STRATEGI PENINGKATAN DAYA TARIK KONSUMEN |
STRATEGI PENINGKATAN DAYA TARIK KONSUMEN
TERHADAP TEKSTUR BAHAN BUSANA
Busana yang dibuat dari bahan polos atau tidak bermotif nampaknya
tidak selalu menarik, lebih-lebih bagi para remaja. Oleh karena itu perlu digali terus
menerus cara meningkatkan daya tarik konsumen terhadap busana yang memiliki
tekstur polos, sehingga busana yang ditawarkan akan lebih marketable.
Salah satu caranya adalah menerapkan strategi penganekaragaman tekstur bahan
busana dengan sentuhan sulaman etnik yang dikerjakan dengan tusuk jelujur halus,
menggunakan benang warna warni yang ditata secara harmonis, bentuk motif flora
atau geometris, dan pola motif beranting atau pola motif serak. Sulaman ini mudah
dikerjakan dan menarik atau disukai konsumen.
Kata Kunci : daya tarik konsumen, tekstur bahan busana.
Tekstur bahan busana merupakan salah satu unsur yang menjadi daya tarik
konsumen busana, oleh karena itu dalarn menciptakan suatu disain tekstur bahan
busana yang baru, seorang designer perlu memperhatikan kecenderungan
perubahan selera konsumen, sehingga dapat menyajikan disain yang digemari
konsumen.
Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan, peran, aktifitas
dan kesempatan kerja bagi kaum wanita pada masa sekarang ini, maka tuntutan
kebutuhan akan busana yang sesuai dengan kesempatan pakai, kondisi tubuh, usia,
profesi kepribadian dan tingkat ekonomi seseorang semakin bervariasi. Dengan
demikian kreatifitas para designer sangat diperlukan untuk menciptakan kreasi-
kreasi yang inovatif pada permukaan bahan busananya. Kurang beraninya seorang
designer membuat inovasi pada permukaan bahan busana dapat menyebabkan
disain tekstur bahan busananya monoton, kurang menarik, tidak eksklusif dan
kurang trendy, bahkan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan yang dapat
menurunkan minat konsumen terhadap produk-produk busana yang dihasilkan.
Sehubungan dengan masalah tersebut maka kiranya menganekaragamkan disain
tekstur bahan busana dengan berbagai bahan dan teknik yang praktis, mudah
dikerjakan dan sesuai dengan selera konsumen, sungguh sangat perlu dilakukan.
Kurangnya penguasaan ipteks dan disain tekstur bahan busana dapat
menghambat kreatifitas para disigner dan produsen busana. Kendala ini perlu
diperhatikan dan diatasi dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (ipteks) khususnya di bidang penganekaragaman tekstur bahan busana.
Tekstur Bahan Busana
Tekstur sering diartikan dengan sifat dari permukaan bahan busana, atau
dapat juga karakteristik letak benang dalam tenunan bahan busana.
Bahan busana dapat dibuat dari berbagai bahan pokok, dari zaman pra
sejarah sampai saat ini bahan busana terus berkembang. Dahulu bahan busana itu
masih menggunakan bahan-bahan asli dari alam dan belum banyak menggunakan
sentuhan tangan dan pikiran manusia. Bahan busana pada saat itu baru difungsikan
sebagai penutup alat vital manusia saja, belum menyentuh pada fungsi yang lain
seperti fungsi kesehatan, sosial, religius dan estetika. Pada masa itu rumput, daun,
kulit pohon, kulit dan bulu binatang, roncean biji-bijian, kerang dan gigi binatang,
selanjutnya berkembang menyusun manik-manik lalu membuhul dan menganyam
tali-tali dari bahan alam sekitar dimana orang itu bertempat tinggal (Arifah A.
Riyanto, 2003: 263).
Manusia sebagai makhluk biologis yang berpikir, dan juga sebagai
makluhk homo faber yaitu yang dapat membuat alat, mempergunakan dan dapat
mengembangkannya, maka manusia membuat alat dan mempergunakannya untuk
membuat bahan busana. Sejalan dengan perkembangan tingkat kemampuan umat
manusia di dalam memahami fenomena alam dan sosial manusia selalu berusaha
mempertahankan dan meningkatkan kualitas bahan busananya, sehingga dari masa
ke masa cara membuat bahan busana lebih berkembang dari yang sederhana, iebih
canggih dan sampai yang eksklusif.
Manusia yang telah diberi kemampuan berfikir senantiasa berikhtiar
mencari jawaban terhadap masalah yang akan dihadapi (proaktif) atau yang sedang
dihadapinya (reflektif). Dalam proses berfikir tersebut manusia berusaha
mengeksploitasi daya imajinasinya dalam merangkaikan sinyal-sinyal fikirannya
ke dalam suatu bentuk tertentu (Spoaner, Carmer, 1993).
Manusia dengan segala kemampuan dan ketrampilan yang telah
dimilikinya senantiasa terus mencari nilai tambah yang positif bagi dirinya.
Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembuatan bahan busana
dapat menjadi nilai tambah secara ekonomis yang dapat meningkatkan kualitas
hidup seseorang. Oleh karena itu manusia dituntut agar selalu menyempurnakan
proses-proses nilai tambah tersebut secara terus menerus mengubah bahan mentah
dan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai yang lebih
tinggi. Sebagai contoh dalam proses memberikan nilai tambah ini antara lain
pemanfaatan mesin/alat tenun baik alat tenun bukan mesin (ATBM) maupun
mesin tenun yang modern. Mesin-mesin ini cukup berkembang. Produk tenunan
ini dapat dikelompokkan berdasarkan silang tenunan yaitu silang polos, silang
kepar dan silang satin. Yang dibuat dengan silang polos yaitu blacu, paphin,
berkolim, linen, organdi, tetoron, dan katun. Bahan busana yang dibuat dengan
silang kepar (twill) antara lain dril, gabardine, denim, dan yang dibuat dengan
silang satin antara lain, salinet, satin, damast, dan silky (Goet Poespo, 2005: 26).
Tenunan juga dapat bervariasi bila dilihat dari teknik menenunnya yaitu
tenunan tunggal, tenunan lembek, tenunan diperkuat, dan tenunan renggang.
Adapula yang ditenun khusus dengan silang istimwa menggunakan mesin jaguard,
seperti kain brocade, damast, dan vitrase.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menghasilkan
produksi bahan busana yang semakin bervariasi warna, motif, dan teksturnya.
Dahulu bahan busana permukaan bahannya hanya licin, tidak bercorak dan warna-
warnanya sangat terbatas, dan sekarang tekstur permukaan bahan busana ada yang
bersengkelit, berbulu, berbintil, bergelombang, dan berkerenyut.
Tekstur bahan yang bersengkelit contohnya kain tuala (kain handuk),
berbulu contohnya kain flanel, dan bludru, berbintil kain pique, bergelombang
kain embaising, krep/berkerenyut contohnya kain kelobot, kain jeruk, dan kain rib.
Selain itu juga ada beberapa tesktur bahan busana seperti berikut ini : a) tekstur
kasur, misalnya bahan tweed; b) halus misalnya kain sutera, silky ; c) transparan
misalnya chiffon, organdi, voile, crep, kain kaca ; d) berkilau misalnya satin ; e)
kusam misalnya velvet, blaco, wol, katun ; f) berpola misalnya kain tenda.
Perbedaan karakteristik tekstur dapat ditentukan oleh sifat serabut atau
benang tenun, konstruksi bahan busana, cara menenun, dan penyempurnaannya.
Pemilihan tekstur bahan busana sangat perlu diperhatikan karena pemilihan
tekstur bahan busana yang tidak tepat dapat merusak penampilan busana
seseorang. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
bentuk tubuh, siluet busana, suasana, dan kesempatan (M. Jalin & Ita Mamdi,
1984 : 63). Tekstur yang kasar biasa digunakan untuk rok yang bernuansa casual,
tekstur yang halus berkesan elegan tekstur ini menjadi favorit seorang yang
memiliki kepribadian feminim dan romantis. Bahan busana yang transparan
sebaiknya dihindari oleh orang yang memiliki bentuk badan gemuk karena lekuk-
lekuk tubuhnya akan terlihat lebih jelas. Bahan yang transparan ini biasanya
berkesan seksi dan romantis, bahan busana ini lebih cocok untuk busana pesta
malam. Tekstur bahan yang berkilau akan memantulkan cahaya dan menambah
kesan membesarkan. Oleh karena itu tekstur bahan yang berkilau cocok untuk
orang yang bertubuh langsing. Selain itu bahan busana yang teksturnya berkilau
memiliki kesan mewah atau glamor. Bahan busana yang bertekstur kusam seperti
wol, katun dan linen lebih cocok untuk busana yang bernuansa casual dan tenang.
Bahan busana yang memiliki tekstur berpola memiliki kesan lebih elegan, unik,
dan eksklusif.
Busana yang terdiri dari dua atau tiga bagian misalnya rok and bluse,
celana dan jas, atau three pieces, pemilihan tekstur bahannya sangat perlu
diperhatikan. Paduan tekstur bahan yang sama atau hampir sama memiliki kesan
tenang, statis, anggun, klasik, dan elegan. Sedangkan kombinasi tekstur yang
kontras memiliki kesan lebih dinamis, lincah, dan ceria. Kombinasi kontras lebih
disukai pra remaja. Tekstur berbulu penuh memiliki kesan menghangatkan, berat,
dan menggemukkan. Demikian juga bahan busana yang memiliki tekstur
bersengkelit. Permukaan bahan (tekstur) yang masih polos atau belum bercorak.
Memiliki kesan sederhana, serta lebih memantulkan cahaya dan membesarkan.
Permukaan bahan busana yang polos inilah yang masih perlu diberikan sentuhan-
sentuhan yang beranekaragam sehingga dapat diperoleh tekstur yang lebih
menarik dan bervariasi sesuai dengan kegunaannya.
0 komentar:
Post a Comment