Pemanfaatan serat pisang sebagai bahan kerajinan tekstil di perusahaan tenun dan kerajinan kreatif ridaka Pekalongan
Pemanfaatan serat pisang sebagai bahan kerajinan tekstil di perusahaan tenun dan kerajinan kreatif ridaka Pekalongan |
kerajinan tekstil - Peninggalan-peneinggalan sejarah membuktikan bahwa: Sejarah pertenunan
mulai dikenal sejak zaman prasejarah bersamaan
timbulnya peradaban manusia.
Mula-mula kain dibuat dengan kulit-kulit
alam, baik dari binatang
maupun tumbuh-tumbuhan. Cara pembuatannya
sangat primitif yaitu dengan memukul-mukul kulit kayu agar menjadi
lemas sehingga dengan cara ini kulit kayu tersebut dapat menjadi selembar
kain” (Yayasan Tekstil IKATSI, Gani Hasan, dkk, 1977:147).
Sejarah pertenunan di Indonesia mulai dikenal sejak zamam prasejarah, ini
dibuktikan dari beberapa penemuan-penemuan ahli purbakala.
Menurut beberapa
ahli purbakala: “hasil temuan situs prasejarah, antara lain situs Gilimanuk di Bali, gunung Wingko di Yogyakarta, Melolo di Sumba, membuktikan bahwa pertenunan sudah lama di kenal di Indonesia sejak jaman prasejarah”
(Djoemena Nian S., 2000:4-5).
Ahli sejarah
berpendapat lagi tentang sejarah pertenunan di Indonesia,
yang menyatakan bahwa:
Sejak zaman neolithikum di Indonesia telah dikenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan zaman itu dapat diketahui bahwa kulit kayu merupakan pakaian manusia pada zaman prasejarah di Indonesia.
Alat terbuat berupa alat pemukul kulit kayu yang dibuat dari batu, seperti
yang terdapat pada koleksi prasejarah di musium pusat jakarta.
(Yayasan Tekstil IKATSI, Gani Hasan, dkk, 1977:147).
“Pembuatan kain dengan bahan alam yang dipukul-pukul tersebut ternyata
tidak cukup kekuatannya, kemudian timbul pemikiran manusia untuk mengannyam bahan-bahan yang mempunyai cukup kekuatannya, dengan tangan,
seperti akar-akaran, rumput-rumputan dan sebagainya” (Yayasan Tekstil IKATSI,
Gani Hasan, dkk, 1977:147).
Perkembangan berikutnya muncullah benang sebagai bahan untuk
pembuatan kain. “Benang tersusun dari serat-serat stapel dan filamen baik yang berasal dari alam maupun sintetis”
(Yayasan Tekstil IKATSI, Gani Hasan, dkk, 1977:77).
Benang tersebut ditenun pertama kali dengan alat yang sederhana,
Kemudian muncullah mesin penenun yang lebih cepat dan mudah yang disebut Alat Tenun Mesin ATM).
Perkembangan alat tenun sekarang ini begitu pesat dan beragam,
“namun pada prinsipnya tidak berubah sejak pertama kali orang mengenal alat tenun”
(Yayasan Tekstil IKATSI, Gani Hasan, dkk, 1977:147). Demikian pula
dengan kain tenun, sekarang ini banyak sekali keanekaragamman desain struktur yang diciptakan, namun pada dasarnya menurut
Yayasan Tekstil IKATSI “anyaman yang dikenal orang untuk pertama kali masih mendasari anyaman-anyaman kain yang banyak dijumpai masa kini”
(Yayasan Tekstil IKATSI, Gani Hasan, dkk, 1977:147).
Sejarah pembuatan kain dengan Alat Tenun Mesin (ATM) pada masa
sekitar revolusi industri dikatakan bahwa :
taraf perkembangan teknik pembuatan kain masih sangat dibatasi, hal ini dikarenakan pembuatannya belum dapat dilakukan dengan efisien dan
dalam jumlah yang besar (massal), sehingga kain tersebut masih
merupakan hasil kerajinan. Pembuatan desain struktur pada kain yang
komplek hanya diterapkan pada tekstil-tekstil yang ekslusif, seperti kain yang dipakai dalam upacara-upacara agama / adat, kain untuk kaum
bangsawan dan sebagainya. Sedangkan kain yang dipakai untuk kaum
kebayakan (masyarakat biasa) adalah kain-kain dengan struktur sederhana
(Adji Isworo Yosef, 1991:1)
buka mesin jahit : http://core.ac.uk/download/pdf/16506588.pdf
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang kerajinan tekstil
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Pengemasan dan Perawatan Kerajinan dari Bahan Lunak
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Post a Comment