Karya Seni Kriya Tekstil Nusantara |
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya dengan berbagai macam budaya, tradisi, dan karya yang beragam. Seni kriya tekstil adalah salah satunya. Hasil seni yang perkembangannya cukup pesat dan persebarannya begitu mudah. Seni kriya tekstil kini dapat dianggap sebagai kebutuhan hidup yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia.
Seni kriya tekstil yang cukup dikenal tak hanya di Indonesia, namun juga di dunia adalah batik dan tenun. Kedua bentuk kriya tekstil ini merupakan hal yang umum dan dapat dijumpai di mana-mana pemakaian batik dan tenun sebagai sandang sehari-hari. Dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat.
Karena lahir dari tradisi lama bangsa Indonesia, dalam sejarahnya tiap-tiap motif batik dan tenun memiliki maknanya sendiri. Namun dalam masyarakat belum memahami karya tersebut dari unsur teknik, bahan, nama motif, maupun makna motif. Sehingga terjadi ketidaksesuaian peristiwa dengan motif yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari batik dan tenun?
Bagaimanakah teknik pembuatan batik dan tenun?
Apa saja jenis-jenis motif pada batik dan tenun?
Bagaimanakah makna motif batik dan tenun serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari?
Bab II
Kajian Pustaka
A. Pengertian
1.Batik
Kata batik berdasarkan etimologis (asal muasal kata) nya, merupakan gabungan dari dua kata bahasa Jawa, yakni 'amba' yang bermakna menulis, dan 'titik' yang bermakna titik.. Menurut Kuswadji, batik berasal dari kata "Mbatik", yaitu 'mbat' (ngembat: melemparkan) dan 'tik' (titik).
Dalam artian sederhana, yang dimaksud dengan kata batik atau mbatik adalah melemparkan titik berkali-kali pada kain. Sedangkan menurut Soedjoko, batik berasal dari bahasa Sunda. Dalam bahasa Sunda, batik berarti menyungging pada kain dengan proses pencelupan. Istilah ini ditemukan dalam Babad Sengkala (1633) dan Pandji Djaja Lengkara (1777).
2. Tenun
Tenun adalah suatu kegiatan menenun kain mulai dari helaian benang pakan dan benang lungsin yang sebelumnya dicelupkan ke zat pewarna. Ada beberapa teknik tenun yang dikenal di kalangan masyarakat Indonesia diantaranya adalah tenun ikat, tenun benang tambah dan tenun datar.
Menurut Prof A.R hein sekitar tahun 1880 di Eropa tepatnya dalam bahasa Belanda mendefinisikan istilah ikat berasal dari kata "ikatten". Sedangkan dalam bahasa Inggris kata "ikat" berarti hasil selesai dari kain tenun yang sedang dibuat dengan teknik ikat dan "to ikat" berarti suatu proses dari tekniknya.
B. Teknik Pembuatan
1. Batik
G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Sri Lanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Hal tersebut tentu mengejutkan mengingat bahwa bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme walaupun diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. Sedangkan menurut catatan sejarah, batik di Jawa mulai berkembang pada zaman kerajaan Majapahit.
Wang Dayuan, seorang pedagang dari dinasti Yuan yang pernah melakukan perjalanan ke perairan Asia Tenggara pada awal abad ke-14, telah menulis Daoyi Zhilue (yang dilengkapi pada 1349) bahwa orang-orang di Jawa Timur telah mampu membuat kain dengan kualitas dan warna yang bagus. Sayangnya naskah Wang Dayuan ini tidak menyebutkan secara detail pembuatan kain ini.
Legenda lain tentang batik pun muncul, yakni tertulis dalam literatur Melayu abad ke-17. Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
KRT Hardjonagoro, ahli tentang batik menyatakan bahwa batik sebagai seni mulai berkembang pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari kerajaan Mataram pada awal abad 17.
1. Teknik Canting Tulis
Teknik Canting Tulis, adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting. Canting terbuat dari tembaga ringan yang berbentuk seperti teko kecil dengan corong di ujngnya. Canting berfungsi untuk menorehkan cairan malam/lilin pada pola. Saat kain dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan canting tulis sepeti ini disebut teknik membatik tradisional.
