, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Industri Kreatif Keranjang Rotan Di Beton-Menganti

 Industri Kreatif Keranjang Rotan Di Beton-Menganti

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
 Industri Kreatif Keranjang Rotan Di Beton-Menganti
  cara membuat kerajinan rotan dengan mempunyai langka langka dantempat pensil  - Keranjang rotan merupakan produk budaya yang tak lepas dari teknologi, dan upaya pengembangannya dalam lingkup industri kreatif. Untuk menghasilkan keranjang  yang memenuhi kriteria diperlukan model. Model merupakan pola dari keranjang yang akan dihasilkan. Keranjang dituntut memiliki nilai guna, disamping memiliki keindahan bentuk, dan keindahan kemasan. Permasalahan utama, produksi keranjang rotan desa Beton belum memiliki standar model dan desain kemasan, sehingga mempengaruhi nilai penjualan. Pendekatan studi kasus dilakukan terhadap dua pengrajin dengan memanfaatkan pola geometri sebagai acuan. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa pengembangan desain keranjang rotan dengan mal menghasilkan konstruksi  yang kokoh, bila dibandingkan dengan tidak menggunakan mal. Produk yang dirancang dengan serius dan memperhatikan pola yang ditentukan, serta dikemas dengan merek dan memanfaatkan strategi pemasaran  yang jeli dapat meningkatkan nilai dan kualitas produk.
Kata Kunci:Industri kreatif, keranjang rotan, teknologi



Keranjang rotan merupakan salah satu kelompok dari barang kerajinan. Dalam pembuatannya memerlukan ketrampilan, ketekunan, dan kreativitas dari pembuatnya. Sehingga kerajinan rotan dapat dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif, dimana masyarakat setiap harinya terlibat dalam situasi dan aktivitas membuat berbagai barang kerajinan  berbahan dasar rotan. Seperti yang diungkapkan oleh Mari Eka Pangestu (2007), bahwa yang termasuk sektor industri kreatif beberapa diantaranya adalah; periklanan, pasar seni, kerajinan, dan desain. Dengan demikian maka ke empat poin tersebut menjadi pertimbangan dalam penulisan ini. Menurut Euis, Industri kreatif pada hakekatnya dipayungi oleh kerjasama antara cendekiawan, bisnis, dan pemerintah yang disebut sebagai
Triple Helix. Hubungan ketiga faktor itu merupakan penggerak lahirnnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif. Hubungan tersebut harus saling menunjang dengan peran-peran seperti seperti peran cendekiawan yang menyebar dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan. Sehingga dapat dipahami  bahwa kekuatan keranjang rotan di pasaran di picu oleh ke tiga faktor di atas. Keranjang rotan merupakan hasil kreativitas pengrajin. Ia di ciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Keranjang memiliki nilai secara estetis, dan memiliki fungsi guna baik sebagai benda pakai maupun sebagai pajangan. Keranjang merupakan benda yang dibuat secara manual. Dalam penggarapannya memerlukan ketrampilan khusus, ketekunan, dan ketelitian. Keranjang tersebut dapat ditemui di pasar tradisional, maupun pasar moderen



 Bahan baku keranjang yang digunakan pada umumnya adalah limbah rotan yang  bernama fitrit. Selain fitrit juga dapat menggunakan kulit rotan. Keranjang rotan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti untuk tempat lamaran dan hantaran, atribut proses pernikahan, tempat tisu, tempat toples kue lebaran dan tahun baru, ulang tahun, tempat air mineral, tempat pakaian kotor, untuk keperluan loundri, tempat pot bunga, tempat pensil, dan tempat asesories. Bahan  baku rotan limbah dimanfaatkan oleh sebagian pengrajin karena harganya murah dan terjangkau. Sedangkan bahan  baku rotan ekspor merupakan rotan yang sudah melalui proses penyortiran, disamping harganya mahal juga kualitas  bagus. Bahan baku kualitas ekspor sulit diperoleh, dikarenakan sebagian besar diekspor. Pengembangan model dan penghiasan pada keranjang diperkirakan dapat menunjang penjualan. Dan akan semakin menguat citra keranjang bila diberikan merek dan label, serta desain kemasan, dan pemasarannya. Mengingat sudah  banyak keranjang yang diproduksi oleh para pengrajin sehingga menjadi pesaing, yang dapat mengancam kuantitas penjualan. Rotan adalah tumbuhan menjalar yg  batangnya digunakan untuk berbagai kerajinan seperti kursi, keranjang, tali dan sebagainya. Rotan memiliki kadar kelembaban yang tidak sama antara rotan limbah dan rotan ekspor. Rotan limbah dari Kalimantan umumnya sering digunakan oleh
para pengrajin di desa Beton. Permasalahan rotan sulit diperoleh dengan mudah, dan selama ini para pengrajin mengandalkan kiriman pabrik. Para pengrajin tidak bebas membeli lantaran disamping harga yang kurang terjangkau  juga membelinya harus di pabrik dan itupun tidak bisa mengecer. Akibatnya pengrajin memproduksi kerajinan rotan khusus pesanan, dan kalau tidak ada pesanan mereka tidak membuat. Padahal mereka membuat kerajinan rotan sejak lama, bahkan secara turun temurun.



Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Obyek penelitian ditujukan kepada dua pengrajin yaitu bapak Kasnawi dan bapak Muklison di dusun Biyodo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. (1) Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap orientasi terhadap situasi yang terjadi di desa Beton. (2) Tahap kedua adalah mendeskripsikan kondisi para pengrajin, jumlah pengrajin, aktivitas sehari-hari selain sebagai pengrajin, dan taraf hidup, aktivitas  industri, serta produk yang dihasilkan. (3) Tahap ketiga penganalisisan proses produksi, merek, kemasan, dan pemasaran. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model dan desain keranjang sebagai salah satu bagian dari komponen industri kreatif. Scope penelitian merupakan
single sosial situation,dimana obyek dipilih pada dua pengrajin di wilayah yang sama yaitu di dusun Biyodo. Keduanya berkedudukan sebagai mitra yang saling memiliki keterkaitan dari sisi kegiatan produksi keranjang rotan. Pengumpulan data menggunakan cara trianggulasi. Peneliti berusaha menggabungkan beberapa teknik dan diuji kredibilitasnya. Pengujian keranjang rotan menggunakan pola geometri sebagai dasar pembuatan keranjang rotan. Uji coba dilakukan langsung di lapangan, dengan pola desain yang dijadikan pemodelan. Disediakan 6 model geometri, yaitu sama sisi, empat persegi panjang, lingkaran, segitiga, segi enam, dan segi delapan. Adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi sebelum dan sesudah di lakukan penelitian. Permasalahan tersebut terletak pada bahan baku, proses produksi, proses desain & kemasan, serta pemasaran keranjang. Pengumpulan data dengan cara trianggulasi dengan mengacu pada pandangan Sugiyono (2008);

Skema pengumpulan data dengan trianggulasi

Kegiatan penelitian dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan, yang merupakan satu kesatuan rangkaian kegiatan, yakni: Fase 1 : Kegiatan Pendahuluan (
Introduction), mencakup; pengenalan konsep-konsep dan instrumen dasar desain untuk keranjang rotan. Fase 2: Kegiatan Penilaian ( Assesment), yaitu dilakukan pada aspek yang berpotensi untuk dikembangkan dan mampu dilakukan oleh pengrajin, dengan prinsip pengembangan alternatif desain yang ‘low-cost’
. Kegiatan penilaian mencakup: (a) Penyusunan alur proses desain untuk menghasilkan desain keranjang, label dan kemasan yang menarik, media promosi sebagai alat pemasaran produk. (b) Penghitungan biaya desain keranjang dan menentukan desain (Product Output) prioritas yang ditetapkan berdasarkan tingginya biaya PO. (c) Penyusunan alternatif pemecahannya yang dituangkan dalam gambar alternatif langkah. (d) Atas dasar kemampuan memutuskan dari pengrajin sendiri, disusun Rencana Aksi. (e) Menumbuhkan komitmen pengrajin yang didampingi untuk mengimplementasikan perbaikan aspek potensial yang telah direncanakan. Fase 3: Pelaksanaan (Implementasi) Rencana

