Permasalahan-Permasalahan Dalam Penggunaan Sistem Digital Pada Proses Pendesainan Busana |
Permasalahan-Permasalahan Dalam Penggunaan Sistem Digital Pada Proses Pendesainan Busana
Pada saat sebuah perusahaan memutuskan untuk mengadakan fasilitas komputer, maka mereka mengambil sebuah langkah besar pada ketidak tahuan. Kondisi tersebut mengangkat sebuah pergolakan besar. Terdapat sebuah pembiayaan finansial yang besar dan akan mengalami suatu periode kekalutan pada saat yang bersamaan, dimana staf harus dilatih dan semua data, pola, rancangan, perencanaan, jadual produksi, tanggal pengantaran penjualan dsb, harus diformat dalam sistem komputerisasi secara serentak. Pada saat yang sama, perancang, pemotong pola, grader, dan perencana harus belajar bagaimana untuk bekerja secara efisien pada sistem tersebut. Perpindahan pada komputer biasanya dilakukan dalam beberapa tahapan, tetapi masih merupakan suatu hal yang sulit untuk dilakukan karena memerlukan perencanaan dan persiapan yang sangat khusus. Dalam kasus perancang busana, gambaran tersebut cenderung untuk menjadi sedikit berbeda. Para perancang pada umunya cenderung tidak merasa mudah dengan menggunakan komputer pada proses pendesainan, dan memandangnya lebih merupakan suatu halangan ketimbang suatu bantuan. Para perancang kebanyakan akan diharuskan untuk duduk dan menggunakan beberapa jari dan memandang pada
sebuah layar video untuk periode yang panjang. Kondisi itu sendiri pada umunya dapat menyebabkan beberapa ketegangan pada mata dan menghasilkan rasa sakit di kepala dan sejumlah bagian badan lainnya. Akibat lain yang cukup mengganggu adalah apabila seorang desainer salah pada saat mempelajari sistem tersebut, maka pekerjaa yang seharusnya akan menyita waktu beberapa menit dapat menyita waktu berjam–jam, sebagai hasil dari kesalahan berkelanjutan yang diakibatkan oleh ketegangan serta kelelahan. Terdapat suatu hambatan pada beberapa area dalam proses pengenalan komputer, terutama karena itu akan mengikis keahlian manual dan sensitivitas perancang, selain dari itu, kondisi tersebut juga mengambil keahlian yang dimiliki kerja manual seperti pemenuhan penggunaan pensil dan alat lainnya pada kertas atau media lain yang dapat memberikan timbal balik langsung pada diri sang desainer. Keuntungan komputer sangatlah besar, tetapi terdapat beberapa kerugian yang menyedihkan pada ruang aktivitas manusia, dimana komputer adalah suatu alat yang sangat kuat di tangan perancang, dan secara nyata dapat disesuaikan pada banyak aspek rancangan, tetapi pada beberapa aspek komputer memiliki keterbatasan. Teknologi komputer seringkali mengalami gangguan yang sangat merugikan pada proses pendesainan busana, seperti pada saat salah satu sistem dari perangkat keras atau perangkat lunak tersebut mengalami sedikit gangguan, misalnya saat pena elektronik tersebut mati pada tekanan dan variasi tertentu, maka layar katoda pada komputer tersebut tidak akan mampu untuk menafsirkan dan menggambarkan variasi yang baik. Bahkan perangkat komputer tidak akan pernah menyesuaikan perasaan dan timbal balik langsung dan segera yang dirasakan desainer melalui pensil, kuas, dan palet, atau kepuasan pada saat menggunakan alat–alat sederhana dan perasaan mendalam dari kegiatan mengecat yang mengalir dari kuas pada permukaan kertas. Jika efek yang diharapkan dapat dihasilkan, bahkan ini akan tetap memiliki suatu efek yang menyesatkan yang melibatkan pada kehidupan yang dimilikinya melalui gambar yang tengah bercahaya, karena disebabkan oleh berbagai faktor mungkin akan menghilang pada saat gambar tersebut dicetak. Selain dari itu meskipun dicetak secara sempurna, desain yang dihasilkan meninggalkan suatu reproduksi yang hampir datar dan hampir mati. Jadi, dari sudut pandang “seniman desain”, kondisi tersebut hampir bukan merupakan awal yang baik. Namun demikian
bagi seorang “desainer komersial” komputer adalah sebuah perangkat yang sangat baik, terutama dalam menunjang produktifitas. Kondisi lain yang cukup mengganggu bagi profesi keperancangan busana adalah dengan diambilnya lahan berkreasi bagi para desainer yang memiliki basik akademis desain oleh para praktisi yang tidak memiliki ilmu desain tapi menguasai teknologi komputer. Sehingga di berbagai industri garmen saat ini banyak ditemui desainer yang berasal dari disiplin ilmu non-desain, seperti matematik, elektro, teknik mesin dan sebagainya.
0 komentar:
Post a Comment