2. Teknik Canting Cap
Teknik cap merupakan cara pembuatan motif batik menggunakan canting cap. Canting cap merupakan kepingan logam atau pelat berisi gambar yang agak menonjol. Permukaan ccanting cap yang menonjol dicelupkan ke dalam cairan malam (lilin batik). Selanjutnya canting cap dicapkan pada kain /mori. Canting cap akan meninggalkan motif. Motif inilah yanng disebut klise. Canting cap membuat proses pemalaman lebih cepat. Oleh karena itu, teknik printing dapat menghasilkan kain batik yang lebih benyak dalam waktu yang lebih singkat.
3. Teknik Celup Ikat
Teknik Celup Ikat merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, kemudian kain dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Bagian kaian yang diikat atau ditutup lilin tidak akan terkena bahan pewarna. Setelah diangkat dari larutan pewarna kemudian ikatan dibuka maka bagian yang diikat tidak berwarna. Bagian tersebut tetap berwarna putih. Motif inilah yang disebut motif dalam bentuk negatif atau klise.
4. Teknik Colet
Teknik Colet yaitu motif batik yang dihasilkan dengan teknik colet tidak berupa klise. Teknik colet disebut juga teknik lukis, yaitu cara mewarnai pola batik dengan mengoleskan cat atau pewarna pada kain jenis tertentu pada pola batik dengan alat khusus atau dengan kuas.
5. Teknik Printing
Batik printing adalah tekstil yang bermotif batik bikinan pabrikan yang muncul seiring kemajuan teknologi pencetakan komputer.
2. Tenun
Jenis tenun dihasilkan dari peralatan ataupun teknik yang dipergunakan dalam menenun benang lungsi dan benang pakan. Benang lungsi adalah benang yang terletak memanjang (vertikal) pada alat tenun, benang pakan adalah benang yang masuk keluar pada lungsi saat menenun.
1. Tenun Sederhana.
Tenun yang dihasilkan dari benang pakan masuk keluar kedalam benang lungsi dengan ritme yang sama, sehingga menghasilkan tenun polos tanpa corak atau dengan corak garis-garis, kotak-kotak sesuai dengan warna dan jenis benang yang dipakai, sehingga menghasilkan tenunan yang disebut tenun lurik (garis-garis) atau tenun poleng (kotak-kotak). Tenun ini banyak dijumpai di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara.
2. Tenun ikat lungsi
Tenun ikat lungsi adalah produk tenun dengan desain yang terjadi dari kumpulan benang lungsi yang dibentangkan pada alat perentang diikat dengan tali rafia berbagai warna yang disesuaikan dengan ragam hias dan warna yang diinginkan, kemudian dicelup. Setelah mengering pada bagian yang ditandai oleh warna rafia tertentu dibuka ikatannya dan dicolet dengan warna yang diinginkan, dilakukan seterusnya pada ikatan warna rafia yang lain dicolet dengan warna-warna yang diinginkan. Setelah kering, kemudian ditata pada alat tenun dan ditenun dengan benang pakan warna tertentu sesuai dengan warna yang diinginkan secara keseluruhan.
Hasil tenun ikat lungsi banyak dijumpai dari daerah NTB, NTT, Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat , Sulawesi Utara, Papua Barat.
3. Tenun Ikat Pakan
Tenun ikat pakan proses pembuatannya sama dengan tenun ikat lungsi, tetapi yang diikat adalah kumpulan benang pakan sesuai dengan ragam hias dan warna yang diinginkan, kemudian ditenun pada bentangan benang lungsi yang sudah tertata pada alat tenun dengan warna yang yang diinginkan secara keseluruhan.
Hasil tenun ikat pakan banyak dijumpai dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah.
4. Tenun Ikat Ganda (Ikat Lungsi dan Pakan)
Kedua teknik tersebut diatas digabungkan dalam proses penenunannya, sehingga corak akan terbentuk dari persilangan benang lungsi dan benang pakan yang bertumpuk pada titik pertemuan corak yang dikehendaki. Hasil tenun ikat ganda dapat dijumpai dari Bali (Tenganan),Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
5. Tenun Songket
Tenun songket adalah tenun dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang perak, emas, tembaga atau benang warna diatas benang lungsi. Penempatannya tergantung dari corak yang diinginkan, ada kalanya penuh dengan berbagai ragam hias, atau beberapa bagian kain saja dan kadangkala dipadu dengan teknik ikat.
Tenun songket banyak terdapat di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara.