 Tahap terakhir adalah pelaksanaan rencana pengembangan. Melalui proses pendampingan selama implementasi diharapkan pengrajin yang didampingi dapat memetik pelajaran bagaimana meningkatkan kinerja usaha yang dapat mendatangkan keuntungan, baik secara ekonomi, lingkungan maupun untuk perbaikan kondisi kerja. Fase 4 : Kegiatan yang dilaksanakan. Selama proses kegiatan fase 2 pada prinsipnya ada 4 (empat) kegiatan utama yakni: (1)workshop; (2) pendampingan; (3)technical meeting; dan (4)network meeting. Workshop dilakukan dua kali dengan materi: (1) pemahaman konsep PO; (2) pengembangan desain keranjang rotan; dan (3) memecahkan masalah bersama secara tuntas (Action Learning Set). Kegiatan pendampingan (Technical As
sistance), dilakukan untuk membantu pengrajin agar mamiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan proses produksi mereka dan mencermati dimana terjadi inefisiensi untuk kemudian menuangkan dalam PO flowchart, melakukan perhitungan biaya PO, melakukan penelusuran penyebab munculnya biaya PO, menyusun alternatif perbaikan, dan kemudian memutuskan rencana aksi untuk mengurangi dan atau menghilangkan inefisiensi.
Kegiatan technical meeting

 dilakukan dua kali yang dimaksudkan untuk menginformasikan dan evaluasi kemajuan kegiatan tim pelaksana di klaster masing-masing dan menerima masukan untuk penyempurnaan dan keberhasilan kegiatan pada kedua mitra. Kegiatan
network meeting dilakukan dua kali dimaksudkan untuk menginformasikan dan mensinergikan kegiatan yang telah dan akan dilakukan dengan para
stakeholder.

Studi Literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah penelitian kerajinan rotan yang pernah dilakukan di Indonesia.

Diperoleh gambaran bahwa penelitian keranjang rotan sudah pernah dilakukan oleh  beberapa peneliti Indonesia, seperti penelitian kerajian rotan; di wilayah desa Langkat Sumatera Utara; di desa Rumbai-Pekan Baru; Cifor di Asia; di desa Luwo’o-Gorontalo. Penelitian tersebut lebih  bersifat murni non terapan. Pengumpulan data dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Sumber data primer, dan lebih banyak pada observasi (partisipan observasi), serta wawancara mendalam, sesuai dengan  jenis penelitian kualitatif. Peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari para pengrajin, sambil mengamati cara kerja mereka. Langkah observasi yang dilakukan yaitu; peneliti mencoba mengamati situasi para pengrajin di rumah bapak Mukhlison dan di rumah bapak Kasnawi (observasi deskripsi). Kemudian menentukan fokus permasalahan dan melakukan seleksi permasalahan. Analisis menggunakan analisis taksonomi untuk menemukan focus yang dijadikan obyek penelitian. Serangkaian pertanyaan mendalam dilakukan kepada bapak Muklison, bapak Kasnawi. Mereka adalah para pengrajin sukses di desanya. Wawancara tambahan dilakukan untuk mencari informasi sedetailnya kepada salah seorang pengrajin yang pernah sukses dan memiliki beberapa karyawan, yaitu bapak Huda. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Triangulasi. Peneliti menggabungkan observasi partisipan dan wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk mendapatkan data secara terus-menerus. Proses analisis data dilakukan pada saat sebelum memasuki wilayah dua pengrajin  bapak Muklison dan bapak Kasnawi, selama berada di lingkungan kerja para pengrajin, peneliti mengamati setiap kejadian dengan sedetail mungkin, dan ketika selesainya kegiatan produksi keranjang, pendistribusian, pemasaran, peneliti melakukan kegiatan pengamatan sebagai evalusai untuk mendapatkan  jawaban apakah penelitian yang dilkukan sudah berhasil atau kurang maksimal.



buka mesin jahit : https://www.academia.edu/8086397/INDUSTRI_KREATIF_KERANJANG_ROTAN_DI_BETON-MENGANTI

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang cara membuat kerajinan rotan dengan mempunyai langka langka dantempat pensil

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang     CARA MEMBUAT POLA DASAR BAJU WANITA

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.


0 komentar:

Post a Comment