Eksotika Pulau Belitung |
Eksotika Pulau Belitung
Pulau Belitung saat sudah
benar-bernar terekspose
dan mejadi tempat yang
paling sering dikunjungi
oleh para turis, apalagi
sejak kesuksesan film
Laskar Pelangi. Sebelumnya,
Pula Belitung
adalah tempat wisata
yang tidak banyak orang
dengar dibanding dengan
beberapa tempat yang
sudah tersohor seperti
Bali dan Gilis.
Pada abad ke-19, Belitung memiliki
peran penting dalam
perekonomian berkat tambang
timahnya yang besar. Faktanya, Belitung
memiliki perusahaan timah multinasional
terbesar di dunia bernama
BHP – Biliton (Biliton dulu adalah
ejaan Belanda untuk Belitung).
Saat ini, hubungan perusaahan timah
itu dengan Belitung telah lama hilangatau putus dan Pulau Belitung kembali
menjadi pulau yang terbelakang,
hingga Laskar Pelangi dan arus pengunjung
terus menerus dihasilkan.
Cerita Laskar Pelangi itu sendiri
tentang sekelompok anak-anak darikeluarga nelayan yang miskin yang
sekolahnya ambruk dan hanya memiliki
satu kelas dan satu mata pelajaran,
yaitu Agama. Ini merupakan
kisah perjuangan dari lembaga yang
berdana kecil untuk memperjuangkan
sekolah itu agar tidak tutup dan
menjauhkan mereka untuk keluar
dari kemiskinan dan membangun
kehidupan yang lebih layak.
Kasarannya, luas pulau ini sama
dengan Pulau Bali, Belitung membentang
di antara dua pulau besar,
Kalimantan dan Sumatra. Dan ada di
tengah-tengah dua propinsi dari dua
pulau besar yang mengapit pulau Belitung
itu, yakni Sumatra Selatan dan
Kalimantan Barat. Pulau itu memiliki
keberadaan yang samar, hingga
abad ke-19, terisolasi oleh navigasi
yang parah dan bahaya dari para
pembajak.
Keberuntungan pulau ini muncul
saat Belanda menemukan deposityang besar yang dihasilkan pualu ini,
yaitu timah. Akhirnya mereka mendirikan
perusahaan swasta di bidang
penambangan pada tahun 1850,
yang disebut Biliton Maatschappij.
Kehadiran perusaahan ini membawa
perubahan dari etnik setempat, sebagaimana
Belanda tidak mau menerima
pekerja local, yang mereka pikir
orang lokal setempat terkenal sangat
malas. Dan akhirnya ribuan pekerja
pun didatangkan dari China.
Perusahaan ini bahkan membuat
eksperimen sosial yang aneh di tahun1860, dengan mendatangkan
wanita-wanita Jawa untuk dinikahkan
kepada Kuli-kuli dari China itu, dan
membuat pemukiman yang dapat
membantu pengadaan perusahaan
dengan pekerja.
Pada awal tahun 1920an, jumlah
pekerja tambang keturunan Cina
memuncak hingga 20.000, sementara
total jumlah populasi keturunan
China dulu hampir 30.000, terhitung
sekitar 2/5 dari keseluruhan penduduk
pulau Belitung.
Sejak Belanda menerima kemerdekaan
Indonesia di tahun 1949,
kendali perusahaan diserahkan kepada
negara. Tahun 1990an, perusahaan
menghadapi jatuhnya harga
timah, pemilik tambang yakni perusahaan
BUMN, PT Tambang Timah,
memutuskan untuk menghentikan
operasinya.
Sejak kemerdekaan Indonesia, banyak
orang-orang keturunan China inimemilih untuk tetap tinggal di Belitung
setelah tahun 1949, dan mereka
menjadi WNI.
Hingga saat ini, 12% dari total populasi
di Belitung adalah Keturunan
Tionghoa. Banyak dari mereka adalah
seorang pedagang, dan pemilih
usaha minor dan saat ini mereka,
warga Indonesia keturunan Tionghoa
ini mempunyai peran penting dalam
perekonomian setempat.
Saat ini Belitung sudah tidak lagi
menggatungkan perekonomiannya
pada sektor tambang timah, tapi
lebih ke sektor tambang lain seperti
minyak, kayu gelondong, minya sawit,
keramik, tembakau. Dan yang
belum lama ini, sejak hadirnya film
Laskar Pelangi, Belitung juga bergerak
di sektor Pariwisata.
Salah satu faktor besarnya yang
mengubah perekonomian Belitung
adalah terhubungnya Penerbangan
50 menit dari Jakarta setiap hari, dari
Jakarta ke pulau utamanya, tanjung
Pandan.
Hal ini membuka kesempatan besar
untuk membangun sektor pariwisatakarena Belitung adalah salah satu
Pulau terindah di Indonesia.
Saat ini Belitung juga merupakan
pulau wisata dengan keindahan pantai
dan kekayaan alamnya yang luar
biasa. Letaknya strategis, hanya 50
menit via udara dari ibu kota negara,
Jakarta. Maka tak heran kalau Pulau
ini telah menjadi sektor wisata yang
kian hari kian maju.
0 komentar:
Post a Comment