Tugas4-PENERAPAN K3 PADA INDUSTRI BATIK |
UPAYA PERLINDUNGAN PEKERJA DENGAN PENERAPAN K3 PADA INDUSTRI
Latar Belakang
Keselamatan, keamanan, dan kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Setiap manusia dapat mempertahankan kehidupannya dan memenuhi setiap kebutuhan hidupnya bila manusia tersebut berada dalam kondisi yang sehat, selamat, dan aman. Begitu juga dengan kelangsungan hidup untuk sebuah perusahaan maupun industri yang ditunjang oleh faktor keselamatan, keamanan, dan kesehatan pekerjanya.
Kondisi pekerja yang baik dan merasa aman dengan pekerjaannya akan mempengaruhi produktivitas perusahaan atau industri tersebut. Pekerja yang sehat akan memberikan hasil yang maksimal dalam pekerjaannya dibandingkan dengan pekerja yang sakit. Oleh karenanya, keselamatan, keamanan, dan kesehatan pekerja harus diperhatikan bagi setiap pemilik usaha. Dengan memberikan jaminan atas keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja, setiap pekerja akan merasa bahwa dirinya memiliki jaminan atas semua resiko yang diakibatkan oleh pekerjaannya dan dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan. Jaminan ini dapat berupa penyediaan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan, atau berupa penataaan ruang kerja yang tepat.
Setiap perusahaan atau industri pasti memilki standar keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerjanya sendiri – sendiri. Namun terkadang prosedur K3 yang telah diupayakan oleh pemilik perusahaan atau industri tersebut seringkali diabaikan oleh pekerjanya. Hal ini disebabkan para pekerja masih belum menyadari pentingnya mengikuti prosedur keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja. Padahal sebenarnya jika mengikuti prosedur K3 yang telah disediakan oleh perusahaan atau industri akan dapat meminimalisir resiko kecelakaan kerja.
Berdasarkan uraian di atas, kami terdorong untuk melakukan observasi terhadap penerapan K3 dalam sebuah industri, khususnya industri pembuatan batik. Selain melakukan observasi, kami juga melakukan proses sosialisasi tentang pentingnya mengikuti prosedur K3 dalam industri pembuatan batik.
Proses Produksi Dan Identifikasi Permasalahan
2.1 Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja (K3)
Landasan hukum yang mengatur tentang kesehatan, keselamatan, dan kemananan kerja diatur dalam beberapa undang- undang, diantaranya :
2.1.1 Undang – Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
2.1.2 Undang – Undang No 13 Tahun 2003 pasal 35 ayat 3
“Pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja”.
2.1.3 Undang – Undang No 13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan Kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama
Dari landasan hukum inilah dapat disimpulkan bahwa keberadaan K3 sangat penting didalam industri.
Kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di sekitar tempat kerja termasuk masyarakat dan lingkungan pekerjaannya. Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan jaminan dan alat-alat pelindung diri untuk menyehatkan dan mengurangi risiko sakit pada pekerjanya. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Keselamatan kerja adalah upaya agar pekerja selamat di tempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk untuk menyelamatkan peralatan serta hasil produksinya.Ruang lingkup keselamatan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan sosialisasi tentang hal –ahal yang diperbolehkan untuk dipakai dalam bekerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Kemananan kerja adalah upaya agar pekerja merasa tentram dan aman di tempat kerjanya. Ruang lingkup kemanan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan ruang kerja dan peralatan kerja yang tepat. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.
a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material seperti :
1. Baju kerja
2. Helm
3. Kaca mata
4. Sarung tangan
5. Sepatu
b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial seperti:
1. Buku petunjuk penggunaan alat
2. Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
3. Himbauan-himbauan
4. Petugas keamanan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2.2 Diagram Alir dan Uraian Proses Produksi
Studi observasi tentang K3 dalam industri pembuatan batik bertempat di CV. SUBUR MAKMUR ‘Istana Bordir dan Batik’ yang beralamatkan di jl. Raya pakis no. 22, Pakis-Malang. Observasi ini dilakukan pada hari Minggu-Senin tanggal 20-21 oktober 2012.
Industri batik milik Bu Indah ini masih menggunakan alat –alat tradisional seperti canting dalam proses pembuatannya. Alat yang digunakan untuk membuat batik cap pun masih tergolong tradisional. Oleh karenanya, dibutuhkan waktu cukup lama kurang lebih 6 – 8 minggu untuk membuat 1 potong kain batik tulis dengan canting. Untuk dijual di gallery, batik yang sering dipajang adalah batik tulis, sedangkan batik cap digunakan bila ada order besar seperti pesanan instansi pemerintahan atau swasta.
