Pejelasan tentang kain pembungkus kafan batik motif doa
Pejelasan tentang kain pembungkus kafan batik motif doa |
kain pembungkus kafan batik motif doa - Informasi sejarah dan kenapa di gunakan kain pembungkus kafan batik motif doa serta material dan prosedur /penggunaan dari kain pembungkus kafan batik motif doa
Karena saat pemakaman diadakan ritual khusus dengan kain pembungkus kafan batik motif doa serta meterial.
Menurut saya itu terjadi karena adanya akulturasidan lebih menghargai moral moral agama yang di anut oleh orang tersebut thaks mohon maaf bila salah
Sebagai alat ritual (busana khusus ritual tradisi tertentu), contohnya,
Kain tenun Ulos
Kain pembungkus kafan batik motif doa
Kain ikat celup Indonesia Timur (penutup jenazah)
Kain Tapis untuk pernikahan masyarakat daerah Lampung
Kain Cepuk untuk ritual adat di Pulau Nusa Penida
Kain Songket untuk pernikahan dan khitanan
Kain Poleng dari Bali untuk acara ruwatan (penyucian)
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
CARA MEMBUAT BATIK TULIS
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :
1. Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun). Kain ini bervariasi berdasarkan mutu dan kualitasnya. Selain digunakan sebagai bahan batik, kain mori juga digunakan sebagai kain kafan (pembungkus tubuh orang sudah meninggal yang beragama Islam).2. wajan/Grengseng tempat untuk memanaskan malam (lilin) supaya cair
2. Canting sebagai alat pembentuk motif, dengan berbagai macam ukuran sebagai alat untuk mencurahkan malam cair ke dalam mori yang digambari. Wajah bisa dibuat dari logam atau tanah liat. Umumnya yang digunakan terbuat dari tanah liat sebab tangkainya tidak mudah panas.
3. Gawangan, tempat untuk menyampirkan kain dan menempatkan mori yang akan dibatik.
4. Lilin (malam) yang dicairkan
5. Anglo/kompor kecil untuk memanaskan malam dengan bara api, Anglo adalah alat perapian sebagai pemanas “malam” terbuat dari tanah liat bisa juga memakai alat perapian dengan kompor.
6. Kenceng untuk mendidihkan air ketika nglorot atau mbabar
6. Tepas/Tepos (kipas) untuk membesarkan api menurut kebutuhan, bisa juga memakai kipas angin
7. Bandhul untuk menahan kain agar tidak bergerak-gerak ketika dilukis
8. uthik untuk mengais arang
9. cawuk untuk mengerok
10. Alu untuk memukuli kain mori yang akan dibatik agar lemas dan memudahkan pembatik dalam proses pembuatannya
11. Bak untuk nglorot.
12. Larutan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan dalam membatik terdapat dua macam, yaitu pewarna sintetis dan alami. Pewarna buatan biasanya menggunakan naptol, indigo, dan lain-lain. Pewarna alami biasanya menggunakan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan seperti daun, kayu kliko, daun tom, kayu jambal, soga, tegeran, dan lain sebagainya.
13. Kuas, apabila ingin membatik dengan gaya abstrak. Maka diperlukan kuas yang tahan panas dengan bermacam-macam ukuran.
14. Jegol. Jegol ini mirip dengan kuwas, dibuat dari kumpukan benang, gunanya untuk menutup blok besar..
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
1. Sebelum kain mori dibatik, biasanya dilemaskan. Caranya adalah dengan digemplong, yaitu kain mori digulung kemudian diletakkan di tempat yang datar dan dipukuli dengan alu yang terbuat dari kayu.2. Setelah kain menjadi lemas, maka tahap berikutnya adalah mola, yaitu membuat pola pada mori dengan menggunakan malam.
3. Setelah pola terbentuk, tahap selanjutnya adalah nglowong, yakni menggambar di sebalik mori sesuai dengan pola. Kegiatan ini disebut nembusi.
4. Setelah itu, nembok yang prosesnya hampir sama dengan nglowong tetapi menggunakan malam yang lebih kuat. Maksudnya adalah untuk menahan rembesan zat warna biru atau coklat.
5. Tahap selanjutnya adalah medel atau nyelup untuk memberi warna biru supaya hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Proses medel dilakukan beberapa kali agar warna biru menjadi lebih pekat.
6. Selanjutnya, ngerok yaitu menghilangkan lilin klowongan agar jika disoga bekasnya berwarna coklat. Alat yang digunakan untuk ngerok adalah cawuk yang terbuat dari potongan kaleng yang ditajamkan sisinya.
7. Setelah dikerok, kemudian dilanjutkan dengan mbironi. Dalam proses ini bagian-bagian yang ingin tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan menggunakan canting khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat.
