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.
3) Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak akan tertera pada kertas. Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain.
4) Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti pada pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya.
5) Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi, hasil cetakannya tidak akan memuaskan.
Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:
(a) Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar.
(b) Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang. Usahakan agar keadaan pewarna pada alas merata keadaannya, serta tidak terlalu encer.
(c) Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.
(d) Selanjutnya permukaan daun yang sudah berwarna tadi tempelkan pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan daun itu dengan hati-hati. Agar aman dan leluasa menggosok, simpanlah kertas di atas permukaan daun tersebut. Bila mencetakkannya sempurna, bentuk daun serta warna yang dipilih akan tergambarkan pada kertas.
Pada cetak umbi-umbian, kita harus membuat acuan cetak terlebih dahulu. Umbi-umbian yang biasa digunakan untuk acuan cetak diantaranya adalah: ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon.
Proses kerjanya sebagai berikut:
(a) Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin.
(b) Buatlah gambar/bentuk pada permukaan potongan yang rata tadi.
(c) Selanjutnya hilangkan atau rendahkan bagian permukaan yang nantinya tidak akan memindahkan gambar/bentuk dengan jalan mengerat atau menorehnya.
(d) Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya lihat kembali proses pencetakan penampang yang basah dan yang kering. Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku hal seperti itu, karena ternyata ada umbi-umbian yang masih mengandung cairan dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang masih basah, gunakan serbuk warna. Sedangkan untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus dicampur dahulu dengan air. Sekali lagi tata cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang.
Perlu diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang, daun-daunan, dan umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya.
6. Cetak sablon
Alat dan bahan yang dibutuhkan: pisau, cutter, gunting, kuas, kapas,
spon/busa, sisir, sikat gigi, kertas, pewarna, koran bekas, dan tempat pewarna.
Proses pengerjaannya:
(a) Membuat acuan cetak dari kertas: buatlah gambar/bentuk untuk acuan cetaknya. Torehlah kontur/pinggir gambar tadi sampai tembus.
(b) Siapkan pewarna. Buatlah campuran warna pada tempat yang disediakan. Pewarna pada proses sablon ini sama dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak sebelumnya. Kita dapat menggunakan cat air, ontan/sepuhan, pewarna kue cair, atau pewarna alam yang sudah disebutkan sebelumnya.
(c) Letakkan acuan cetak di atas kertas yang masih utuh. Acuan cetak harus menempel serapat-rapatnya agar tidak terjadi kebocoran pada saat pemulasan/pencetakkan. Sebaiknya kertas tersebut dialasi kertas koran.
(d) Ambil kuas, celupkan ke pewarna, selanjutnya pulaskan pada acuan yang ditoreh tadi.Bila pewarnaan menggunakan kapas atau spon yang dicelupkan pada pewarna, tentu saja tidak dipulaskan seperti kuas namun kapas atau spon itu ditekan-tekankan pada lubang acuan cetaknya.
Cara sederhana lainnya kita gunakan sikat gigi dan sisir untuk memberi warna
hasil cetakan. Dengan menggosokkan sikat gigi yang terlebih dahulu dicelupkan
ke pewarna pada sisir, akan terjadi cipratan pewarna yang akan melalui lubang-
lubang acuan cetaknya. Hasil cetak berwarna pada proses ini dapat diatur pada
saat memulaskan atau menyemprotkan pewarna. Bidang mana serta warna apa
yang dipilih bergantung pada pilihan masing-masing.
7. Monoprint
Alat dan bahan yang diperlukan: rol karet, pewarna, alas pewarna (kaca,
permukaan benda yang rata dan licin), dan kertas.
Prosedur pengerjaan:
(a) Siapkan pewarna. Pewarna pada proses monoprint biasanya lebih kental dan agak lengket bila dibanding dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak lainnya. Pewarna yang berbentuk serbuk (ontan/sepuhan) ditaburkan di atas alas pewarna yang permukaannya datar dan ukurannya cukup lebar, campurkan sedikit air dan tambahkan glycerine beberapa tetes diaduk dengan rol karet/plastik (digelindingkan) hingga rata.
(b) Siapkan pula rol karet/plastik sederhana bisa dibuat dari bahan yang sederhana pula. Caranya sebagai berikut: siapkan slang plastik yang berdiameter ¾ inchi sepanjang 15 cm, isi bagian dalam slang itu dengan kayu yang bulat lubangi masing-masing ujung kayu itu ditengahnya setelah sebelumnya dirapikan dahulu potongannya, gunakan kawat jemuran yang agak besar untuk as dan sekaligus pegangan rol tersebut.