Berikut adalah langkah – langkah untuk membuat batik tulis pada industri Istana Bordir dan Batik menurut hasil observasi yang telah dilakukan.
Pemilihan dan Pembuatan Desain
Langkah pertama yang dilakukan saat membuat batik tulis adalah memilih desain yang akan digunakan. Setelah menentukan desain, buatlah desain pada kertas roti atau kertas minyak. Pembuatan desain pada kertas minyak ini untuk memudahkan saat menjiplak pada kain.
Pemindahan Desain pada Kain
Setelah membuat desain pada kertas minyak, langkah selanjutnya adalah menjiplak motif pada kain dengan menggunakan meja jiplak ( meja dengan papan kaca yang dilengkapi dengan lampu di bawahnya). Pada saat menjiplak, gunakan pensil dan jiplaklah setipis mungkin.
Perebusan Malam
Proses pembuatan batik tulis ini menggunakan alat canting yang diisi dengan malam. Industri milik Bu Indah ini menggunakan malam buatan sendiri yang terbuat dari bahan lilin. Sehingga batik yang dihasilkanpun memiliki keunikan dalam material utama pembuat batik yakni malam.
Proses Membatik pada Kain dengan Canting
Setelah merebus malam, masukkan rebusan malam pada canting sedikit demi sedikit. Ketika menggunakan canting, yang harus diingat adalah canting harus digunakan dalam keadaan malam yang masih panas. Begitu juga saat selesai menggunakan canting, letakkan canting dalam posisi tegak atau sedikit miring, agar malam yang berada di dalamnya tidak beku. Pada proses inilah yang memakan banyak waktu, karena dibutuhkan tingkat keuletan dan kecermatan yang tinggi.
Proses Pengeringan dalam Ruang
Setelah membatik pada kain, keringkan kain di dalam ruangan. Papan yang digunakan untuk mengeringkan kain ini adalah papan kayu yang terletak. Untuk mengeringkan kain yang masih dalam tahap canting, tidak perlu dikeringkan atau dijemur diluar ruangan. Karena tingkat kebasahannya tidak terlalu tinggi, sehingga tidak memerlukan banyak sinar matahari.
Proses Perebusan Kain
Setelah kain kering, mulailah untuk merebus dengan menggunakan panci besar dengan rentangan bamboo di tengah – tengahnya. Proses perebusan kain ini membutuhkan 2 orang untuk mengangkat setiap satu sisi bambu.
Proses Pengeringan di Luar Ruang
Setelah melakukan proses perebusan kain, proses yang selanjutnya adalah mengeringkan kain di luar ruangan. Kain ini dikeringkan di halaman atau pekarangan depan tempat pembuatan batik. Halaman ini sangat teduh, karena masih banyak pepohonan di sekitarnya. Proses pengeringan ini bisa mencapai 2 – 3 hari.
Proses Pengemasan
Setelah semua prosedur dilakukan, langkah yang terakhir adalah pengemasan kain. Kain bisa langsung diolah menjadi busana atau tetap dibiarkan dalam bentuk kain.
Pemantauan Dan Metode
3.1 Faktor Teknis
3.1.1 Faktor Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja memiliki keterkaitan dengan tata ruang atau ergonomi. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai rencana kerja yang memungkinkan manusia bekerja dengan baik tanpa melewati batas kemampuannya. Ergonomi ini berhubungan dengan :
Penyelesaian pekerjaan dengan tenaga kerjanya.
Perencanaan pekerjaan agar dapat menggunakan kemampuan manusia tanpa melebihi batasannya.
Perencanaan sistem Man-Machine dengan tenaga kerja, manusia sebagai kerangka referensinya.
Pertalian antara teknologi dan ilmu biologi manusia.
Karena penataan ruang atau lingkungan kerja sangat berpengaruh bagi kesehatan , keselamatan, dan keamanan pekerja, maka faktor lingkungan ini bisa menjadi sebuah potensi bahaya kecelakaan bila penataannya tidak diperhatikan secara utuh.
3.1.2 Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja
Bahaya adalah sumber potensial kerusakan atau kerugian yang berupa situasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian. Sedangkan risiko adalah kemunginan dan konsekuensi terjadinya luka atau sakit.
Bahaya dapat diklasifikasikan menurut jenisnya, yakni :
Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah jenis bahaya yang dapat dirasakan melalui lima indra, yakni indra penciuman, peraba, perasa, penglihatan, dan pendengaran seperti kebisingan, vibrasi, dan temperatur.
Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah jenis bahaya yang ditimbulkan akibat bahan – bahan yang mengandung material atau senyawa kimia seperti korosif, oksidasi, karsigonetas, ledakan, dll.
Bahaya Biologi
Bahaya biologi adalah jenis bahaya yang disebabkan oleh makhluk hidup, seperti virus, jamur, bakteri.
Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi adalah jenis bahaya yang disebabkan faktor lingkungan, baik dari segi tata letak maupun sumber daya manusianya.
Bahaya Psikologi
Bahaya psikologi adalah jenis bahaya yang disebabkan oleh keadaan psikologis atau mental seseorang, sepert stress kerja,lelah piker, dan beban kerja.
Adapun bahaya di tempat kerja dapat dibagi menjadi 4 kategori yakni :
Kategori
Jenis Bahaya
Mesin dan Peralatan
Mesin tanpa alat pelindung atau pengaman, penggunaan peralatan yang tidak tepat, peralatan yang desain maupun kondisinya tidak baik, peralatan yang mempunyai bagian yang tajam, peralatan dengan hubungan listrik yang salah.
Lingkungan Kerja Fisik
Lantai licin, tidak rata, kotor, ketidakrapian, ketidakbersihan, jalan keluar terhalang, kebisingan yang mengganggu, penerangan yang tidak memadai, kualitas udara dan ventilasi yang buruk, berdebu, berasap atau berbau.
Pekerja dan Tugasnya
Kelelahan, stress, kurang berpengalaman, semangat kerja, pelecehan, diskriminasi, pertambahan jam kerja tanpa istirahat yang cukup, posisi kerja, dan cara mengangkat barang yang tidak benar, gerakan pindah yang berulang.
Organisasi
Kurangnya kebijakan dan prosedur mengenai K3, pelatihan, jadwal pelatihan yang tidak sesuai.
3.2 Faktor Manusia
3.2.1 Kesehatan Tenaga Kerja
Ada beberapa bahaya dan risiko yang diakibatkan oleh pekerjaan membatik, diantaranya
Proses Produksi
Potensi Bahaya Kecelakaan
Proses Mendisain
penyakit mata, seperti plus minus akibat penerangan yang kurang atau terlalu terang.
Proses Perebusan Malam
Terkena gangguan pernapasan, dada sesak akibat bau yang dihasilkan dan kurangnya ventilasi udara.
Proses Membatik Tulis
terkena canting yang berisi malam yang panas, akibatnya kulit bisa terkena luka bakar bahkan melepuh.
Proses Membatik Cap
apabila tidak berhati-hati saat mengecap kain adalah kulit bisa terkena luka bakar bahkan melepuh.
Proses Perebusan Kain
Terkena iritasi mata akibat percikan air panas pada saat merebus, bau yang menyengat dan mengganggu pernapasan
Tabel 2 Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri Batik
Namun para pekerja tidak perlu khawatir akan risiko dan bahaya tersebut. Tingkat terjadinya risiko dan bahaya bisa diminimalisir bahkan dihilangkan bila para pekerja mengikuti prosedur K3 dan menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan. Dan para pekerja pun dapat bekerja dengan nyaman dan sehat.
3.2.2 Kesesuaian Sikap, Cara, dan Sistem Kerja
Industri milik Bu Indah menerapkan sistem kerja bebas bertanggung jawab. Artinya, setiap karyawan tidak memiliki keterkaitan terhadap industri selain tanggungjawabnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Bu Indah tidak pernah mengikat para pekerjanya dengan sistem kerja kontrak ataupun karyawan tetap. Baginya setiap ada orang yang berkompeten dan berkomitmen bisa langsung bekerja. Sistem seperti ini memang memberikan kebebasan pada pekerjanya, namun sistem ini juga memiliki kekurangan yakni tidak adanya askes atau asuransi kesehatan bagi pekerja. Padahal setiap pekerjaan pasti memilki risiko akan penyakit, namun sepertinya metode pekerja lepas yang diterapkan u Indah ini memang mengahruskan untuk tidak mendaftarkan diri sebagai anggota asuransi kesehatan.