Tenun songket kombinasi ikat pakan terdapat di daerah Bengkulu (tenun Cual), Sumatera Selatan (tenun Limar).
6. Tenun Dobby
Tenun dobby dihasilkan melalui pola yang dibuat pada sebuah susunan kayu selebar 2 cm x 20 cm. Kayu-kayu itu disusun sampai puluhan. Tiap kayu memiliki 16 titik yang ditutup besi semacam paku sesuai motif yang diinginkan. Fungsinya sama dengan pola kain strimin.
Tenun dobby banyak diproduksi di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah. Hasilnya banyak dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan kain batik.
B. Motif
1. Batik
Penggolongan Motif Batik
- Motif Batik Geometris
Motif Geometris adalah motif-motif batik yang ornament-ornamennya merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias geometris ini adalah motif tersebut mudah dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang disebut satu "raport". Golongan geometris ini pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti bentuk-bentuk segiempat, segiempat panjang atau lingkaran. Motif batik yang memiliki raport segi empat adalah golongan Banji, Ceplok, Ganggang, Kawung.
b. Raportnya tersusun dalam garis miring, sehingga raportnya berbentuk semacam belah ketupat. Contoh motif ini adalah golongan parang dan udan liris.
- Motif Batik Non Geometris
Motif non geometris adalah motif-motif batik yang tidak geometris. Termasuk dalam motif ini adalah motis Semen, Buketan, Terang Bulan. Motif-motif golongan non geometris tersusun dari ornament-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi, Binatang, Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif tersebut.
B. Ornamen Motif Batik
Ornamen motif batik terdiri atas ornamen utama dan ornamen pengisi bidang.
a. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang mempunyai arti, sehingga susunan ornamen- ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti daripada motif itu sendiri.
Contoh:
Sawat atau lar, melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi.
Meru, melambangkan gunung atau tanah.
Lidah api atau Modang, melambangkan nyala api.
Ular/naga, melambangkan air.
Burung, melambangkan angin.
b. Ornamen tambahan atau Isen tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. Bentuk lebih kecil dan sederhana. Dalam satu motif dapat diisi satu atau beberapa ornament pengisi.
C. Makna Motif-Motif Batik
Batik tidak hanya sekedar wastra, tetapi karya seni budaya, yang pada awalnya selalu dihadirkan pada upacara-upacara tradisi dalam masyarakat Jawa. Batik selalu menyertai setiap tahapan dalam daur hidup manusia. Filosofi dalam pola batik yang merupakan harapan atau doa-doa itulah yang menyebabkan batik selalu ada pada setiap upacara-upacara masyarakat Jawa, dan di indonesia pada umumnya.
Menilik sejarahnya, sejak zaman penjajahan Belanda batik telah digolongkan menjadi dua kelompok besar dengan mengacu pada sudut daerah pembuatan batik tersebut, yaitu batik Vorstenlanden dan batik pesisir. Batik Vorstenlanden merupakan istilah bagi batik yang berasal dari wilayah Solo dan Yogyakarta karena pada saat itu daerah ini merupakan daerah kerajaan yang disebut Vorstenlanden. Istilah batik pesisir disematkan pada semua batik yang pembuatannya dilakukan di luar daerah Solo dan Yogyakarta. Ciri khas yang membedakan corak batik Solo dan Yogyakarta dengan baik pesisir adalah bahwa batik Solo dan Yogyakarta memiliki ragam hias bersifat simbolis berlatarkan kebudayaan Hindu-Jawa dan memiliki paduan warna indigo, hitam, dan putih.
1. Batik Daerah Solo
Warna soga (kecokelatan) menjadi ciri khas batik Solo, dan kemudian disebut sebagai batik Sogan, ini memiliki arti "kerendahan hati, bersahaja" menandakan kedekatan dengan bumi, alam, yang secara sosial bermakna dekat dengan rakyat. Batik Solo menguarkan aura megah dan kesan anggun. Tidak semata-mata karena paduan warna dan lekuk motifnya, melainkan makna yang terkandung di balik setiap motif itu
Daerah Solo merupakan kerajaan dengan segala tradisi dan adat istiadatnya. Ragam hias batik diciptakan dengan pesan dan harapan semoga membawa kebaikan bagi pemakai. Semua dilukiskan secara simbolis, misalnya:
a. Ragam hias larangan dan dianggap sakral, hanya dikenakan raja dan keluarganya yaitu parang rusak barong, sawat dan kawung.
