, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Asal Usul Busana

Asal Usul Busana

Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
disamping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal inipun sudah
dirasakan manusia sejak zaman dahulu dan berkembang seiring
dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Dilihat
dari sejarah perkembangan kebudayaan manusia, dapat kita pelajari
hal-hal yang ada hubungannya dengan busana.
Pada dasarnya busana yang berkembang dimasyarakat dewasa
ini merupakan pengembangan dari bentuk dasar busana pada
peradaban Barat. Namun busana baratpun hadir atas sumbangan
yang tumbuh dari tiga akar budaya yaitu Yunani Kuno, Romawi dan
Nasrani. Seiring dengan perkembangan zaman, busana mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan Ilmu, pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS).
Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana
seperti yang ada sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu,
bercocok tanam dan hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke
tempat lain dengan memanfaatkan apa yang mereka peroleh di alam
sekitarnya. Ketika mereka berburu binatang liar, mereka
mendapatkan dua hal yang sangat penting dalam hidupnya yaitu
daging untuk dimakan dan kulit binatang untuk menutupi tubuh. Pada
saat itu manusia baru berfikir untuk melindungi badan dari pengaruh
alam sekitar seperti gigitan serangga, pengaruh udara, cuaca atau
iklim dan benda-benda lain yang berbahaya.

Cara yang dilakukan manusia untuk melindungi tubuhnya pada

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Asal Usul Busana

 

saat itu berbeda-beda sesuai dengan alam sekitarnya. Di daerah
yang berhawa dingin, manusia menutup tubuhnya dengan kulit
binatang, khususnya binatang-binatang buruan yang berbulu tebal
seperti domba. Kulit binatang tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari
daging dan lemak yang menempel lalu dikeringkan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh kaum wanita. Begitu juga dengan daerah yang panas,
mereka memanfaatkan kulit kayu yang direndam terlebih dahulu lalu
dipukul-pukul dan dikeringkan. Ada juga yang menggunakan daundaun
kering dan rerumputan. Selain itu ada yang memakai rantai dari
kerang atau biji-bijian yang disusun sedemikian rupa dan untaian gigi
dan taring binatang. Untaian gigi dan taring binatang ini dipakai di
bagian leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pada
panggul sebagai penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh.
Pemakaian untaian gigi, taring dan tulang, selain berfungsi
untuk penampilan dan keindahan juga berhubungan dengan
kepercayaan atau tahayul. Menurut kepercayaan mereka, dengan
memakai benda-benda tersebut dapat menunjukkan kekuatan atau
keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan agar selalu
dihormati. Cara lain adalah dengan menoreh tubuh dan wajah dan
diberi bahan pewarna yang lebih dikenal men “tattoo”. Namun
mentatto menurut Roosmy M Sood dalam Dra. Arifah A Rianto, M.Pd
(2003:44) bahwa semua yang dilakukan oleh masyarakat primitif
belum dapat dikatakan berbusana karena seni berbusana baru
muncul setelah masyarakat mengenakan penutup tubuh dari kulit
binatang, kulit kayu atau bahan-bahan tenunan.
Bersamaan dengan penemuan bahan busana baik dari kulit
binatang maupun kulit kayu dan cara pemakaiannya maka lahirlah
bentuk dasar busana. Bentuk dasar busana yang terdapat di
Indonesia, yaitu kutang, pakaian bungkus, poncho, kaftan dan celana.
Untuk lebih jelasnya, bentuk dasar busana akan diuraikan satu
persatu.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment