Pendidikan |
Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta tanggung jawab.
Proses kegiatan belajar mengajar tidak bisa dipisahkan dari tujuan
pembelajaran. Setiap kegiatan yang dilakukan melalui proses pasti ada tujuanyang ingin dicapai. Kegiatan pembelajaran, didalamnya terdapat tujuan yang
hendak ingin dicapai. Menurut Robert F. Mager dalam Hamzah (2008:3)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu. Menurut Kemp (1977:3) dan David E. Kapel (1981:4) tujuan
pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang spesifik dinyatakan dalam perilaku atau penampilan diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar sesuai harapan. Oemar Hamalik (2005:26)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai
tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran.
Keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar peserta
didik. Hasil belajar yang diharapkan tentunya hasil yang baik yang memiliki
kualitas. Kenyataannya masih ada beberapa peserta didik yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal. Proses pembelajaran serta dosen juga memegang
peranan penting dalam proses belajar mengajar, sehingga peran dosen sulit
digantikan dengan oleh yang lain, akan tetapi dalam situasi dan kondisi tertentu
terkadang dosen tidak bisa hadir untuk mengajar sehingga dosen hanya
memberikan tugas sebagai ganti pertemuan dan menyuruh mahasiswa untuk
belajar secara mandiri. Tugas yang diberikan dapat melalui observasi, tugas
individu maupun kelompok, maupun belajar secara mandiri melalui bahan ajar
sebagai panduannya.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis
baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta suatu lingkungan/suasana yangmemungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar yang menjadi pedoman mahasiwa
dalam proses belajar turut menjadi bagian dalam mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Bahan ajar yang bermutu dan berkualitas baik serta tepat dan sesuai akan
mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kesulitan dalam proses
belajar pasti akan dialami oleh setiap mahasiawa dalam melakukan kegiatan
belajar meskipun sudah memiliki bahan ajar sebagai panduan. Latar belakang
mahasiswa itu sendiri juga turut mempengaruhi dalam kesulitan belajar, seperti
mahasiswa yang dari SMK akan mengalami tingkat kesulitas yang berbeda
dengan mahasiswa yang berasal dari SMA. Mahasiswa yang berasal dari SMK
sudah menerima pelajaran tentang pembuatan pola. Berbeda dengan mahasiswa
yang berasal dari SMA, mereka Harus belajar dari awal, sehingga kesulitan yang
dalami oleh setiap mahasiswa tidak sama. Pengalaman dari mahasiswa itu sendiri
juga turut mempengaruhi, contohnya mahasiswa yang orang tuanya bekerja dalam
bidang menjahit mungkin tidak asing dengan pola-pola busana.
Mata kuliah pembuatan pola sistem kontruksi, merupakan mata kuliah
yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa jurusan Teknologi Jasa dan Produksiprogam studi Tata Busana . Banyak bahan ajar dan buku materi mengenai teknik
pembuatan pola menggunakan sistem kontruksi yang dibuat oleh berbagai
pengarang buku. Mata kuliah konstruksi pola akan mempelajari pembuatan pola
busana bayi, pola busana anak baik laki-laki maupun perempuan, pola busana
wanita dan pola busana pria, yang didalamnya juga terdapat berbagai macam
pembuatan pola bagian-bagian busana, seperti : pembuatan pola badan, pola
lengan, pola kerah, pola rok, pola celana, serta pecah pola secara konstruksi.
Masing-masing pola tersebut akan dikembangkan menjadi bermacam-macam
bentuk model dengan tidak meninggalkan pola aslinya.
Hasil belajar mata kuliah Konstruksi Pola Busana masih ada beberapa
mahasiswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal ini dapat
dilihat dari hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan
daftar nilai mahasiswa progam studi tata busana tahun 2010-2012, ada 21,66%
mahasiswa mendapatkan nilai A, 20% mahasiswa mendapatkan nilai AB, 45%
mendapatkan nilai B, 1,6% mendapatkan nilai BC dan 12,7% mahasiswa
mendapatkan nilai E/K. Standart penilaian mata kuliah ini dikatakan sangat baik
apabila mencapai nilai minimal 86 dengan kategori A, nilai minimal 81 dengan
kategori AB, nilai 76 dengan kategori B, nilai minimal 71 dengan kategori BC,
nilai minimal 66 dengan kategori C, nilai minimal 61 dengan kategori CD dan
nilai minimal 55 dengan kategori D. Mahasiswa dikatakan berhasil baik dalam
mata kuliah pola konstruksi apabila telah mampu membuat pola dasar busana
dengan nilai minimal B. Hal tersebut sama denggan standart Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di SMK, yaitu 76. Siswa dikatakan telah berhasil mencapai
KKM apabila mendapatkan nilai minimal 76. Kemampuan tersebut dapat dimiliki
oleh mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah tersebut. Data nilai mahasiswa
yang sudah mencapai nilai baik dalam mengikuti mata kuliah konstruksi pola
tahun 2010-2012 ada 86,66%.
Mahasiswa jurusan TJP, Tata Busana diharapkan dapat menguasai setiap
pola konstruksi yang ada. Jurusan TJP, progam studi Tata Busana Unnes materipola konstruksi di berikan pada semester dua. Hal ini disebabkan materi mata
kuliah konstruksi pola busana akan digunakan sebagai acuan dan syarat untuk
mengikuti mata kuliah praktek pada semester selanjutnya, seperti mata kuliah
Manajemen Busana Anak, Masalah Pola dan Grading, Manajemen Busana
Wanita, Drapping dan Pola Kombinasi, Manejemen Busana Pria, Manajemen
Busana Butik, Manajemen Busana Tayloring, Lingerie serta Mananjemen Adi Busana sehingga mahasiswa harus betul-betul memahami setiap pola yang
diajarkan.
Bahan ajar yang menjadi pedoman mahasiswa ternyata tidak begitu
banyak membantu, sehingga mahasiswa hanya mengandalkan penjelasan daridosen. Padahal sebagai mahasiswa diharapkan dapat belajar mandiri untuk
melengkapi pengetahuannya yang tidak diajarkan oleh dosen.
Salah satu cara untuk belajar secara mandiri adalah dengan mengunakan
bahan ajar yang ada. Ketidakpahaman mahasiswa mengenai penjelasan dalam
bahan ajar mungkin disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam
maupun dari luar, sehingga hal ini juga turut memberikan pengaruh terhadap
kualitas hasil belajar mahasiswa terhadap mata kuliah pola konstruksi.
0 komentar:
Post a Comment