b. Ragam hias slobog berarti agak besar/longgar dipakai untuk melayat. harapannya semoga arwah yang meninggal tidak mendapat halangan.
c. Sidomukti dipakai pengantin. Sido berarti terus menerus dan mukti berarti hidup berkecukupan, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
d. Truntum dipakai orang tua pengantin. Truntum berarti menuntun, maknanya orang tua menuntun mempelai memasuki hidup baru.
e. Satria Manah dipakai wali pengantin pria ketika meminang dengan harapan semoga lamaran sang pria dapat diterima dengan baik oleh pihak wanita.
f. Semen Rante dipakai wali pengantin wanita ketika menerima lamaran. Rantai melambangkan ikatan yang kokoh. Harapannya jika lamaran telah diterima, pihak wanita menginginkan hubungan erat dan kokoh yang tidak dapat lepas lagi.
g. Parang Kusumo dipakai gadis pada upacara tukar cincin. Kusumo berarti bunga yang sedang mekar.
h. Pamiluto dikenakan ibu si gadis pada upacara tukar cincin. Berasal dari kata pulut, melambangkan harapan ibu agar pasangan dara dan pria tidak terpisahkan lagi.
i. Bondet dipakai pengantin wanita pada malam pertama. Berasal dari kata bundet berarti saling mengikat.
k. Ceplok Kasatriyan dipakai sebagai kain untuk upacara kirab pengantin. Batik ini digunakan oleh golongan menengah ke bawah. Pemakainya agar terlihat gagah dan memiliki sifat ksatria.
l. Sido Mulyo bermakna dharma, kemakmuran dan melindungi buminya.
m.Wahyu Temurun bermakna diharapkan pemakainya selalu mendapatkan petunjuk dalam menghadapi kehidupan oleh Yang Maha Kuasa.
n. Sekar Jagad bermakna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata "kar jagad" yang diambil dari bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.
o. Ragam Hias Cakar digunakan orangtua pengantin wanita saat siraman dengan harapan kelak calon pengantin dapat mencari nafkah sendiri.
p. Sido Wirasat yang melambangkan harapan bahwa orang tua akan menuntun serta memberi nasehat pada kedua mempelai yang akan memasuki kehidupan berumah tangga.
2. Batik Daerah Yogyakarta
Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga keraton saja. Warna batik tradisionalnya adalah biru-hitam, serta soga cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu tegeran warna kuning.Sered atau pinggiran kain diusahakan tidak kemasukan soga atau pewarna. Oleh sebab itu, pinggiran batik Yogyakarta berwarna kain latar. Karakter motif batik Yogya adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Konon, karakter ini berhubungan dengan keraton Yogya yang anti-kolonial.
Perpaduan tata ragam hias Yogyakarta cenderung pada perpaduan berbagai jenis ragam hias geometris dan berukuran besar, misalnya:
a. Grompol dikenakan pada upacara perkawinan. Grompol berarti berkumpul atau bersatu, merupakan pengharapan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup rukun dan sebagainya.
b. Tambal digunakan untuk selimut orang sakit. Tambal diambil dari pengertian menambal, yaitu berarti menambah atau memperbaiki sesuatu yang kurang sehingga kemudian dianggap dapat menyehatkan yang sakit.
c. Sido Asih bermakna si pemakai selalu diliputi kasih sayang dalam berumah tangga.
d. Ratu Ratih dan Semen Roma melambangkan kesetiaan seorang isteri.
e. Cuwiri memiliki filosofi pengharapan pemakainya terlihat pantas dan dihormati.
3. Batik Daerah Pekalongan
Pekalongan adalah salah satu daerah produksi utama batik dengan desain utara Jawa pesisir. Ragam hias Hindu-Jawa melekat namun tidak seperti Solo-Yogya yang terikat peraturan-peraturan keraton. Pembatik santri di Pekalongan pun menerapkan seni hias dari nuansa Islam. Pengaruh dominannya datang dari Cina dan Belanda, dan akibat paparan dengan berbagai budaya, sangat berbeda dengan batik di pedalaman Jawa. Warna lebih beraneka dan ragam hiasnya naturalistis. Ada lebih dari 100 desain Batik yang sudah dikembangkan sejak 1802, dan beberapa yang populer antara lain batik Jlamprang diilhami India dan Arab, batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina, batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Warna cerah dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat lebih dinamis lantaran permainan motif yang lebih bebas. Media kainnya pun bermacam-macam.