Berdasarkan observasi yang kami lakukanpun, kami dapat mengetahui bahwa Ibu Indah sangat memperhatikan kesehatan pekerjanya dengan cara memberikan jam istirahat yang cukup yakni satu jam mulai dari jam 12.00 hingga 13.00 WIB. Handphone pun tidak dilarang keberadaannya di sini, namun tetap saja para pekerja harus berhati – hati saat bekerja. Tidak boleh bermain handphone, kecuali bila ada panggilan yang penting. Saat bekerja pun, para pekerja tidak dianjurkan untuk saling bercanda atau mengobrol, karena akan mengganggu konsentrasi pekerja lainnya dan bisa saja akan terjadi kecelakaan kerja akibat kebisingan.
Upaya Pengetahuan, Rekaya Pengendalian dan Penanggulangan
4.1 Rekayasa Teknologi Pengendalian
4.1.1 Penerapan Ergonomi
Tujuan K3 dalam bekerja serta ruang lingkupnya :
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.
Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada di tempat dan sekitar pekerjaan.
Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaan secara aman, efisien dan efektif,
Menjaga keamanan hasil produksi khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit dari kecelakaan akibat kerja.
Setelah mengetahui tentang tujuan diterapkannya K3 dalam sebuah industri, maka perlu diadakan onservasi tentang kelayakan ergonomi sebuah industri. Industri milik Bu Indah tidak hanya berfokus pada pembuatan batik tapi juga memproduksi busana dan lenan rumah tangga dengan hiasan bordir, kain batik dan busana batik. Industri Bu Indah juga membuka sebuah gallery yang menjual hasil produksi.
Gallery tersebut tidak hanya menjual hasil produksi tetapi juga menjadi tempat proses produksi. Semua hasil produksi di kelompokkan sesuai dengan jenisnya, busana muslim beserta asesorisnya diletakkan pada sekat belakang gallery, sedangkan busana batik, kain batik, busana dan lenan rumah tangga yang dibordir berada pada bagian sekat luar gallery. Sistem penataan ruang yang seperti ini dimaksudkan untuk memudahkan para pembeli dalam mencari barang- barang yang akan dibelinya.
Kesan pertama saat memasuki gallery ini adalah bersih dan indah, tidak ada sampah yang berkeliaran disetiap sudut gallery. Lantai yang dikeramik dan dinding yang dicat berwarna orange memberikan kesan luas pada gallery ini.
Sedangkan untuk tempat produksi busana dan lenan rumah tangga yang dibordir, lantainya masih belum berkeramik, di bagian-bagian tertentu terdapat lantai yang mulai retak dan dindingnya pun tidak dicat, hal ini dikarenakan banyaknya mesin juki yang digunakan dan besarnya getaran yang dihasilkan oleh mesin tersebut dapat merusak keramik lantai. Oleh karenanya, bila lantai dikeramik akan mudah pecah dan tidak awet.
Sedangkan untuk tempat proses produksi batik berada terpisah dengan lokasi konveksi. Lokasi pembuatan batik berada di bagian paling belakang gallery. Di depannya terdapat halaman yang cukup luas untuk mengeringkan batik yang telah dibuat. Batik yang telah dibuat, dikeringkan diatas papan kayu. Batik yang diproduksi di sini masih menggunakan peralatan tradisional. Sama halnya dengan tempat produksi bagian konveksi, tempat ini juga tidak di keramik, dindingnya terbuat dari bilik bambu. Ruangan ini hanya dilengkapi dengan 2 ventilasi, masing – masing terletak disebelah tempat perebusan batik dan tempat penyimpanan batik yang sudah dikeringkan. Berdasarkan observasi yang kami lakukan, 2 ventilasi ini masih kurang untuk sistem sirkulasi udara. Dengan kurangnya ventilasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan. Karena di dalam ruangan tersebut banyak aktivitas yang menghasilkan asap dan bau yang menyengat akibat malam.
Dari segi penerangan juga masih belum memadai, berada di tempat yang kurang terkena sinar matahari, tempat ini hanya dilengkapi dengan 3 lampu neon dengan 18 watt. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan gangguan penglihatan seperti penyakit minus atau plus pada mata.
Dari segi tata ruang, penempatan piranti-piranti untuk pembuatan batik sudah cukup tertata dengan baik dan rapi. Mulai dari penempatan kompor untuk merebus malam dan pewarna yang diletakkan pada sudut ruangan untuk meminimalisir terjadinya asap yang berlebihan dan menjaga agar karyawan tidak menyentuh kompor tersebut. Penempatan kayu penyanggah untuk kain batik yang sedang dalam proses sudah termasuk dalam prosedur K3. Dan pemakaian alat-alat kecil seperti canting sudah tepat pula penggunaanya di dalam proses membatik.