8. Setelah itu, dilanjutkan dengan nyoga, yakni memberi warna coklat dengan ramuan kulit kayu soga, tingi, tegeran dan lain-lain. Untuk memperoleh warna coklat yang matang atau tua, kain dicelup dalam bak berisi ramuan soga, kemudian ditiriskan. Proses nyoga dilakukan berkali-kali dan kadang memakan waktu sampai beberapa hari. Namun, apabila menggunakan zat pewarna kimia, proses nyoga cukup dilakukan sehari saja.
9. Proses selanjutnya yang merupakan tahap akhir adalah mbabar atau nglorot, yaitu membersihkan malam. Caranya, kain mori tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih yang telah diberi air kanji supaya malam tidak menempel kembali.
10. Setelah malam luntur, kain mori yang telah dibatik tersebut kemudian dicuci dan diangin-anginkan supaya kering. Sebagai catatan, dalam pembuatan satu potong batik biasanya tidak hanya ditangani oleh satu orang saja, melainkan beberapa orang yang tugasnya berbeda.
Berdasarkan tahapan proses pembuatan batik di atas, dapat diinventarisasikan istilah-istilah unik dari peralatan maupun proses dalam membatik, yaitu :
1. canting terbuat dari tembaga, gunanya untuk melukis (memakai cairan “malam”) membuat motif-motif batik yang dikehendaki. Canting terdiri dari cucuk (saluran kecil) dan leleh (tangki) lubang, ada yang satu cucuk, dua cucuk, bahkan ada yang tiga (kain kasar), gunanya untuk menutup blok kecil.2. gawangan, pada dasarnya, gawangan gunanya untuk membentangkan mori agar mudah dibatik. Gawangan dibuat dari kayu atau bambu dibentuk sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah dan harus ringan tetapi kuat.
3. digemplong menggulung kemudian diletakkan di tempat yang datar dan dipukuli dengan alu yang terbuat dari kayu
4. mola membuat pola pada mori dengan menggunakan malam
5. nglowong menggambar di sebalik mori sesuai dengan pola
6. nembok prosesnya hampir sama dengan nglowong tetapi menggunakan malam yang lebih kuat
7. medel atau nyelup memberi warna biru supaya hasilnya sesuai dengan yang diinginkan
8. ngerok menghilangkan lilin klowongan agar jika disoga bekasnya berwarna coklat
9. mbironi dalam proses ini bagian-bagian yang ingin tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan menggunakan canting khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat
10. nyoga memberi warna coklat dengan ramuan kulit kayu soga, tingi, tegeran dan lain-lain.
11. mbabar atau nglorot membersihkan malam dengan cara memasukkan kain mori ke dalam air mendidih yang telah diberi air kanji supaya malam tidak menempel kembali.
Catatan :
- Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
- Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
- Proses nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
PROSES PEMBUATAN BATIK PRINTING
1. Pewarnaan
1. Obat yang sudah dituang siap untuk dipakai
2. Mori/bakal yang akan diwarnai ditata dengan rpi dan jangan sampai melipat atau bertumpukan
3. Letakan obat siap pakai ke dalam bak/jeger
4. Tuang secukupnya untuk ukuran seberapa banyak mori/bakal yang akan diwarnai
5. Lakukan pewarnaan dengan hati-hati agar warna rata tidak blenteng
6. Mori/bakal satu-persatu dicelupkan atau diputar dalan jeger
7. Pewarnaan sebaiknya dilakukan di tempat yang terang agar warna dapat kelihatan rata tidak blenteng
8. Mewarnai sebaiknya dilkuka berkali-kali agar warna tidak mudah luntur
2. Penjemuran
1. Penjemuran batik/mori yang sudah diwarnai2. Dijemur di tempat-tempat yang tertutup dan jauh dari sinar matahari
3. Penjemuran pun bisa dilakukan di tempat yang panas bagi batik/bakal yang sudah jadi
3. Penyablonan
1. Mori atau bahan yang sudah diwarnai bisa disablon atau dicap dengan canting
2. Penyablonan bisa dilakuakn dengan memakai canting tembaga, canting kayu ataupun dengan plangkan
3. Penyablonan menggunakan plangkan memakan waktu lebih sedikit karena penyablonan memakai plangkan sekali jadi karena berbeda obat
4. Pelorotan (finishing)
Maksudnya dilayar/dilorot yaitu direbus kemudian kain itu direndam satu hari bilamana perlu bersih dan putih, kemudian kain itu ditemplong, yaitu kain tersebut dibasuhi air, ditumpuk yang rapi lalu disetrika gunanya supaya kain tersebut halus.
buka mesin jahit : http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/ekonomi/594-serba-serbibatik-pekalongan-batik-indonesia-sebagai-warisan-budaya-dunia.html
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang kain pembungkus kafan batik motif doa
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Seni Kriya Batik
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Post a Comment