a. Jlamprang
Dr. Kusnin Asa berpendapat bahwa Jlamprang merupakan bentuk motif kosmologis dengan mengetengahkan pola ragam hias ceplokan bentuk lung-lungan dan bunga padma, menunjukan makna tentang peran dunia kosmis yang hadir sejak agama Hindu dan Buddha berkembang dijawa. Pola ceplokan yang distilirasi dalam bentuk dekoratif menunjukan corak peninggalan masa prasejarah yang kemudian menjadi waris agama Hindu dan Buddha.
Dalam Aliran Hindu-Tantrayana Syaiwapaksa yang lambangnya adalah Cakra merupakan simbol meditasi dewa Siwa. Sementara itu, Syaiwapaksa berarti senjata panah Dewa Syiwa. Bunga Padma meupakan lambang kehidupan dalam kepercayaan Hindu-Buddha.Namun, Lung dan pada masana biasanya merupakan lambang dari konsep mandala agama hindu Syiwa yang beraliran Tantra.
b. Encim adalah identitas peranakan wanita Tionghoa. Masih kuat dengan pengaruh motif Cina.
4. Batik Daerah Cirebon
Motif batik Cirebon yang paling diingat orang sekaligus dijadikan lambang kota tersebut adalah motif awan Mega Mendung. Motif ini banyak dipengaruhi oleh budaya China. Garis-garis awan dalam motif mega mendung diinspirasi dari motif China. Meski demikian, mega mendung ala Cirebon tetap memiliki ciri khas sendiri yakni bentuk garis-garis awan yang berbentuk lonjong, lancip dan segitiga yang berbeda dengan garis awan motif China yang umumnya berbentuk bulatan atau lingkaran. Sentuhan budaya China pada batik Cirebon itu pada akhirnya melahirkan motif batik baru khas Cirebon.
Mega mendung Cirebon sarat makna religius dan filosofi. Garis-garis gambarnya merupakan simbol perjalanan hidup manusia, dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa hingga menemui akhir hayatnya. Rangkaian kehidupan, dari lahir sampai temui ajal ini merupakan simbol kebesaran Sang Ilahi. Selain perjalanan manusia, corak mega mendung juga melukiskan kepemimpinan yang mengayomi dan juga perlambang keluasan serta kesuburan.
5. Batik Daerah Tegal
Batik Tegalan didominasi warna coklat dan biru. Ciri khas lain batik Tegalan adalah berwarna-warni. Batik tulis Tegal atau Tegalan itu dapat dikenali dari corak gambar atau motif rengrengan besar atau melebar. Motif ini tak dimiliki daerah lain sehingga tampak eksklusif. Motifnya banyak mangadaptasi dari aneka flora dan fauna disekitar kehidupan masyarakat di kota Tegal.
a. Motif Lasem Parang bermakna petuah agar tidak berputus asa, tidak pernah berhenti dalam memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, dan memperukun pertalian keluarga.
b. Motif Lasem bermakna memotivasi untuk hidup jauh lebih baik, bahagia, dan panjang umur.
6. Batik Daerah Banten
Motif batik banten yang paling terkenal dan menjadi ciri khas batik Banten adalaha Motif Datulaya. Datulaya berarti tempat tinggal pangeran. Pangeran yang dimaksud adalah Sultan Hasanuddin. Motifnya diambil dari ruang keluarga kesultanan tersebut.
Warna batik Banten sangat meriah. Itu merupakan hasil perpaduan warna-warna pastel yang ceria namun lembut. Warna ini konon sulit ditiru perajin batik dari daerah lain karena menggunakan air Banten asli yang kabarnya menguatkan warna. Kombinasi warna ini juga dipengaruhi tanah. Ketika dicelup, warna-warna terang tadi berubah menjadi nuansa pastel yang lebih kalem. Warna-warna tersebut mencerminkan karakter orang Banten yang bersemangat, ekspresif tetapi rendah hati.