(c) Setelah keadaan pewarna cukup merata pada alasnya, simpan kertas kosong di atasnya. Jangan ditekan.
(d) Gambari kertas tersebut dengan benda yang agak runcing, pinsil, ballpoint, atau yang lainnya. Tekanan benda tadi akan mengakibatkan warna yang ada pada alas pewarna akan berpindah menempel pada kertas.
(e) Gambar yang terjadi akan terbalik keadaannya.
8. Finger Painting (lukisan jari tangan)
Bahan yang diperlukan: kertas gambar, hvs, atau sejenisnya, bubur
terigu, pewarna, kertas koran bekas, dll.
Prosedur pengerjaan:
(a) Letakkan kertas gambar atau sejenisnya di atas alas koran.
(b) Selanjutnya letakkan bubur terigu di atas kertas gambar tersebut
secukupnya. (Bubur terigu dibuat dari 2 bagian tepung terigu dicampur 5
bagian air, diaduk rata, selanjutnya dipanaskan di atas api sampai
―matang‖).
(c) Campurkan pewarna pada bubur yang diletakkan pada kertas, kemudian
aduk hingga rata.
(d) Mulailah menggambar dengan jari-jari tangan dengan cara menekan
menarik, mendorong, menyeret, bubur berwarna pada kertas tadi.
9. Kolase
Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, kertas warna, kertas
limbah, bahan alam, potongan kain, lem, pinsil, gunting, atau/dan cutter.
Prosedur pengerjaan:
(a) Buatlah rancangan/gambar yang akan diselesaikan dengan kolase pada
kertas gambar yang disediakan.
(b) Jiplakkan bentuk/gambar pada warna sesuai pilihan, potong/gunting
secermat mungkin. Kemudian tempelkan bentuk/gambar tersebut
menggunakan lem pada tempat yang sudah dirancang tadi. Warna yang
digunakan dapat diambil dari kertas warna, potongan kain, limbah
percetakan, limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya).
10. Montase
Bahan dan alat yang diperlukan: gambar dari majalah/koran/kalender
bekas, atau reproduksi potret, gunting, cutter, lem.
Prosedur pengerjaan:
(a) Potonglah gambar-gambar atau reproduksi potret dari majalah, poster,
kalender atau lainnya mengikuti kontur gambar/potret tersebut. Gambar
yang dipotong mungkin hanya bagian tertentu saja.
(b) Susunlah hasil guntingan tadi berdasarkan kreasi masing-masing, pada
kertas gambar yang sudah disediakan. Susunan gambar tadi akan
menghasilkan suatu susunan bentuk yang baru, dan kadang-kadang aneh,
lucu, dan fantastik. Penyusunannya menggunakan lem.
Untuk memberikan kesan gambar yang artistik dan fantastik, gambar montase
ini bisa dilengkapi dengan goresan spidol warna, atau pulasan cat air pada
bagian tertentu yang dianggap perlu.
11. Mosaik
Bahan pokok yang dapat dimanfaatkan untuk membuat mosaik ini
sangat beragam. Bahan tersebut misalnya: potongan kertas, lempengan kayu,
kaca, potongan keramik, marmer, biji-bijian, batu-batuan. Alat yang digunakan
untuk mengerjakan bahan tersebut disesuaikan dengan jenis bahan yang akan
ditempelkan, misalnya: triplekss atau karton (sebagai bidang dasar), pensil
(untuk merancang pola gambar), lem (kertas, aibon, lem putih/kayu), cutter
(pisau).
Prosedur pengerjaan:
(a) Buat rancangan, gambar pada kertas yang disediakan.
(b) Sediakan bahan yang akan ditempelkan.
(c) Tempelkanlah bahan-bahan yang sudah disediakan itu pada tempat yang
sudah dirancang. Perlu diingat bahwa ukuran dari bahan yang ditempelkan
umumnya sama. Pada satu hasil karya mosaik, mungkin saja ada beberapa
kelompok ukuran.
