, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Cara Menggambar Pola Konstruksi

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Cara Menggambar Pola Konstruksi

Cara Menggambar Pola Konstruksi



Pembuatan pola konstruksi terdapat dikenal juga berbagai macam sistem
diantaranya; sistem charmant, wielsma, meyneke, dankaert, dressmaking, soen,
HO, bunka, praktis, porry, sukarno, Indonesia, bunka dan sebagainya. Penelitian
ini peneliti menggunkan pola sistem bunka sesuai mata pelajaran produktif yang
diajarkan di sekolah kejuruan khususnya pada program studi keahlian tata busana
di SMK Negeri 3 Magelang sesuai dengan silabus dan kurikulum spektrum dan
KTSP. Secara umum pola dapat digambar dengan ukuran skala 1:1, 1:4, 1:6, 1:8
menyesuaikan dengan besar kecilnya pola yang dibutuhkan. Dalam pembuatan
pola sistem bunka ini pola badan atas dan lengan pola yang dibuat adalah bagian
belakang terlebih dahulu barulah bagian depan. Menurut (Muliawan Porrie, 1990:
7) untuk bagian muka atau bagian yang digunakan untuk pada lipatan kain cara
penggambarannya diberikan tanda garis diikuti titik demikian seterusnya.
2.1.4.3 Tanda-tanda dalam pola konstruksi
Pola sistem bunka ini langkah-langkah cara pembuatannya dengan
menggunakan petunjuk nomor. Agar jelas dan mudah dipahami gambar pola yang
sudah selesai dibuat diberi keterangan dan tanda-tanda pola yang menpunyai arti.
Di bawah ini adalah tanda-tanda pola yang digunaka pada saat menggambar pola
konstruksi menurut (Sonny Musi, 2002:4);
1. = Garis pola asli
2. = Garis pola badan muka (garis merah)
3. = Garis pola badan belakang (garis biru)
4. = Garis pertolongan


5. = Garis lipatan kain
6. = Garis rangkapan (lapisan)
7. = Garis tempat lipit atau pola yang perlu
digunting untuk dilebarkan untuk kerut.
Tanda ini dibuat jika lipit atau kerut dibuat
pada rancangan bahan
13. T.M. = Tengah muka
T.B. = Tengah belakang
P.T. = Tengah potong
9.
8 = Tanda hapus
= Tanda melebarkan
10. = Tanda lipit
11. = Setengah lipit (halve plooi)
12. = Dilipit pada pola, umpama kupnad (coupenaad)


Pola dasar sistem bunka



Pola sistem bunka merupakan hasil penyempurnaan dari hasil sistem
meyneke dan soen. Pembuatan pola dasar sistem bunka adalah hasil riset yang
dilakukan oleh University of wuman Tokyo di Jepang yang merupakan salah
satunya perguruan tinggi di Jepang yang secara terus menerus berkarya
menerbitkan buku-buku khusus tentang busana. Pembuatan pola bunka
sebenarnya ukuran diperlukan lingkar badan, lingkar pinggang dan panjang
punggung, karena dari ukuran tersebut dapat diperoleh lebar pola dasar, batas
ketiak, lebar muka, batas kerung leher dan lebar punggung. Setelah ke lima
ukuran tersebut diperoleh pada akhirnya akan ditemukan ukuran panjang bahu,

panjang muka, panjang sisi, lingkar kerung leher dan lingkar kerung lengan. Dari
pertimbangan ukuran lingkar badan maka akan didapatkan beberapa ukuran yang
lain, maka sebelum memulai membuat pola dilalukan perhitungan secara cermat,
sehingga pada saat membuat pola sudah langsung menggunakan ukuran yang
sudah dihitung sebelumnya. Dalam Membuat pola dasar sistem bunka ini
baedasarkan perbandingan ukuran tubuh, sehingga kecil kemungkinan hasilnya
akan gagal. Kalau terjadi kegagalan kemungkinan besar disebabkan karena salah
dalam menghitung perbandingannya (membagi, menambah dan mengurangi).
Orang yang diukur sebaiknya menggunakan busana yang pas di badan
agar ukuran yang diambil akurat (Soekarno, 2002: 12). Pengambilan ukuran
dilakukan dengan menggunakan bantuan pita ukur atau sering disebut dengan
meteran untuk mengambil ukurannya dan pada bagian tertentu dapat digunakan
alat bantu berupa veterban yang diikatkan, antara lain pada bagian lingkar badan,
lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengambilan ukuran tubuh ada hal yang
perlu diperhatikan sebelumnya (Erna Setyowati, 2006: 3-4) diantaranya adalah :
2.1.6.4.1 Hal yang perlu diperhatikan dalam penggambilan ukuran
Teknik pengukuran yang baik akan mempengaruhi hasil busana (Porrie
Muliawan, 1990: 2). Menggukur tubuh untuk mendapatkan ukuan yang tepat,
sebaiknya dibantu dengan pemasangan body line pada lingkar badan, lingkar
pinggang, dan lingkar pinggul. (Soekarno, 2002: 12) Pengukuran dalam
pembuatan pola busana terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Sebaiknya tubuh diukur memakai pakaian dalam yang baik (tidak terlalu
sempit dan tidak terlalu longgar),

b) Di sekeliling tubuh tidak dipasang pita ukur secara ketat sehingga menekan
otot, misalnya otot perut, panggul, dan dada,
c) Sebaiknya pita ukur diletakkan dengan tekanan yang ringan dan merata,
untuk mendapatkan ukuran yang benar,
d) Berdiri tegak dan tidak mengganggu orang yang sedang menguukur,
e) Memberi tali pada bagian pinggang, dada, dan panggul untuk memudahkan
pengukuran dan menghasilkan ukuran yang lebih tepat,
f) Memberi tanda ukur pada bagian yang akan diukur (peter ban), minimal pada
bagian pinggang dan dada,
g) Mengambil ukuran secara tepat, teliti, dan sistematis.
Sebelum diambil ukuran, (Erna setyowati, 2006: 4) bagi yang mengambil
ukuran hal yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan catatan, alat tulis dan perlengkapan seperti : peterban, pita ukur,
penggaris.
b. Cara pengambilan badan harus teliti, tepat dan sistematis tidak boleh
terpengaruh pada ukuran pakaian yang dipakai pada saat model diambil
ukurannya
Bagi orang yang diambil ukuran badannya:
a. Badan dalam posisi tegak lurus tidak boleh memberi bantuan pada orang yang
mengambil ukuran
b. Sebaiknya memakai pakaian yang pas dengan badan, jangan memakai ikat
pinggang dan semua barang yang ada dikantong dikeluarkan karena akan
berpengaruh pada saat pengambilan ukuran

c. Untuk memakai letak pinggang dan panggul yang tepat maka pinggang dan
panggul diikat dengan peterban hingga tidak bisa naik atau turun
d. Model yang diukur jangan terlalu banyak bergerak karena akan berpengaruh
pada saat pengambilan ukuran.

0 komentar:

Post a Comment