Semangat kesultanan dan sejarah semakin terlihat pada nama-nama motif batik Banten kebanyakan. Ada Sabakingking (dari gelar Sultan Hasanuddin), Kawangsan (ada hubungannya dengan Pangeran Wangsa), Kapurban (ada kaitan dengan gelar Pangeran Purba), serta Mandalikan (berhubungan dengan Pangeran Mandalika). Ada lagi motif Srimanganti yaitu tempat raja bertatap muka dengan rakyat dan motif Surosowan, yaitu ibukota kesultanan Banten. Semuanya merupakan ragam hias dari karya seni abad ke-17 yang dibangkitkan kembali
2. Tenun
Motif Tenun Minangkabau
1. Pucuk rabuang. Motif ini memiliki makna bahwa hidup seseorang harus berguna sepanjang waktu. Motif ini bercerita bahwa hidup harus mencontoh falsafah bambu, dimana bambu selalu berguna sejak muda (rebung) untuk dimakan, dan saat tua (bambu) sebagai lantai rumah atau bahan bangunan. Motif rebung ini juga mengibaratkan bahwa tanaman ini berguna sepanjang hidupnya dan semua bagiannya memiliki banyak kegunaan.
2. Itiak pulang patang. Motif ini memiliki makna bahwa hidup dalam masyarakat haruslah seiya sekata, seiring sejalan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Motif ini ingin mengajak masyarakat untuk bisa hidup bersama dan menggambarkan kerukunan masyarakat Minangkabau yang hidup dalam tatanan kegotongroyongan yang solid.
3. Kaluak paku. Motif ini memiliki makna bahwa kita sebagai manusia haruslah mawas diri sejak kecil, dan perlu belajar sejak dini mulai dari keluarga. Pendidikan dalam keluarga menjadi bekal utama untuk menjalankan kehidupan di masyarakat. Setelah dewasa kita harus bergaul ke tengah masyarakat, sehingga bekal hidup dari keluarga bisa menjadikan diri lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh hal negatif. Uniknya, motif ini juga memiliki makna lainnya, yaitu seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi masyarakat yang ada disekitarnya.
4. Sajamba makan. Motif ini digunakan sebagai lambang kebersamaan dalam menikmati keberhasilan.
5. Tirai. seperti yang diketahui tirai merupakan hiasan dari kain yang diletakkan pada dinding, pintu, dan lainnya, yang berfungsi untuk menambah keindahan dan suasana yang semarak. Motif ini menggambarkan keindahan, lambang kemewahan dalam upacara adat Minangkabau.
6. Saluak laka. Motif ini memiliki memiliki arti lambang kekerabatan. Hal ini akan memberi makna dalam kehidupan masyarakat, bahwa kekuatan akan terjalin dari kesatuan yang saling terikat sehingga akan terwujud kekuatan bersama dalam menghadapi bermacam masalah.
7. Unggan seribu bukit. Ini merupakan motif terbaru yang diprakarsai oleh Samuel Wattimena yang bekerjasama dengan perajin tenun di Unggan, dan Dekranasda Sumatera Barat. Kerajinan tenun unggan ini merupakan perpaduan teknik bertenun dari pandai sikek dengan silungkang. Motif ini memiliki arti kekompakan dalam kerjasama, kegigihan dalam berusaha, dan sifat ingin maju seseorang.
Bab III
Penutup
A. Simpulan
Dalam pemakaiannya ternyata masih banyak orang yang belum memahami makna dari setiap motif pada seni kriya tekstil Nusantara terutama batik dan tenun. Perlunya pemahaman terhadap filosofi-filosofi hidup yang bahkan sudah dikembangkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.
Sementara itu kuatnya nilai tradisi, budaya yang terangkum dalam berbagai bentuk seni kriya tekstil terutama batik dan tenun mengandung banyak sekali tuntunan hidup, harapan, dan nilai-nilai yang baik sekali untuk dipelajari.
B. Saran
Sebaiknya sosialisasi tentang makna-makna pada motif seni kriya tekstil Nusantara terutama batik dan tenun lebih digencarkan kembali. Dan alangkah baiknya apabila dimulai dari diri setiap orang, memahami kemudian menyesuaikan antara motif yang digunakan dengan penggunaannya.
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang karya tekstil nusantara dari daerah asal dan maknanya
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Bagaimana Cara Membuat Akun Facebook / FB Baru Dengan Mudah
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : http://shininglight-placestudy.blogspot.co.id/2014/03/karya-seni-kriya-tekstil-nusantara.html
0 komentar:
Post a Comment