12. Menggambar Bentuk
Menggambar bentuk adalah kegiatan menggambar dengan meniru
kemiripan bentuk benda model yang disimpan di depan penggambar. Bagi anak
SD kemiripan tidak selalu harus seperti memotret, tetapi yang penting adalah
bagaimana anak-anak bisa mengekspresikan ide/gagasan tentang bentuk benda
yang diamatinya itu. Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar,
benda/model yang akan digambar, pinsil hitam/pinsil warna/ballpoint/spidol.
Prosedur pengerjaan:
(a) Tempatkan benda/model yang akan digambar di tengah anak-anak yang
akan menggambar.
(b) Anak-anak menggambar benda dengan mencontoh langsung benda yang
dijadikan modelnya sesuai posisi mereka.
(c) Penyelesaian akhir gambar bisa hanya hitam putih, hanya dengan pinsil
saja, dengan ballpoint, atau mungkin dengan pinsil warna.
13. Menggambar Dekoratif
Menggambar dekoratif ialah kegiatan menggambar hiasan (ornamen)
pada kertas gambar, atau pada benda tertentu. Sifat dekoratif pada gambar
menunjukkan fungsi gambar sebagai hiasan (motif hias). Bahan dan alat yang
diperlukan: kertas gambar, pewarna, kuas, pinsil hitam/pinsil warna/spidol.
Prosedur pelaksanaannya:
(a) Buat rancangan atau gambar berupa motif hias/ornamen pada kertas yang
sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu.
(b) Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak,
atau geometris.
(c) Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih
saja, atau berwarna.
(d) Warna-warna yang digunakan bisa diambil dari: pewarna buatan, atau
pewarna alam.
14. Menggambar Ilustrasi
Menggambar ilusrtrasi adalah kegiatan menggambar dengan tujuan
untuk melengkapi suatu cerita, teks, atau sebagai penjelasan visual dari suatu
bagian tulisan. Tulisan yang dimaksudkan bisa berupa cerita fiksi ataupun
nonfiksi (pelajaran, ilmu pengetahuan). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas
gambar, pinsil hitam, pinsil berwarna, spidol warna, tinta, cat air, kuas cat air.
Prosedur pelaksanaan.
(a) Membuat rancangan gambar sesuai dengan tema. Misalnya kegiatan yang
berhubungan dengan pelajaran. Rancangan dibuat dengan pinsil hitam
pada kertas gambar.
(b) Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk atau gambar
dekorasi. Gambar cukup hitam putih, menggunakan pinsil hitam atau tinta,
dapat juga diselesaikan dengan menggunakan warna. Warna dapat diambil
dari pinsil warna, spidol warna, atau cat air.
15. M3 (melipat, menggunting, menempel)
Kegiatan melipat, menggunting dan menempel (M3) merupakan
permainan menciptakan kreasi bentuk dengan menggunakan bahan kertas (yang
berwarna sebaiknya). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas agak tebal, kertas
berwarna, lem, gunting/cutter.
Prosedur pengerjaan:
(a) Ambil selembar kertas warna. Lipat di tengah-tengah sisi panjangnya.
Selanjutnya hasil lipatan tadi dilipat lagi pada tengah-tengah sisi
panjangnya.
(b) Hasil dua kali lipatan tadi digunting pada beberapa tempat. Ada bagian
yang dibuang. Bentuk guntingan bergantung pada kreasi masing-masing.
(c) Bila dianggap sudah cukup guntingannya, lipatan dibuka.
(d) Hasilnya ditempel pada kertas yang agak tebal menggunakan lem.
(e) Jumlah lembaran yang ditempel bervariasi baik dalam jumlah maupun
warnanya.
Karya M3 (Melipat, menggunting dan menempel)
030720121661.jpg
16. Menganyam
Keterampilan anyam merupakan kerajinan yang sudah lama
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan kerajian ini pada
awalnya memiliki bentuk sederhana sebagai karya seni untuk memenuhi
kebutuhan praktis sehari-hari, perkembangan berikutnya kemudian menjadi
benda-benda sebagai hiasan. Jenis kegiatan anyam ini beraneka ragam baik dari
segi bahan, maupun jenis motif anyaman yang digunakan bentuk benda yang
dihasilkan.
Bahan-bahan yang sering digunakan orang untuk kerajinan anyam
berasal dari bahan baku alam seperti: bambu, rotan, mendong,
pandan…..maupun bahan buatan (sintetis) seperti kertas, pita plastik dan
sebagainya. Dari segi jenis motif yang digunakan dikenal nama-nama motif
anyam mata itik, mata kebo, hujan gerimis, daun asam, katuncar mawur, dsb.
