Bahan Pokok |
Bahan Pokok
terdiri dari :
Bahan yang digunakan untuk busana pesta adalah kain thaisilk dengan warna
orange yang di kombinasikan dengan kerutan berbahan sifon yuryu warna
gradasi.
b. Bahan pelengkap terdiri dari :
Furing (lining) dan kain satin adalah kain yang digunakan sebagai bahan lapisan
atas dan lapisan rok, pemilihan furing dan satin hendaknya warnanya disesuaikan
dengan bahan utama.
Proses Kerja Secara Umum
Dalam pembuatan busana pesta remaja dengan aksentuasi ruffles dibutuhkan
tahap-tahap secara umum berikut ini :
Desain Busana Pesta
Analisis desain
Membuat pola skala 1:4 Merancang bahan
Pasen 1
Membuat pola ukuran sebenarnya Memotong
Menjahit Memasang payet dan batu batuan
Penyelesaian
Pasen 2
Pembuatan Busana Pesta Remaja Dengan Aksentuasi Ruffles
Proses pembuatan busana pengantin meliputi tahap- tahap sebagai
berikut :
Masalah Pola
Sebelum membuat busana yang dikehendaki, diharuskan mengambil ukuran
terlebih dahulu. Ini digunakan untuk menentukan bagus tidaknya letak busana pada
badan. Sebelum mengambil ukuran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi
orang yang akan diukur atau diambil ukurannya yaitu :
1) Sikap orang yang diukur harus berdiri tegap agar ukuran dapat diambil dengan
tepat
2) Tidak boleh memberi bantuan kepada orang yang mengambil ukuran.
3) Orang yang diambil ukurannya tidak boleh banyak bergerak.
Hal-hal yang harus diperhatikan bagi orang yang mengukur yaitu :
1) Menyiapkan buku untuk mencatat ukuran dan peralatan untuk mengukur.
2) Memperhatikan bentuk tubuh orang yang diukur dan busana yang sedang dipakai
3) Bila orang tersebut mengenakan blus yang dimasukkan kedalam rok maka blus
tersebut harus dikeluarkan sehingga pas pada waktu mengambil ukuran.
4) Menikat tali pada bagian pinggang, badan dan panggul yang berfungsi untuk
membantu menentukan ukuran yang lebih tepat.
Mengambil Ukuran
Hal pertama yang dilakukan sebelum membuat busana adalah mengambil
ukuran, ukuran ini meupakan hal trpenting dalam proses pembuatan busana karena
mempengaruhi pas tidaknya letak suatu busana dibadan.:
Cara pengambilan ukuran
pengambilan ukuran dilakukan dengan cara mengikat seuntai tali ban (peter ban)
atau ban elastik kecil pada pinggang sebagai batas badan atas dan bawah.
1.1 lingkar leher
Lingkar leher (L.L.) diukur sekeliling
batas leher, dengan meletakkan jari
telunjuk ditekuk atau diukur ditambah 1
cm.
Gambar 2.16 mengukur L. Leher (Porrie Muliawan, 1990:3)
lingkar badan
Lingkar badan (L.B.): diukur sekeliling badan atas yang terbesar
melalui puncak dada, katiak, letak sentimeter pada badan belakang
datar dan ketiak sampai ketiak. Diukur pas + 4 cm / 4 jari.
1.3 lingkar panggul
Lingkar Panggul (L.Pa) diukur
sekeliling badan bawah yang terbesar.
Di ukur pas dahulu ditambah 4 cm / 4
jari.
Gambar 2.18 mengukur L. Panggul (Porrie Muliawan, 1990:3)
1.4 tinggi panggul
Tinggi panggul diukur dari bawah ban
petar bagian pinggang sampai batas
panggul.
Gambar 2.19 mengukur T. Panggul (Porrie Muliawan, 1990:3)
1.5 panjang punggung
Panjang Punggung ( P. P) diukur dari
tulang leher yang menonjol ditengah
belakang lurus kebawah sampai
kebawah ban petar bagian pinggang.
Gambar 2.20 mengukur P. Punggung (Porrie Muliawan, 1990:3)
1.6 lebar punggung
Lebar Punggung ( L. P): diukur dari
tulang leher belakang yang menonjol
turun 9 cm lalu diukur dari batas
lengan kiri sampai kanan
Gambar 2.21 mengukur L. Punggung (Porrie Muliawan, 1990:3)
panjang sisi
Panjang Sisi ( P. S.) diukur dengan
menyelangkan penggaris dibawah ketiak,
kemudian diukur dan batas penggaris
bawah sampai bawah ban pital pinggang
dukurangi 2 - 3 cm.
Gambar 2.22 Mengukur sisi (Porrie Muliawan, 1990:4)
1.8 panjang muka
Panjang muka (P. M): diukur dari lekuk
leher ditengah muka ke bawah sampai
kebawah petar pinggang.
Gambar 2.23 Mengukur panjang muka (Porrie Muliawan, 1990:4)
1.9 Lebar muka
Lebar muka (L.M) diukur 5 cm dibawah
lekuk leher tengah muka, lalu diukur
datar dan batas lengan kiri sampai
kanan.
Gambar 2.24 Mengukur lebar muka (Porrie Muliawan, 1990:4)
Tinggi dada
Tinggi dada (T.D) diukur dan bawah ban
petar pinggang tegak lurus keatas
sampai puncak buah dada.
Gambar 2.25 Mengukur tinggi dada (Porrie Muliawan, 1990:4)
1.10 lebar bahu
Lebar bahu (L Busana) diukur dan
lekuk leher di bahu atau bahu yang
paling tinggi sampai titik bahu yang
terendah atau paling ujung
Gambar 2.26 mengukur lebar bahu (Porrie Muliawan, 1990:4)
1.11 ukuran kontrol
ukuran kontrol diukur dari tengah
muka di bawah ban peter serong
melalui puncak buah dada ke puncak
lengan lalu serong ke belakang sampai
tengah belakang pada bawah ban peter.
Gambar 2.27 ukuran kontrol (Porrie Muliawan, 1990:4)
Panjang rok
Panjang rok muka sisi dan belakang
diukur dan bawah petar ban dari
pinggang sampai panjang yang
dikehendaki.
Gambar 2.28 Mengukur Panjang rok (Porrie Muliawan, 1990:5)
1.13 Lingkar lubang lengan
Lingkar lubang lengan (L .L): diukur
sekeliling lubang lengan + 2 cm untuk
lubang lengan tanpa lengan dan
ditambah 4 cm untuk lingkar lengan
yang diberi lengan..
Gambar 2.29 mengukur L. Lubang lengan (Porrie Muliawan, 1990:6)
1.14 Panjang lengan pendek
Panjang lengan pendek (PLP)
diukur dari puncak lengan
kebawah sampai kira-kira 3
diatas siku.
Gambar 2.30 mengukur panjang lengan pendek
Panjang lengan panjang
Panjang lengan panjang (PLP)
diukur dari puncak lengan kebawah
sampai pergelangan + 2 cm
Gambar 2.31 mengukur panjang lengan panjang (Porrie Muliawan, 1990:6)
1.16 Iingkar lengan panjang
Iingkar lengan panjang (LLP):
lingkar pergelangan diukur.
Melingkar pergelangan pas ditambah
3 cm
0 komentar:
Post a Comment