Keterkaitan Dakwah Dengan Etika Dan Estetika Busana Sebagai Sistem Tanda (Sign System) Dalam Masyarakat
Keterkaitan Dakwah Dengan Etika Dan Estetika Busana Sebagai Sistem Tanda (Sign System) Dalam Masyarakat |
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya
senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Dakwah merupakan suatu proses
yang berkesinambungan yang ditangani oleh pengemban dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju
pri kehidupan Islami.
Pelaku dakwah yaitu dai untuk mencapai tujuan tersebut, haruslah orang yang
berwibawa, dapat dipercaya segala perilaku dan ucapannya termasuk berwibawa
dalam berbusana, mudah dikenal dan menunjukkan ciri muslim sejati.
Busana dalam kegiatan dakwah tentunya busana berfungsi sebagai alat penunjang
komunikasi, sehingga busana harus tampak bersih, rapi, sopan dan serasi.
Busana yang dipakai dai dalam berdakwah merupakan sistem tanda (sign system),
bagi suatu masyarakat pemahaman dari sistem yang berlaku dalam masyarakat
memungkinkan berprilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari pemakai
tanda. Karena terdapat kesesuaian interpretasi dari tanda-tanda yang digunakan.
Masyarakat menggunakan sistem tanda sebagai pengatur kehidupan
bermasyarakat, baik perilaku, bahasa, maupun benda-benda yang dibuatnya
termasuk busana. Semua itu merupakan tanda yang mengatur pola-pola interaksi
sosial dalam masyarakat. Menurut Agar (2001 : 28) tipologi tanda yang
digunakan dalam masyarakat digolongkan dalam lima jenis yaitu :
1. Tanda-tanda pribadi (personal sign), meliputi :
a. Tanda-tanda verbal mencakup tanda-tanda linguistik dan
tanda-tanda para linguistik
b. Tanda-tanda non verbal
2. Tanda-tanda kontekstual yang meliputi tanda-tanda fashion
(fashion sign) dan tanda-tanda lingkungan (environmental sign).
Analisa Tata Busana Kyai Haji Abdullah Gymnastiar Sebagai Sistem Tanda (Sign System ) Busana Dai Masa Kini
Obyek kajian fashion dalam tugas semiotika fashion ini adalah busana Kyai Haji
Abd. Gymnastiar seperti yang dipergunakan dalam gambar di atas. Tampak pada
gambar beliau mempergunakan jenis busana yang diurut dari atas sampai ke
bawah seperti :
a. Sorban dengan teknik pemakaian tertentu.
b. Kacamata.
c. T-shirt berleher turtleneck berlengan panjang.
d. Jas atau suit
e. Pantalon
f. Kemungkinan menggunakan sepatu sebagai alas kakinya.
Di dalam semiotika fashion yang menjadi langue adalah vestimentary code atau
perbendaharaan verbal dan yang menjadi parole adalah jenis busana yang
dipakai. Dalam kajian ini vestimentary code yang dimaksud adalah etika dan
estetika penggunaan jas atau suit dan cara berbusana menurut Islam dan parole
nya adalah tata busana yang digunakan Kyai Haji Abd. Gymnastiar dalam
berdakwah.
Hubungan antara jenis busana yang dipakai dengan makna yang ditimbulkannya
dapat mencakup bahwa suatu jenis busana dapat bermakna kondisi tertentu seperti
situasi, pekerjaan, keadaan, mood, dan etika. Dapat pula bermakna waktu yang
erat kaitannya dengan fashionable atau unfashionable suatu jenis busana atau
terkait trend busana.
Busana yang dipakai Kyai Haji Abd. Gymnastiar dapat bermakna kondisi yaitu
menerangkan atau bermakna agamis, berprofesi sebagai dai yang tercermin dari
sorban yang dipakainya dengan teknik pemakaian tertentu seperti dipakai orangorang
Arab. Jas atau suit denga pantalonnya bermakna moderen, berjiwa muda,
eksklusive dan bersahaja. Dapat digambarkan ;
Sr : sorban Sd : agamis atau islami
Pemakaian Sorban dengan teknik dililitkan pada kepala dengan salah satu ujung
menjurai seperti orang Arab
Sr : jas Sd : moderen, berjiwa muda, eksklusive
dan bersahaja
Jas / suit
Jas atau suit dan T-shirt yang digunakan Kyai Haji Abd. Gymnastiar
menunjukkan jenis busana masa kini karena banyak dipakai oleh masyarakat luas
saat ini. Sehingga secara keseluruhan busana Kyai Haji Abd. Gymnastiar
menunjukkan busana kyai moderen zaman sekarang.
Sebagai sistem tanda, busana memiliki unit terkecil yaitu detail-detail busana
dengan berbagai variasi treatment. Yang menjadi obyek (O) adalah jenis
busananya, yang menjadi support (S) adalah bagian-bagian busana dan yang
menjadi variant (V) adalah korelasi treatment pada support, maka dengan
mengubah salah satu obyek dalam susunan tata busana maka maknanya akan
berubah.
Seperti pada tata busana Kyai Haji Abd. Gymnastiar, susunan berbusana ala barat
yang bermakna resmi dan formal diganti susunannya dengan bermakna lain yaitu
di samping adanya unsur formal juga menjadi ada unsur agama karena
penambahan sorban. Namun apabila di lihat dari sudut berbusana secara Islam,
tata busana tersebut seolah-olah kebarat-baratan. Hanya menjadi satu tanda
kesepakatan bersama bahwa tata busana yang dipakai Kyai Haji Abd. Gymnastiar
memiliki citra (image) selain bersifat religius dalam bertindak juga mengikuti
selera zaman.
Kesimpulan
a. Busana merupakan salah satu artepak karena mengalami olahan tangan
manusia untuk memenuhi salah satu keperluan akan sandang dalam
kehidupan.
b. Busana dalam berdakwah memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, selain
harus dapat mengikat perhatian masyarakat pada apa yang di sampaikan juga
busana harus mudah dikenal masyarakat luas.
c. Busana sebagai suatu benda yang diterima otak sebagai suatu sensasi dan
timbul persepsi dari yang ditangkapnya sehingga akhirnya timbullah makna.
Susunan tata busana yang berbeda menimbulkan makna berbeda.
d. Kyai Haji Abd. Gymnastiar mampu menciptakan ruang perbedaan (difference)
diantara dai yang lain melalui salah satu perbedaan pada tingkat tanda dan
citra (difference of image).
e. Tata busana sebagai suatu sign system merupakan alat yang digunakan
masyarakat untuk mengatur tata kehidupan. Busana sangat berperan dalam
interaksi antar masyarakat untuk mencapai tujuan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Gymnastiar. 2005. Inilah Indahnya Islam Dengan Manajemen
Qolbu. Bandung. MQS Publishing.
Didin Hafidhuddin. 1998. Dakwah Aktual. Jakarta. Gema Insan Press.
Elisabetta Drudi. 2001. Figure Drawing for Fashion Design. Singapore. Pepin
Press.
E.K.M. Masinambow. 2001. Semiotik Mengkaji Tanda Dalam Artifak. Jakarta.
Balai Pustaka.
Gerry Cooklin. 1992. Pattern Grading for Men’s Clothes. India. Om Book
Service.
Hasanudin, Pengaruh Etos Dagang Santri pada Batik Pesisiran, tesis desain,
FSRD ITB, 1997.
J.K Yuwono.2002. Makalah Seminar Nasional dan Pelatihan Desain Mode.
UNESA
Ratih Poeradisastra.2002. Busana Pria Eksekutif. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
T.B. Isa Iskandar Usman. 1988. Kain Tenun Lurik Tradisional di Yogyakarta
dan Surakarta. Skripsi FSRD ITB.
Yan Yan Sunarya. 1992. Fungsi Pemakaian Busana Muslimat Ke Dalam
Masyarakat Ditinjau Dari Gaya Busana (Fashion). Makalah Akademik
mata kuliah DS 400 Seminar Desain FSRD ITB.
0 komentar:
Post a Comment