Hasil kegiatan anyam dapat berbentuk anyaman datar maupun anyaman bentuk
benda.
Kegiatan kerajinan anyam di sekolah dasar dapat dilakukan pada
jenjang kelas atas (kelas IV – VI). Pada umumnya kegiatan anyam pada jenjang
pendidikan sekolah dasar ini banyak berupa anyam datar, mengngat
kemampuan siswa masih terbatas. Selain tiu bahan yang dapat digunakan juga
disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia abaik bahan baku yang berasal
dari alam maupun bahan baku buatan yang sudah dijual di masyarakat.
Untuk memudahkan kita mengajarkan menganyam, maka terlebih
dahulu kita harus memberikan pengertian dan penjelasan secara teori maupun
secara praktek kepada siswa yang berkaitan dengan keterampilan ini. Agar tidak
bersifat verbalisme, kita dapat mengenalkan motif-motif yang dapat dikerjakan
yang disesuaikan dengan kemampuan anak. Berikut ini beberapa contoh motif
anyam:
070720121684.jpg
B. Berkarya Seni Rupa Trimatra
(tiga dimensi)
1. Membutsir
Membutsir adalah membentuk tanah liat atau lilin (plastisin/malam) menjadi bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta. Sebelum dibentuk, tanah liat sebaiknya dibersihkan dahulu dari butiran batu atau pasir yang kasar, lembutkan adonannya dengan tangan. Jika terlalu lembek biarkan (diangin-anginkan) hingga kadar airnya berkurang, dan jika dipegang tanah tidak lengket pada tangan kita. Namun jika menggunakan plastisin (lilin/malam), tidak akan terjadi masalah pengolahan bahan. Pada tahap pertama, buatlah bentuk global (dari benda yang akan diciptakan), kemudian buatlah bentuk rincinya setahap demi setahap. Untuk menghaluskan permukaan bentuk, gunakan alat butsir (dari kawat atau kayu yang dibuat menyerupai jari tangan).
2. Merangkai
Marangkai ialah menyusun atau menyambungkan bagian benda yang
satu ke benda yang lain hingga membentuk suatu komposisi yang utuh
berkesatuan. Susunan atau rangkaian tersebut menciptakan struktur bentuk, baik
bentuk abstrak ataupun naturalistis. Benda yang disusun bisa berupa buah-
buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, benda-benda bekas (limbah: kertas, dus,
kaleng, botol plastik, kotak korek api, dsb). Teknik merangkai bermacam-
macam, ada yang dihekter, dilem, dipatri, diikat, tergantung dari kebutuhan dan
kemungkinan kekuatan dari konstruksi susunan tersebut. Kegiatan in bisa
berupa kegiatan: merangkai bunga, merangkai janur, merangkai manik-manik,
membuat jembatan dari dus bekas, membuat maket rumah-rumahan dari kotak
korek api, dan sebagainya.
3. Membuat Topeng Kertas
Membuat topeng kertas termasuk ke dalam pokok bahasan membentuk. Topeng dapat dibuat dengan cara: (a) memakai cetakan, dan (b) tidak memakai cetakan. Membuat topeng yang memakai cetakan, tentu saja tahap pertama ialah membuat model cetakan (dari bahan lunak, misalnya tanah liat, atau plastisin). Setelah itu barulah menempeli cetakan itu dengan lembaran kecil-kecil kertas koran bekas yang dibasahi terlebih dulu. Selanjutnya dibalur lem putih/kanji untuk kemudian ditempeli lagi potongan kecil kertas koran secara berulang-ulang hingga tebal. Lapisan tempelan itu bisa 4 atau 5 lapisan. Setiap lapisan dibubuhi lem putih. Setelah sehari kering, barulah kita lepaskan topeng itu dari cetakan. Perlu diperhatikan, agar topeng mudah dibuka dari cetakan, maka cetakan terlebih dahulu harus dibalur oleh minyak (stempet, mentega, atau oli). Jika topeng ingin lebih menarik, tentu saja memerlukan pengecatan. Di sinilah anak-anak juga melakukan kegiatan menggambar dekoratif pada permukaan topeng. Jadi dua pokok bahasan dapat diterapkan pada satu topik kegiatan yaitu membuat topeng.