Penataan rak-rak tempat hasil produksi batik tertata rapi dan tidak mengganggu proses kerja dalam kegiatan tersebut.
Berikut ini dokumentasi tata ruang proses pembatikan:
Gambar 1.1 tempat perebusan kain Gambar 1.2 tempat pembuatan batik
Gambar 1.3 perebusan malam Gambar 1.4 penyelupan batik jumputan
Gambar 1.5 membentangkan batik Gambar 1.6 gawangan
4.2 Pencegahan dan Penanggulangan dari Aspek Manusia
4.2.1 Penyakit Akibat Kerja
Di dalam industri ini, pemilik usaha telah mengupayakan K3 untuk pekerjanya. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui beberapa upaya pemilik usaha dalam memberikan jaminan K3 pada pekerjanya.
Bagian tubuh yang terganggu
Penyebab
Cara Menghindari
Mata
Asap, debu, logam asam, radiasi ultraviolet
– Mengatur posisi duduk dan jarak mata terhadap objek
– Menyediakan obat mata
Hidung dan tenggorokan
Debu, serbuk kayu, asap, larutan malam, kapas
-Menggunakan masker hidung
-Menyediakan obat penyakit ringan (flu, batuk)
Otot dan punggung
Membungkuk, posisi yang tidak enak
Perhatikan ergonomi yang baik
Tabel 1.1 Tabel Kesehatan Kerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Saran
Rambut Rambut yang panjang harus diikat ke belakang. Bila rambut kurang panjang untuk diikat, gunakan jepit atau jala untuk mencegah rambut jatuh ke wajah.
Jilbab Jangan menggunakan jilbab yang terlalu menjuntai, apabila jilbab terlalu panjang diikat ke belakang.
Pakaian Pakailah pakaian yang pas, tidak terlalu longgar terutama didaerah lengan. Jangan memakai dasi atau pita. Selendang diikat dengan baik (jangan longgar).
Perhiasan Dilarang menggunakan kalung yang panjang (menjuntai sampai kebagian dada), tidak dianjurkan untuk memakai cincin, gelang atau anting, jam tangan, rantai, dan anting yang panjang.
Kuku jari Tidak boleh memelihara kuku terlalu panjang.
Tabel 1.2 Tabel keselamatan kerja
Hal yang harus diperhatikan
Saran
Meninggalkan kompor Selalu matikan kompor bila sedang tidak digunakan.
Kecilkan api bila meninggalkan kompor (proses perebusan)
Kebisingan Jangan membuat suara keras atau gerakan mendadak yang dapat mengejutkan orang lain yang sedang bekerja karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Kecelakaan Jangan panik jika terjadi kecelakaan. Beritahu orang terdekat agar mencari bantuan (kecelakaan akibat menyentuh malam yang masih panas diantisipasi dengan memberikan minyak tanah)
Kerapian dan kebersihan Selalu bersihkan dan tempatkan alat sesuai posisi yang semula. Apabila selesai menggunakan canting, letakkan canting dalam posisi berdiri atau sedikit miring. Hal ini dilakukan agar lubang kecil pada canting tidak tersumbat oleh malam yang mebeku.
Makanan dan minuman Jangan membawa makanan dan minuman di area kerja. Hal ini bisa mengotori area kerja dan mengganggu kenyamanan saat bekerja.
Sikap dan kebiasaan Selalu bertindak dengan penuh tanggungjawab. Datang sesuai dengan jam kerja (pukul 08.00-16.00 WIB). Bila diperlukan untuk lembur, batas maksimal sampai pukul 18.00 WIB atau pada hari minggu.
Pengecekan alat Dilakukan setiap 6 bulan sekali
Tabel 1.3 Tabel keamanan kerja
Semua hal yang telah disebutkan dalam tabel, merupakan bentuk upaya pemilik usaha dalam menjamin kesehatan, keselamatan, dan keamanan pekerja. Namun sayangnya, para pekerja tidak memanfaatkan fasilitas masker dan sarung tangan yang telah disediakan oleh pemilik usaha. Akibatnya para pekerja terkadang mengalami kecelakaan kerja akibat canting dan panci untuk merebus kain. Kecelakaan kerja ini mengakibatkan luka bakar, dan dampak yang paling parah adalah kulit yang melepuh.
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang langkah keselamatan kerja pada proses produksi bordir
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang KONSEP DASAR KERAJINAN TEKSTIL
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : https://k3tium.wordpress.com/2012/12/18/tugas4-penerapan-k3-pada-industri-batik-2/
0 komentar:
Post a Comment