Pencelupan dengan Zat Warna Bejana |
Pencelupan dengan Zat Warna Bejana
Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup bahan dari
serat selulosa. Selain itu juga untuk mencelup serat wol.
Sifat-sifat
Zat warna bejana termasuk golongan zat warna yang
tidak larut dalam air dan tidak dapat mewarnai serat
selulosa secara langsung. Dalam pemakaiannya, zat
warna ini harus dibejanakan (direduksi) terlebih dahulu
membentuk larutan yang mempunyai afinitas terhadap
serat selulosa.
Setelah berada di dalam serat, maka bentuk leuko tadi
dioksidasi kembali menjadi bentuk semula yang tidak larut
dalam air. Oleh karena itu hasil celupannya mempunyai
tahan cuci yang sangat baik. Selain itu juga mempunyai
sifat tahan sinar dan tahan larutan hipoklorit dengan baik.
Larutan zat warna yang dibejanakan tersebut, disebut
juga larutan leuko. Warnanya lebih muda atau berbeda
dengan warna pigmen aslinya. Afinitas larutan leuko
terhadap serat selulosa sangat besar, sehingga sering
menimbulkan celupan yang tidak rata. Untuk
mengatasinya sering dilakukan pencelupan cara ”pigmen
padding” di mana zat warna yang tidak mempunyai
afinitas tersebut didistribusikan merata pada bahan
sebelum direduksi dan dioksidasi.
Ukuran molekul zat warna bejana ada 4 macam, yaitu :
(1) Bentuk bubuk (powder), mempunyai kadar tinggi,
digunakan untuk mencelup dalam mesin-mesin
dengan perbandingan larutan celup yang besar,
seperti bak, Jigger atau Haspel.
(2) Bentuk bubuk halus (Fine powder), lebih mudah
dibejanakan dari pada bentuk bubuk dan
penggunaannya sama dengan bentuk bubuk.
(3) Bentuk bubuk sangat halus (micro fine powder),
terutama digunakan untuk pencelupan cara “pigmen
padding”.
(4) Bentuk colloidal, digunakan untuk pencelupan
kontinyu.
Berdasarkan cara pemakaiannya, maka zat warna bejana
digolongkan menjadi 4 golongan sebagai berikut.
(1) Golongan IK (Indanthren Kalt)
Mempunyai afinitas yang kurang baik, sehingga
memerlukan tambahan elektrolit. Pemakaian
reduktor dan alkali sedikit, dibejanakan dan dicelup
pada suhu rendah (20 – 25 C).
(2) Golongan IW (Indanthren Warn)
Memerlukan penambahan elektrolit untuk
penyerapannya. Pemakaian reduktor dan alkali agak
banyak dibejanakan dan dicelup pada suhu hangat
(40–50 C).
(3) Golongan IN (Indanthren Normal)
Tidak memerlukan penambahan elektrolit, karena
mempunyai daya serap yang tinggi. Pemakaian
reduktor dan alkali banyak, dibejanakan dan dicelup
pada suhu panas (50–60 C).
(4) Golongan IN Special (Indanthren Normal Special)
Menyerupai golongan IN, hanya pemakaian alkali dan
reduktor, suhu pembejanaan dan pencelupannya
lebih tinggi (60 C).
Menurut struktur kimianya zat warna bejana dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu golongan
antrakwinon dan golongan indigoida. Golongan
antrakwinon pada pembejanaan warna larutannya
lebih tua dari pada warna sesungguhnya, sedangkan
golongan dindigoida mempunyai warna kuning muda
Cara Pemakaian
(1) Pencelupan pada Bahan Selulosa Cara Perendaman
Mula-mula zat warna bejana dibejanakan dahulu
dengan penambahan air hangat 50 C dan soda
kostik. Kemudian natrium hidrosulfit ditaburkan
sambil terus diaduk selama 10–20 menit.
Selanjutnya larutan leuko tersebut dimasukkan ke
dalam larutan celup dengan penambahan alkali dan
reduktor seperlunya. Bahan dari serat kapas yang
telah dimasak, dikerjakan dalam larutan celup
tersebut.
Untuk zat warna bejana IK, suhu pencelupan dimulai
pada 40 – 50 C dan dengan penambahan elektrolit
kemudian larutan celup dibiarkan turun suhunya,
sehingga akan menambah penyerapannya.
Zat warna bejana golongan IW, IN atau IN Special
pencelupannya dimulai pada suhu 20 – 30 C,
kemudian dinaikkan perlahan-lahan sampai pada
suhu yang diharapkan. Pencelupan pada umumnya
berlangsung selama 30 – 60 menit. Setelah selesai
bahan dicuci, dioksidasi, disabun panas dan dibilas.
(2) Pencelupan pada Bahan Selulosa, Cara Setengah
Kontinyu (Pad-Jig)
Pencelupan cara ini terutama untuk mencelup kain
yang tebal dengan hasil yang mempunyai ketuaan
warna dan kerataan yang baik.
Mula-mula bahan yang telah dimasak, direndam
peras dalam larutan zat warna yang telah
didispersikan dengan baik memakai zat pendispersi
sebanyak 5 g/l pada suhu 30 – 35 C dengan efek
pemerasan 70 – 80%.
Selanjutnya bahan dikeringkan perlahan-lahan agar
warna tidak berpindah tempat. Setelah selesai bahan
dikerjakan dalam larutan reduktor dengan memakai
mesin Jigger. Larutan reduktor tersebut mengandung
natrium – hidroksida, natrium hidrosulfit dan natrium
klorida, bergantung kepada tua mudanya warna dan
macam bahannya.
Selain itu juga ditambahkan larutan pigmen zat warna
sejumlah konsentrasi zat warna kali pangkat dua efek
pemerasan dibagi 10.000. Hal ini diperlukan untuk
menjaga agar ketuaan warna tidak berubah menurun.
Pencelupan dimulai pada suhu 30 C dan perlahanlahan
dinaikkan sampai 80 – 90 C selama 30 menit.
Selanjutnya diteruskan selama 30 menit lagi. Setelah
selesai bahan dicuci, dioksidasi dan disabun.
(3) Pencelupan pada Bahan Selulosa Cara Kontinyu
Pencelupan cara ini terutama untuk mencelup kaindalam jumlah besar dengan hasil warna yang tetap
sama dan rata.
Mula-mula bahan yang telah dimasak, direndam
peras dalam larutan yang mengandung zat warna
jenis bubuk halus, bubuk sangat halus atau koloidal
yang didispersikan sempurna pada suhu 30 C
dengan efek pemerasan 70–80%.
Selanjutnya bahan dikeringkan dan direndam peras
dalam larutan natrium hidrosulfit, soda kostik, natrium
klorida dengan efek pemerasan 70–80%. Jumlah
pemakaian zat-zat tersebut bergantung kepada tua
muda warna dan efek pemerasannya.
Setelah selesai bahan terus diuap dengan suhu uap
102 – 105 C selama 25–40 detik diikuti dengan
pencucian oksidasi, penyabunan dan pembilasan.
0 komentar:
Post a Comment