Cara membuat topeng yang kedua lebih mudah karena tanpa harus membuat cetakan. Pertama, siapkan bahan karton tebal (jenis dupleks atau karton dus bekas) seukuran kuarto/A4 atu selebar wajah. Setelah itu ukurkanlah kertas itu dengan lebar wajah anak (yang membuatnya). Jiplak dan guntinglahbentuk dasar wajah itu. Kini karton tersebut tinggal digambari dengan spidol atau cat untuk bentuk mata, hidung dan mulut. Letak bagian-bagian wajah ini harus tepat sesuai wajah yang membuatnya. Untuk membuat hidung, perlu ditambah dengan menempelkan bagian karton lain yang dibentuk limas segi-3 (seperti bentuk hidung). Jangan lupa mata dan hidung dilubangi dengan pisau/gunting. Sebagai langkah terakhir ialah pengecatan topeng. Proses terakhir ini merupakan kegiatan menggambar dekoratif, sebab tujuannya untuk menghiasi topeng wajah dengan spidol warna, cat air, cat poster, atau krayon.
4. Membuat Wayang Kertas
Membuat wayang kertas termasuk kegiatan menggambar dan sekaligus
membentuk. Teknik membuat wayang kulit dijadikan sebagai acuan prosedur
kerja. Prosesnya dimulai dengan penggambaran rancangan pada karton (setebal
kulit, misalnya dupleks atau karton bekas dus), pengguntingan pola/rancangan
itu, menyungging (untuk kulit atau melubangi kertas dengan psau atau pahat)
dan yang terakhir pewarnaan atau penggambaran (dekoratif) pada wayang
kertas tersebut berdasarkan kebebasan berkreasi anak-anak.
C. ORIGAMI (Seni Melipat Kertas)
Di Jepang, seni melipat kertas ini dinamakan Origami. Kertas yang digunakan ialah kertas tipis (70 – 100 gram) berukuran bujur sangkar (segi-4 beraturan sama sisi). Dengan melipat kertas kita dapat membuat aneka bentuk hiasan dan mainan yang tiga dimensional, serta mendekati rupa makhluk hidup atau benda sehari-hari yang akrab dengan lingkungan kita. Oleh karena yang disajikan pada lembaran ini hanya beberapa contoh lipatan, maka untuk memperkayanya, kembangkan imajinasi dan fantasi Anda dengan mencoba menciptakan beberapa bentuk lain dengan teknik melipat. Ikuti urutan (berdasarkan nomor) tentang prosedur kerjanya.
C. Berkarya Seni Kerajinan Simpul
(Makrame)
Makrame berasal dari bahasa Turki, Ma-kra‟ma atau Miqramah. Seni kerajinan simpul atau Makrame ialah bentuk karya seni kerajinan simpul-menyimpul dengan menggarap rangkaian benang pada awal dan akhir suatu hasil tenunan, dengan membuat berbagai simpul pada rantai benang tersebut sehingga terbentuk aneka rumbai dan jumbai. Kerajinan simpul ini selain bernilai fungsional juga artistik. Dengan hanya ikat-mengikat atau simpul-menyimpul benang, kita akan dapat menghasilkan aneka benda kerajinan yang menarik, seperti ikat pinggang, penghias gerabah hias, tas tangan, hiasan dinding, alas cangkir, penggantung tumbuhan hias, kalung, dan gelang. Kegiatan simpul Makrame ini bisa diberikan kepada anak SD kelas tinggi, misalnya kelas 5 dan 6.
Pada bahasan ini kita akan mempelajari dua tahap kegiatan yaitu:
1. Latihan membuat simpul dasar (simpul kepala, simpul rantai, simpul mati, simpul tunggal, simpul ganda, simpul gordin, simpul ketupat, simpul lilit panjang)
2. Tuntunan praktik membuat berbagai benda pakai yang artistik: ikat pinggang, gelang, kalung, hiasan dinding, taplak meja, tas tangan, penggantung tumbuhan, dan lain-lain.
Mengingat bahwa kegiatan ini berupa tuntunan praktik kerajinan, maka sebaiknya para mahasiswa dan guru SD mempelajarinya melalui gambar bagan yang ditampilkan pada bahasan ini.
1. Latihan Simpul Dasar.
Tali yang digunakan untuk latihan simpul dasar ini, kita bisa gunakan
kabel bekas atau tali bulat yang agak besar/kasar. Perhatikan dengan seksama
gambar berikut ini.
