Definisi proses menjahit |
Definisi proses menjahit
Proses yaitu penilaian yang dilakukan terhadap langkah kerja pembuatan busana pria sesuai dengan gambar model yang telah dibuat. Aspek yang dinilai dalam proses yaitu : Teknik menjahit, dalam menjahit busana yang tepat sesuai gambar model dari tiap bagian-bagian busana meliputi kerah, saku, kerung lengan, bahu, sisi badan, kupnat, kerung leher. Dalam teknik menjahit harus memperhatikan urutan tertib kerja yang telah dibuat agar hasil jahitan bagus. Penyelesaian, mahasiswa mampu menyelesaikan busana sesuai dengan bahan, desain dan tujuan. Ketepatan waktu, mahasiswa mampu menyelesaikan pembuatan busana sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu 2x180menit.
Hasil, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil dari proses pembuatan busana pria sesuai desain dari awal sampai akhir. Aspek yang dinilai dalam hasil, yaitu : kesesuaian desain model dengan hasil akhir, keserasian pada pembuatan busana yaitu keserasian secara keseluruhan hasil jadi busana sesuai model, bahan, kesempatan, warna, corak, bahan dan bagian-bagian busana.Kebersihan dilihat dari teknik jahitan dan teknik penyelesaian busana. Hasil jahitan tidak ada noda, tidak ada tanda rader, bersih dari benang dan kapur jahit. Kerapihan meliputi teknik menjahit yang tepat, teknik penyelesaian yang benar, halus, teliti, jarak posisi kanan dan kiri sama setikannya (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas). Jadi proses menjahit adalah suatu urutan pelaksanaan atau tertib kerja, waktu dan kecepatan, dalam pekerjaan menyambung kain atau membuat suatu busana. Dimana dibutuhkan teknik yang benar dan tepat dalam proses menjahit tersebut. Hal tersebut dapat ditunjukkan berupa hasil belajar menjahit piyama pada matakuliah Manajemen Busana Pria.
Hasil belajar
Pendapat Bloom yang dikutip Nur’aini:2008, “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan seseorang meliputi aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan pemahaman dan penguasaan teori, aspek afektif berkaitan dengan kemampuan menerima materi dari sikap, dan aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan seseorang terampil menyelesaikan tugas praktek. Hasil belajar memiliki tingkatan dari tingkat yang terendah sampai yang tertinggi.” Ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi perhatian hasil belajar siswa, dijelaskan sebagai berikut.
Ranah kognitif
Pendapat Bloom yang dikutip oleh Nur’aini:2008yaitu berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori sebagai berikut :
Pengetahuan ( Knowledge )
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas mulai dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks.
Pemahaman ( Comprehention )
Kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditujukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran, hasil belajar ini berada pada satu tahap diatas pengingatan materi sederhana dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah. Kemampuan menginterpretasikan, menerangkan, memberi contoh, memahami makna materi. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep, misalnya menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarkannya, memberi contoh lain yang telah dicontohkan dan lain-lain.
Penerapan ( Aplication )
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari didalam situasi baru dan kongkrit. Hal ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori. Hasil belajar ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya(comprehention). Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksikan suatu ide dalam situasi yang baru. Kata-kata operasional untuk mengukur hasil belajar tingkat penerapan antara lain : mengubah, memodifikasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan, contohnya siswa mampu menggunakan teknik jahit busana yang benar pada pembuatan busana.
Analisis ( Analysis )
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material kedalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktural materi pembelajaran yang telah dipelajari. Kemampuan menguraikan materi, menggambarkan, memilih, menggabungkan suatu konsep menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Contoh hasil belajar tingkat analisis adalah siswa mampu menganalisis sebuah desain busana dengan menguraikan bagian-bagian busana, misalnya menguraikan model lengan, model rok, dan sebagainya.
Sintesis ( Syntesis )
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hasil belajar dibidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola baru. Sintesis adalah lawan dari analisis, yaitu kemampuan merencanakan, menyusun, merevisi, menggabungkan bagian-bagian konsep ke dalam pola struktur/bentuk baru menjadi suatu konsep utuh. Contoh hasil belajar manajemen busana butik tingkat analisis adalah siswa mampu menhubungkan unsur dan prinsip-prinsip desain dan bagian-bagian busana sehingga tercipta sebuah busana sesuai kriteria.
Penilaian ( Evaluation )
Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu. Hasil belajar dibidang ini adalah paling tinggi didalam hirarki kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan secara jelas. Kata-kata operasional untuk mengukur hasil belajar tingkat evaluasi antara lain : membandingkan, mengkritik, menilai, menyimpulkan, membedakan, menerangkan, dan lain-lain. Hasil belajar teknologi busana tingkat evaluasi misalnya siswa mampu mengevaluasi dengan menilai, memberi kritikan, dan dapat membedakan dengan jelas teknik jahit yang ditunjukkan oleh dosen, misalnya macam-macam saku, macam-macam teknik penyelesaian yang bagaimana, dan macam-macam teknik hias yang bagaimana, dan lain-lain. Hasil belajar kognitif dihubungkan dengan matakuliah Manajemen Busana Pria yaitu kemampuan menguasai, memahami, memecahkan masalah, menguraikan materi yang dipelajari dan menjelaskan dengan benar. Permasalahan yang dihadapi pada matakuliah Manajemen Busana Pria dikaitkan dengan matakuliah Teknologi Busana seperti penerapan teknik penyelesaian busanaterdiri macam-macam fragmen dasar secara manual dan machinal, memahami model, meletakkan pola dengan benar, memotong dengan benar, mengikuti langkah-langkah menjahit dengan berurutan, teknik dan penyelesaian busana secara tepat.
0 komentar:
Post a Comment