Simpul Kepala
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
84
Simpul Rantai
Simpul Tunggal
Simpul Ganda
Simpul Gordin
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
85
Variasi Simpul Gordin
Variasi Simpul gordin
Simpul Ketupat
Simpul Mati
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
86
Simpul Pembungkus Simpul Rantai arah kanan dan kiri
2. Tuntunan praktik membuat aneka benda pakai artistik dengan teknik
Makrame
a. Ikat Pinggang
Bahan yang diperlukan: benang kasar dan gesper.
Langkah pengerjaannya.
1). Ikat pada sisi atas gesper dan tempatkan dengan kuat pada tempat
yangletaknya lebih tinggi daripada kepala kita, baik saat kita duduk maupun
berdiri.
2). Sediakan benang kasar 10 utas atau lebih. Panjang setiap utas minimal 500
cm. Lipat setiap utas sama panjang dan ikatkan pada gesper dengan teknik
simpul kepala.
3). Lakukan langkah ke-2 beberapa kali atau isi sisi bawah gesper dengan
benang benang yang diikatkan dengan teknik simpul kepala itu hingga penuh.
4). Pilih salah satu atau beberapa teknik simpul yang serasi dengan ikat
pinggang, apalagi jika ikat pinggang itu dibuat untuk wanita. Malah dapat pula
ditambahkan manik-manik atau bahan sejenisnya agar ikat pinggang tampak
anggun. (Lihat gambar bagan).
b. Gelang
Bahannya pilih benang atau jenis tali yang lebih bagus baik warna
maupun kualitasnya, dan manik-manik atau sejenisnya yang dapat
memperindah penampilan gelang yang akan dihasilkan.
Langkah pengerjaannya:
1) Sediakan beberapa utas tali (bisa delapan atau 10 bergantung motif yang
akan kita pilih) dengan panjangnya kira-kira sepuluh kali panjang lingkar
pergelangan.
2) Ikat berkas benang yang telah disiapkan itu dengan benang yang lebih halus
tetapi kuat tepat di tengah-tengah berkas itu. Simpulkan tali pengikat itu
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
87
dengan simpul mati. Tambatkan ujung benang pengikat itu pada paku atau
apa saja yang menguatkan berkas benang itu saat dikerjakan.
3) Satukan dengan hati-hati kedua bagian utas benang untuk selanjutnya mulai
dikerjakan dengan menggunakan berbagai simpul yang bisa menghasilkan
motif yang indah.
4) Tambahkan kepala gelang yang sedang dibuat itu beberapa biji manik-
manik sebagai penghiasnya.
5) Sediakan kancing untuk menguatkan ujung pangkal gelang itu. Di antara
jenis kancing itu tampaknya yang paling tepat dipilih adalah kancing kait
yang terbuat dari kawat.
b. Kalung
Kalung dan gelang mempunyai prinsip kerja yang sama. Perbedaan
hanya terletak pada ukurannya saja, kalung lebih panjang daripada gelang.
Bahan yang dipakai sama dengan bahan untuk gelang.
1) Sediakan beberapa utas benang yang telah ditetapkan ukurannya dan
semuanya sama panjang. Panjangnya tergantung ukuran kalung yang akan
kita buat, minimal 200 cm.
2) Satukan benang itu menjadi satu berkas dan simpulkan di tengah-tengahnya
dengan simpul mati.
3) Ikat berkas benang itu pada simpul mati dan tambatkan pada paku atau apa
saja agar kita dengan mudah dapat mengerjakan kalung itu.
4) Ambil jarak antara 7 sampai 10 cm dari simpul mati yang mempersatukan
berkas benang itu, untuk kemudian mulai membuat simpulan-simpulan
untuk mengawali pembuatan kalung itu dengan mencampur beberapa jenis
simpul dan menghiasinya dengan manik-manik.
5) Kerjakan pula bagian yang satu lagi dengan motif yang sama agar kedua
bagian menjadi simetris.
6) Satukan kedua bagian itu setelah dicapai ukuran yang memadai dengan
beberapa simpul yang bagus dengan dibubuhkan beberapa butir manik-
manik yang dicampur dengan teknik jalinan dan simpulan.
7) Rapikan ujung-ujung benang yang tersisa.
c. Alas Gelas
Percobaan membuat alas gelas kita mulai dengan menggunakan 24 utas
tali yang sama panjang yaitu lebih kurang 50 cm.
Langkah pembuatannya:
1) Mulai dari tengah dalam arti dua berkas benang yang sama jumlahnya
disimpulkan di tengahnya. Pilih di antara simpul gordin atau sedikit
anyaman yang ujung-ujungnya disimpulkan sebagai langkah awal untuk
memulai menyimpulkannya. Rentangkan ujung-ujung berkas benang yang
telah dijalinkan atau disimpulkan sehingga membentuk silang.
2) Bubuhkan satu-persatu benang-benang yang disediakan di bagian atas,
bagian bawah, bagian kiri, dan bagian kanan dan ikatkan benang dengan
simpul-simpul yang serasi.
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
88
3) Setelah semua benang yang disediakan selesai disatukan, simpulkan pada
setiap ujungnyya dengan simpul tunggal atau simpul lain yang serasi.
Akhirnya gunting ujung benang yang tersisa pada setiap simpulan itu.
d. Hiasan dinding
Bentuk kerajinan yang memerlukan bidang luas seperti hiasan dinding
ini akan membuka kemungkinan untuk memadukan teknik-teknik simpulan
utnuk mencapai penampilan yang artistik. Hiasan dinding yang akan
diperkenalkan ini adalah hiasan dinding yang dilengkapi dengan satu kaitan
saja, yang dapat kita gunakan cincin atau sejenisnya sebagai lubang untuk
mengaitkannya.
Bahan yang diperlukan berupa: sebuah cincin dari kawat atau sejenisnya, tali
berbagai warna, dan manik-manik atau sejenisnnya. Dapat pula dibubuhkan
barang lain seperti lonceng kecil atau apa saja yang serasi untuk dibubuhkan
kepadanya.
Langkah pengerjaannya:
1) Potonglah tali menjadi:
2 utas yang panjangnya 100 cm
2 utas yang panjangnya 110 cm
2 utas yang panjangnya 180 cm
4 utas yang panjangnya 250 cm
2 utas yang panjangnya 300 cm, dan
4 utas yang panjangnya 350 cm
Atur sendiri pemaduan warna pada setiap kelompok benang itu agar dicapai
hasil yang lebih indah.
2) Ambil semua tali yang 350 cm, dan simpulkan masing-masing di tengahnya
dengan simpul kepala pada cincin.
3) Bagi dua sama banyak benang-benang yang telah disimpulkan pada cincin
itu dan simpulkan masing-masing dengan simpul gordin hingga mencapai
ukuran yang sama, misalnya 6 atau 9 cm. Sebagai variasi, kedua kelomppok
tali yang telah disimppulkan itu dipersatukan dengan simpul lain.
4) Bubuhkan di tengahnya dua utas tali yang masing-masing panjangnya 300
cm yang dapat dilipat dua sama panjang. Simpulkan pula semua benang itu
hingga mencapai panjang kira-kira 5 cm atau lebih.
5) Bagi dua sama banyak benang-benang yang telah disimpulkan itu,
kemudian buat simpul-simpul gordin pada kedua kelompok tali itu
membentuk hiasan yang simetris pada bagian kiri dan kanannya. Persatukan
kembali dua bagian itu dengan jenis simpulan yang lain.
6) Lakukan cara-cara seperti di atas berkali-kali hingga tali-tali yang
ditambahkan habis dan tentunya hiasan ini semakin ke bawah semakin
lebar. Setelah itu rapikan ujung-ujung sisa benangnya.
e. Tas Tangan
Pembuatan tas tangan merupakan pengembangan dari pembuatan
hiasan dinding, sebab pada dasarnya sama. Jika cincin diganti dengan gelang
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
89
atau apa saja yang berbentuk gelang yang cukup besar ukurannya seperti yang
biasa digunakan sebagai pegangan tas tangan, maka tas tangan merupakan
gabungan dari bentuk hiasan dinding yang dibuat sama motif maupun
ukurannya. Bentuknya dapat diatur dengan mengatur penambahan tali-tali
seperti yang dilakukan saat kita membuat hiasan dinding.
f. Taplak Meja
Seperti juga tas tangan, taplak meja merupakan pengembangan alas
gelas. Jika pembuatan alas gelas diteruskan hingga mencapai ukuran yang lebih
besar ukurannya, maka yang jadi adalah taplak meja.
Bentuknya apakah bujursangkar atau persegi sempat bergantung
keinginan pembuatnya sendiiri dan tentunya bergantung pada bentuk daun meja
yang akan kita tutup dengan taplak yang akan kita buat itu. Setelah pengalaman
kita bervariasi, maka membuat penggantung tumbuhan hias, menghias gerabah
dengan teknik simpul, atau malah membuat rompi buat wanita atau tutup kepala
tidak sulit untuk dikerjakan pokoknya jika ada kemauan pasti ada jalan. Sebagai
contoh lihat gambar bagan.
E. Aspek Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa
Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting adalah apresiasi.
Dalam bahasa sederhana, apresiasi berarti menerima, menghargai melalui
proses yang melibatakan rasa dan fikir. Apresiasi seni di masyarakat kita, juga
di dalam kelas, sampai saat ini masih terbatas sekali dalam arti belum banyak
dikembangkan.
Sesungguhnya pada masa sekarang, anak-anak memiliki lebih banyak
peluang untuk meningkatkan apresiasi dibandingkan dengan zaman dahulu.
Kini teknologi elektronika, khususnya reproduksi dan percetakan sudah maju.
Karya-karya terkenal dapat diperlihatkan guru kepada para siswa di sekolah.
Pameran-pameran seni juga lebih sering diselenggarakan.
Tetapi yang lebih penting lagi, peningkatan apresiasi dapat dilakukan
dari tingkat dasar yang sederhana, dari karya-karya siswa sendiri dan teman-
temannya, dilakukan guru di dalam kelas. Peningkatan kepekaan apresiasi
merupakan gabungan antara aspek : mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan),
melalui teknik bertanya dan menunjukkan unsur-unsur menarik dari suatu
karya.
Secara lebih luas, apresiasi dilakukan bukan hanya terhadap karya seni
tetapi juga terhadap keindahan di alam. Siswa diajak ―melihat‖ keindahan yang
ada di mana-mana. Keindahan atau kemenarikan hasil karya ditunjukkan guru
(lebih tepat: disarankan), dengan catatan bukan mutlak harus diterima siswa.
Dengan banyaknya melihat unsur-unsur yang indah/artistik, maka terciptalah
pola gambaran mental pada dirinya tentang apa-apa yang dianggap kebanyakan
orang sebagai hal yang indah/seni. Selanjutnya ia akan memilih, hal-hal apa
yang secara individual menarik bagi dirinya. Di sinilah letak kebebasan siswa
untuk menerima atau menolak, menyenangi atau kurang menyenangi sesuatu
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
90
yang memungkinkan dirinya memiliki kepekaan individual (sebagai apresiator)
maupun gaya individual (jika ia berkarya).
Diskusi tentang aspek-aspek desain (harmoni, keseimbangan, ritme,
kesatuan, pusat perhatian, dsb) akan membentuk kesadaran kualitas baik-buruk
karya seni dan dengan begitu apresiasi seni akan terbentuk (Lowenfeld, 1982).
Hal-hal yang dibicarakan meliputi antara lain :
1. Judul-judul atau objek yang digambarkan: apa yang tampak, apa
yang aneh, apa yang menarik. Pada tahap usia SD, yang disukai
anak tentu saja penggambaran secara visual yang ―hidup‖, bukan
karya-karya abstrak atau yang memerlukan renungan mendalam.
2. Warna. Dipertanyakan mana yang disukai, mana warna yang
kurang kuat (kabur), mana yang aneh.
3. Penempatan. Dipertanyakan, bagaimana kesesuaian ukuran gambar
dengan bidang gambar, distimulasi perlunya keseimbangan, untuk
meningkatkan kepekaan komposisi.
4. Pemanfaatan media. Dipertanyakan kemungkinan-kemungkinan
teknik penggunaan media, sifat khas media serta cara-cara orang
lain yang berhasil menggunakannya.
Perlu dikemukakan di sini bahwa pengembangan apresiasi seni untuk
SD hendaknya lebih diutamakan secara terpadu dengan kegiatan praktek, jadi
bukan tersendiri misalnya dua jam pelajaran memberi ceramah tentang macam-
macam seni.
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang trianakurniawati.blogspot.com
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Pola Baju Sederhana Dan Praktis
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : http://trianakurniawati.blogspot.co.id/
0 komentar:
Post a Comment